Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Tuti Maryati Menduniakan Indonesia
Hingga kini, ia masih sering diminta menghadiri undangan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di berbagai negara,
Editor: Rachmat Hidayat
Oleh: Romano Bhaktinegara
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-Diva keroncong Indonesia Tuti Maryati di usia 63 tahun masih disibukkan dengan berbagai aktivitas bernyanyi dalam rangka membawa misi kebudayaan ke luar negeri.
Hingga kini, ia masih sering diminta menghadiri undangan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di berbagai negara, sebagai bagian dari resepsi diplomatik dalam rangkaian perayaan HUT RI, maupun misi Kesenian Istana Negara ke luar negeri.
Selain mempopulerkan lagu keroncong dan lagu daerah khas Indonesia, dirinya juga menyanyikan lagu asal setiap negara yang dikunjunginya.
Baca: Jennifer Lawrence dan Cooke Maroney Dikabarkan Honeymoon di Indonesia, Intip Lokasinya
Menjadi juara I Bintang Radio-Televisi (BRTV) Tingkat Nasional 1986, Tuti, atau yang sebelumnya dikenal sebagai Tuti Tri Sedya, dipercaya menjadi penyanyi di Istana Negara.
Dan telah mempesona banyak pemimpin dunia yang datang ke Indonesia seperti Benazir Bhutto, George Bush, Yasser Arafat, Bill Clinton, Mahathir Mohamad, hingga Xi Jinping.
Tuti diminta untuk bisa membawakan lagu-lagu dari negara asal para pemimpin tersebut. Sebelum pentas Tuti lebih dulu belajar lagu maupun percakapan singkat secara langsung dari para duta besar negara asing yang ada di Jakarta.
Minimal tiga lagu asing dari negara asal para pemimpin yang melakukan kunjungan ke Indonesia harus Tuti kuasai, baik arti lagu tersebut maupun teknik menyanyikannya dengan benar.
Baca: Dapat Lowongan Pekerjaan dari Facebook, Kisah Miris 2 Gadis Indonesia Dijual Rp 35 Juta ke Malaysia
Dari pengalamannya sebagai penyanyi Istana Negara, hingga saat ini Tuti mengaku bisa menguasai lagu-lagu dari berbagai negara.
Lebih dari 25 lagu berbahasa asing dikuasainya, diantaranya lagu asal Arab Saudi, Belanda, Cina, Hongaria, India, Inggris (UK, USA), Italia, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Pakistan, Prancis, Filipina.
Singapura, Suriname, Taiwan, Thailand, Vietnam, Yunani, Spanyol, Meksiko, Ceko, bahkan hingga Afrika Selatan dalam bahasa Zulu yang ia pelajari saat Presiden Nelson Mandela berkunjung ke Indonesia.
Untuk pengiring musik, Tuti selektif memilih siapa yang ia percaya dalam menemaninya pentas di luar negeri. Tidak banyak musisi yang bisa mengiringinya bernyanyi dengan lagu asing yang ia kuasai, terlebih lagi bila Tuti diminta menyanyikan lagu tertentu secara spontanitas.
Tuti senang bernyanyi diiringi secara live, bukan mengunakan iringan musik minus one, karena ingin lebih berinteraksi dengan para penonton.
Salah satu yang kerap mengiringi Tuti Maryati pentas di luar negeri adalah pemain keyboard kenamaan Herdi Perdana.
Tuti mengatakan, pemain musik yang bagus memang bayak.
Namun untuk misi kebudayaan dengan anggaran terbatas hanya bisa membawa satu pemain keyboard saja, dituntut menampilkan kualitas musik yang terdengar seperti satu band lengkap, serta harus menguasai banyak lagu juga.
Sebelumnya direncanakan lagu apa yang akan dibawakan, tapi pada praktiknya di lapangan, beberapa improvisasi perlu dilakukan untuk membuat penonton ikut berinteraksi.
Selain itu, pada setiap kesempatan pentas, Tuti Maryati mengenakan pakaian adat sebagai upaya memperkenalkan budaya Indonesia.
Dalam setiap kunjungannya, Tuti membawa minimal tiga busana berbeda. Busana yang kerap dikenakannya ialah kebaya dan kain batik khas perempuan Jawa.
Untuk urusan penampilan, Tuti sudah terbiasa mandiri dari dahulu, mulai dari dandan sendiri, hingga memasang sanggul pun juga ia lakukan tanpa bantuan orang lain.
Lebih dari 40 kota di dunia pernah Tuti kunjungi dalam rangka mengharumkan nama Indonesia dalam berbagai kegiatan, mulai dari pengukuhan Sister City Jakarta di Los Angeles, Amerika, saat Gubernur Wiyogo Atmodarminto pada 1990, yang kemudian diteruskan oleh Gubernur Anies Baswedan.
Hingga kegiatan Pelangi Nusantara sebagai misi kesenian Istana Negara ke Jepang, Thailand, dan India.
Beberapa waktu yang lalu Tuti berkesempatan pentas di kota Madrid, Spanyol dan kota Marseille, Prancis, tepatnya pada akhir bulan September 2019 bersama Grup Paguyuban Citra binaan Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar dan istrinya, Linda Amalia Sari.
Para penonton yang memadati gedung pertunjukan di Silo-Marsille dibuat terpukau saat Tuti Maryati membawakan berbagai lagu dari daerah seperti Bolelebo dan Alusi Au.
Bahkan lagu Prancis terkenal seperti La Vie en Rose dan Non Je Ne Regrette Rien yang dipopulerkan oleh Edith Piaf dia nyanyikan dengan fasih hingga membuat warga setempat yang menonton ikut bernyanyi bersama.
Tuti juga bernyanyi untuk mengiringi peragaan kain tradisional batik koleksi Darwina Pontjo Sutowo yang diperagakan oleh para diaspora Indonesia di Marseille, di bawah arahan koreografer terkenal Ari tulang.
Begitu juga dengan pertunjukan yang berlangsung di gedung Teatro EDP Gran Via, Madrid, Spanyol.
Festival Indonesia yang dibuka dengan tari Gending Sriwijaya dari Palembang dengan para penarinya yang lincah dan gemulai membuat tidak kurang 800 penonton penonton terpesona.
Saat Tuti secara interaktif membawakan lagu mulai dari Bengawan Solo, Tor-Tor Tandok, hingga lagu Sabor A Mi dalam bahasa Spanyol, serta lagu-lagu Thailand dan India, beberapa penonton pun ada yang naik, ikut bernyanyi dan berjoget diatas panggung.
Terlebih lagi saat lagu Poco-Poco dinyanyikan, semua penonton lantas berdiri dari kursinya, turun ke koridor dan berebut naik ke atas panggung untuk dapat bergoyang bersama.
Salah satu pengalaman paling berkesan bagi Tuti adalah saat ia pentas di Meksiko mewakili Indonesia, di Festival Internacional de Santa Lucia, di kota Monterrey. Saat itu cuaca sedang tidak bersahabat, hujan turun dan penonton sempat bubar mencari tempat berteduh.
Namun saat Tuti naik ke atas panggung besar di Explanada Santa Lucia, dan membawakan salah satu lagu paling terkenal di Meksiko, Cielito Lindo, sekitar 2.000 penonton kembali berkumpul rela kehujanan dan ikut menyanyi bersama.
Demikian juga saat lagu Kopi Dangdut ia kumandangkan, penonton bahkan naik dan menjejali panggung untuk dapat menyanyi dan menari bersama Tuti Maryati.
Menurut Tuti, bukan hal yang utama tinggi jabatan, ataupun kedudukan seseorang, apapun bidang yang ditekuni, selama kita fokus dan mau untuk terus belajar, setiap orang tetap akan bisa memberikan sumbangsih terhadap Indonesia.
Bagi seorang Tuti Maryati yang juga pernah menjadi anggota Paskibraka Nasional 1974, dan anggota pertukaran pelajar pada Indonesia-Canada World Youth Exchange Program 1975, membuat air sungai “Bengawan Solo” terus mengalir adalah perjuangannya sebagai pekerja seni untuk mengisi kemerdekaan.
Dari Qingdao, China hingga ke Bassel, Swiss. Dari Paramaribo, Suriname hingga ke London, Inggris. Dan dari Tokyo, Jepang hingga ke Lisbon, Portugal air meluap sampai jauh sampai akhir hayatnya.