Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Sudah 50 Tahun Aktif Berfilateli, Mengumpulkan Prangko Bentuk Lain dari Menabung

Hampir seluruh daerah di Indonesia telah dikunjungi Richard untuk kepentingan filateli baik itu untuk memberikan ceramah filateli maupun sebagai juri.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Sudah 50 Tahun Aktif Berfilateli, Mengumpulkan Prangko Bentuk Lain dari Menabung
Istimewa
Dasril Ahmad, alumnus Fakultas Sastra Universitas Bung Hatta, Padang dan aktivis serta Pembina di perkumpulan filatelis di Padang 

Hampir seluruh daerah di Indonesia telah dikunjungi Richard untuk kepentingan filateli baik itu untuk memberikan ceramah filateli maupun sebagai juri pada lomba menata dan pameran filateli di daerah tersebut.

Suasana pameran filateli di Museum Munumen Bajra Sandhi Renon Denpasar berlangsung hingga Minggu 17 November 2019.
Suasana pameran filateli di Museum Munumen Bajra Sandhi Renon Denpasar berlangsung hingga Minggu 17 November 2019. (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

"Saya sudah bersumpah, seumur hidup saya untuk filateli," katanya ketika diwawancarai penulis seusai memberikan ceramah filateli pada “Pekan Kreativitas Filateli 1991” yang diselenggarakan PFI Cabang Padang, di kantor Pos Padang, tanggal 2 Juni 1991 lampau.

Berikut petikan wawancara selengkapnya.

T. Sudah berapa lama Anda berkecimpung di dunia filateli?

J. Sudah sejak tahun 1970.

T. Pada mulanya, apa yang memotivasi Anda mengumpulkan?

J. Oke, saya akan ceritakan dulu mengapa saya mengumpulkan. Waktu saya masih sekolah di SD, saya termasuk anak badung. Waktu itu, saya bongkar-bongkar lemari di kamar kakak dan orang tua, lalu ketemu album, bagus sekali.

Berita Rekomendasi

Begitu saya lihat bagus sekali, saya jadi tertarik. Lalu saya ambil itu album. Yang namanya kakak atau orang tua cuma bilang, “Ya, udah, ambillah! Peganglah..!” Saya tertarik.

Waktu itu, ada teman saya juga jadi pengurus Perkumpulan Filatelis, dan saya pun ditariknya bergabung jadi pengurus. Kemudian, sejak itu saya aktif di organisasi PFI (Perkumpulan Filatelis Indonesia), sampai sekitar tahun 1980. Lalu saya ke Jepang.

Dalam menggeluti itu, saya melihat berbagai macam bentuk dan gambar, termasuk juga berbagai macam hal yang positif (saya rasakan) dari hobby mengumpulkan.

Baca: 36 Warga Jepang Pelaku Penipuan Ditangkap di Filipina

Baca: Tanpa Diet Menyiksa, Ternyata Begini 6 Kebiasaan Makan Wanita Jepang, Badan Tetap Langsing

Sebagai contoh, dulu saya senang pelajaran aljabar. Kalau soal ujian aljabar, itu cara mengisinya benar semua oleh saya. Begitu sampai jawaban, misalnya angka hasilnya 50, saya ngawur (menulisnya) jadi 49, kadang-kadang 51.

Maka saya dipanggil sewaktu-waktu oleh guru saya, dijewer di depan kelas saya punya pusar, dipelintir sampai nangis.

Bayangkan coba, kalau pusar kita dipelintir, ‘kan sakitnya setengah mati! “Kamu ini kalau sudah ngerjain aljabar nggak ada yang benar isi jawaban akhirnya. Tapi jawabannya, proses menuju hasil akhir benar semua,” kata sang guru.

Kesal saya begitu. Tapi setelah saya mengenal dan mulai aktif mengumpulkan dengan organisasi PFI dan sebagainya itu, saya mulai merasakan perubahannya. Saya mulai teliti. Saya mulai check double check, sehingga kelihatan bagi kita perkembangannya itu.

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas