Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Sudah 50 Tahun Aktif Berfilateli, Mengumpulkan Prangko Bentuk Lain dari Menabung
Hampir seluruh daerah di Indonesia telah dikunjungi Richard untuk kepentingan filateli baik itu untuk memberikan ceramah filateli maupun sebagai juri.
Editor: Dewi Agustina
Kita jadi orang yang teliti, lebih cermat. Padahal saya dulu orangnya “urakan”, jorok, maka kini jadi lebih bersih. Jadi itu bukan omong-kosong, bukan kata-kata yang lips-service belaka. Tidak hera orang bilang hobby filateli itu hobby positif, bisa cermat. Bukan. Itulah kenyataan, karena saya mengalami sendiri.
Nah, setelah itu saya melihat bahwa hobby mengumpulkan ini memang banyak positifnya, banyak unsur-unsur yang sangat menunjang ke arah kebaikan, ketimbang misalnya para remaja sekarang yang gemar mengisap rokok dan sebagainya, itu ‘kan kelak bakal bisa menjurus kepada narkoba dan sebagainya, hal yang negatif.
Lebih baik kita ngumpulin, gitu lho! Kita bisa nekuni, bahkan ada teman saya yang punya suatu ruangan atau satu kamar sendiri berisi benda filateli.
Saya bilang “ruangan syetan”. Kenapa? Kalau sudah masuk ke ruangan itu lupa ke luar, lupa makan, lupa tidur, lupa segalanya. Benar. Itulah daya tariknya. Demikian pula saya, seperti kecanduan, gitu. Kalau sudah ngoleksi. Gimana gitu, jadi hal yang aneh gitu, tapi menarik!
T. Apa manfaat lain mengumpulkan bagi Anda?
J. Manfaat lain, ya? Karena saya juga senang aktif di organisasi, bahkan saya sudah bersumpah, seumur hidup saya untuk filateli. Itu janji saya, sumpah saya, seumur hidup saya itu untuk filateli.
Jadi, dulu juga pernah saya katakan pada pejabat Pos, kalau saya ada undangan untuk seminar filateli dari Sabang sampai Merauke, saya akan hadir. Saya akan usahakan menularkan ilmu saya kepada kawan-kawan filatelis (pengumpul prangko) dari Sabang sampai Merauke.
Karena ilmu itu, menurut saya, harus ditularkan, harus diberikan kepada orang lain. Jangan dibawa sendiri, gitu. Kita hidup sosial, hidup di tengah-tengah lingkungan masyarakat, maka keseimbangan sosialis itu harus dijaga dengan baik, keseimbangan kehidupan antara satu umat manusia dengan umat lain.
Baca: Kelakuan Reino Barack Saat di Restoran Mewahnya Bikin Syahrini Bete & Beri Julukan Ini untuk Suami
Baca: Ungkap Sertifikat Palsu Yakuza Jepang, Kepala Asosiasi Pariwisata Dapat Penghargaan dari Polisi
Kecuali kalau kita hidup di hutan, ya? Kita saling membutuhkan. Oleh karena itu, ilmu itu pun juga perlu kita berikan kepada orang lain.
T. Berapa banyak koleksi Anda?
J. Saya, nggak banyak koleksi saya. Nah, ini yang sering ditanyakan orang kepada saya. Kalau saya udah lama mengumpulkan, ya benar. Orang banyak salah tafsir sebagai pengurus filateli dikira banyak koleksi prangkonya.
Nggak begitu. Bukan berarti orang yang sudah lama berkecimpung di bidang filateli, seperti saya, punya banyak koleksi. Saya tidak melihat kepada jumlahnya, kuantitasnya, tapi lihatlah kualitasnya. Kita harus mengumpulkan berdasarkan kualitas.
Artinya apa? Saya sudah spesialisasi, antara lain, untuk sampul-sampul surat kuno Inggris tahun 1800-an. Lalu Red Cross. Hanya itu saja, dan itu nggak banyak jumlahnya.
Sampul-sampul kuno itu paling berapa banyak sih. Nggak sampai itu jutaan lembar. Iya kan? Paling juga 10 ribu, atau 20 ribu paling banyak, barangkali. Tahun 1800 yang ada kan pasti sudah terbakar, terbuang, masuk sampah dan sebagainya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.