Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Ketika Sang Jenderal Menyuguhkan Sukun Goreng
Sehari sebelumnya mantan Pangdam Pattimura ini memang mendapat kiriman dua kotak besar buah sukun dari Ambon Maluku.
Editor: Hasanudin Aco
Saat ini, taman dikenal dengan Taman Renungan Bung Karno atau sering disebut Taman Renungan Pancasila. Lokasinya di Kelurahan Rukun Lima. Di taman tersebut, terdapat patung Soekarno duduk merenung di bawah pohon sukun bercabang lima sambil menatap ke arah laut.
Pohon sukun yang ada di Taman Renungan Bung Karno disebut Pohon Pancasila. Pohon yang ada saat ini adalah pohon yang ditanam pada 1981, karena pohon yang asli sudah tumbang sejak 1960.
Sebagaimana yang dilansir wikipedia, sukun sesungguhnya adalah kultivar yang terseleksi sehingga tak berbiji. Kata "sukun" dalam bahasa Jawa berarti "tanpa biji" dan dipakai untuk kultivar tanpa biji pada jenis buah lainnya, seperti jambu klutuk dan durian.
"Akarnya mencengkram kuat, menjalar luas, cocok juga untuk pantai yang rawan tsunami dan rawan longsor. Pengembangan biak nya dengan tunas, sehingga satu pohon bisa tumbuh puluhan pohon baru. Pembibitannya juga terbilang tidak sulit, serta mudah tumbuh," ungkap mantan Komandan Jenderal Kopassus ini.
Di Indonesia sukun dikenal dengan beberapa sebutan, diantaranya kulur (bahasa Sunda), atau kluwih (bahasa Jawa), kulu (bahasa Aceh), kalawi (bahasa Minang), bakara' (bahasa Makassar).
Saya pernah mendapat info, Ibu Mufidah Jusuf Kalla beberapa kali mengirimkan buah sukun asal Bone Sul Sel ke kediaman ibu Megawati Soekarno Putri di Kebagusan Jakarta Selatan. Kabarnya Ibu Megawati termasuk penikmat sukun goreng.
Kepedulian Doni tak sebatas pada sukun. Namun juga buah buah dan hasil bumi lainnya asal tanah Indonesia. Doni akan protes kepada stafnya jika penganan rapat disajikan buah impor.
Di BNPB sendiri Doni sudah mengumumkan dan mempraktekan hal tersebut. Dalam salah satu postingan yang beredar di sosial media dan WA Grup, bunyinya begini:
Setelah melarang keras penggunaan botol plastik kemasan sekali pakai di lingkungan BNPB/BPBD termasuk dalam berbagai acara agar membudayakan Tumbler, kembali Letjen Doni Monardo mengingatkan jajarannya untuk menyajikan penganan buah buah lokal Indonesia.
Hindari buah impor, agar petani Indonesia menikmati manfaatnya. Salak pondoh, matoa, langsat, rambutan, sukun, singkong, ubi, kacang rebus, dll adalah jagoan cemilan Indonesia.
Gerakan ini bukan hal baru, namun kerap kita melupakannya dengan kata lain abai serta tak mau berepot ria. Saatnya konsisten, satunya kata dan perbuatan atas nama kesejahteraan petani.
Sedikit saja perubahan, dan jika semua lembaga pemerintah mulai dari pusat hingga paling bawah, termasuk swasta menunaikannya, maka denyutnya akan terasa untuk kebaikan hasil bumi Indonesia serta kesejahteraan petani.
Salam Tangguh, kita jaga alam, alam jaga kita. Mari mengunyah renyahnya sukun