Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Ke Mana Langkah Budi Gunawan Setelah dari BIN?
Namun sampai akhir Presiden Jokowi menyebut satu per satu nama, Budi Gunawan tidak kunjung disebut.
Editor: Hasanudin Aco
Oleh: Rudi S Kamri
Pengamat Sosial dan Politik
TRIBUNNEWS.COM - Pada saat Presiden Joko Widodo mengumumkan susunan Kabinet Indonesia Maju pada 23 Oktober 2019, nama yang saya tunggu-tunggu adalah Jenderal Pol (Purn) Prof Dr Drs Budi Gunawan SH MSi PhD.
Namun sampai akhir Presiden Jokowi menyebut satu per satu nama, Budi Gunawan tidak kunjung disebut.
Sebelumnya santer terdengar BG (sebutan populer Budi Gunawan), akan menjabat Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) atau Menteri Dalam Negeri.
Namun prediksi semua pengamat ternyata meleset.
Baca: Presiden Jokowi Telah Mengantongi Nama-nama yang Akan Mengisi Wantimpres
Jabatan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang disandang BG mulai 9 September 2016 selayaknya perlu penyegaran, dan pasca-Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, peranan BG telihat cukup menonjol.
Berkat keuletan BG, pertemuan Jokowi-Prabowo Subianto di Stasiun MRT Jakarta sukses meredam situasi politik dalam negeri yang sempat memanas pasca-Pilpres 2019.
Masyarakat luas serta-merta memberikan poin positif buat BG waktu itu.
Jadi, tidak aneh beberapa kalangan memprediksi BG akan mendapat tempat strategis di Kabinet Indonesia Maju.
Apalagi sudah menjadi rahasia umum bahwa BG juga merupakan "orang dekat" Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP.
Performa BG selama tiga tahun memimpin BIN sangat debatable.
Ada beberapa pihak menganggap BG kurang berhasil memimpin markas Pejaten (Kantor BIN), namun ada pihak lain menganggap BG cukup berhasil.
Semua pendapat perlu kajian dan perspektif yang mendalam. Yang jelas dalam percaturan politik nasional saat ini peran BG cukup diperhitungkan.
Kini, setelah semua kursi Kabinet Indonesia Maju sudah terisi penuh, ke mana selayaknya BG ditempatkan?