Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

SKT FPI dan Matinya Optimisme Publik

Komitmen Kemenag pada pemberantasan radikalisme menjadi ambigu dengan memperpanjang izin operasional FPI.

Editor: Husein Sanusi
zoom-in SKT FPI dan Matinya Optimisme Publik
Istimewa
KH Imam Jazuli menyampaikan sambutan di acara Haul KH Anas Sirajuddin 

SKT FPI dan Matinya Optimisme Publik

Oleh KH. Imam Jazuli, Lc., M.A.*

Diterbitkannya SKT FPI tidak sama dengan merangkul perbedaan dalam keragaman. Komitmen Kemenag pada pemberantasan radikalisme menjadi ambigu dengan memperpanjang izin operasional FPI. Oleh karenanya, Bapak Tito Karnavian (Kemendagri) pantas mempertanyakan tafsir AD/ART FPI dan ragu akan deal politik antara FPI dan Kemenag.

Keraguan Kemendagri cukup beralasan, karena SKT FPI dapat saja bertentangan dengan SKB 11 Menteri tentang pemberantasan radikalisme. Sebab, selama ini FPI adalah salah satu elemen masyarakat yang cukup mencolok dalam merepresentasikan perilaku-perilaku radikal. Kemendagri pun tidak puas pada komitmen kebangsaan FPI, yang konon telah bersepakat dengan Kemenag untuk setia pada Pancasila dan NKRI.

Bukan saja Kemendagri yang curiga, publik pun curiga tentang 'deal' antara Kemenag dan FPI. Sebab, komitmen setia FPI pada Pancasila dan NKRI didukung oleh partai politik seperti PKS. Mardani Ali Sera (Ketua DPP PKS) dengan optimis memastikan FPI bisa buktikan kesetiaannya pada NKRI dan Pancasila. Jangan-jangan deal Kemenag dan FPI merupakan deal politik, bukan deal ideologis.

Dalam konteks ini, Menag terlihat bagaikan singa ompong. Semangatnya yang menggebu dalam memberantas radikalisme, berkoar-koar mewacanakan pelarangan cadar dan celana cingkrang bagi ASN, ternyata melempem di hadapan kekuatan FPI.

Pepatah bilang; bila guntur terlalu menggelegar, sering kali tak akan turun hujan. Publik pun menerima kecurigaan Tito Karnavian terkait keputusan dan deal politik antara FPI dan Fachrul Razi.

Berita Rekomendasi

Terlalu dini Fachrul Razi mempermainkan rakyat dan umat muslim. Gaya politik yang dimainkannya sudah basi dan tidak jauh berbeda dari gaya Prabowo. Ia memberikan semangat moril pada gerakan kaum radikal, misalnya di saat-saat kampanye menjelang Pilpres 2019.

FPI pun punya harapan kelak Prabowo menang jadi presiden maka Imam Besar Habib Rizieq pulang ke Indonesia. Pasca Pilpres, Prabowo tumbang. FPI dan Prabowo pisah ranjang.

Kekalahan telak Prabowo dari Jokowi pada Pilpres 2019 adalah jawaban besar pada publik bahwa gerakan radikalisme sudah berakhir. Dengan mengabaikan FPI, publik merasa nyaman dengan pilihan politik Prabowo. Gerakan radikal jauh dari kekuasaan dan pemulihan paham radikalisme akan dilakukan secara kultural. Malangnya, tak ada Prabowo, malah Fachrul Razi yang dekat dengan FPI.

Kita tidak akan menyebut beginilah corak berpolitik para mantan jenderal. Penulis hanya melihat penerbitan SKT FPI ini tidak beres. Jika kelak Kemendagri ikut-ikutan meloloskan SKT dari Kemenag ini, maka sudah jelas dan terang benderang upaya pemberantasan radikalisme hanya omong kosong pemerintah.

Kemendagri dan Bapak Tito Karnavian menjadi harapan terakhir asa publik di mana radikalisme pasti tumbang di suatu hari.

Walaupun memang selama ini rakyat kecil mudah diakali. Masih terbuka lebar pintu kemungkinan bagi Kemendagri dan Bapak Tito Karnavian untuk menyetujui SKT FPI. Sebab, rakyat memang bodoh. Satu-satunya manusia yang hebat, benar, dan pintar adalah mereka yang memegang pucuk kekuasaan. Artinya, jika kelak Kemendagri satu suara dengan Kemenag, apa boleh buat. Rakyat dipaksa harus berlapang dada, dan sudah biasa rakyat disakiti berkali-kali.

Inilah saatnya umat muslim menolak diadu domba. Jangan ada konflik lagi di antara sesama rakyat kecil. Jangan sampai tercipta suasana chaos dan perpecahan, karena akan memberi kesempatan tampilnya para politisi sebagai pahlawan kesiangan.

Halaman
12
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas