Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Mengenang Gus Solah sebagai “Bapak Civil Society” Indonesia

mengingat Gus Solah terbukti bekerja keras membangun masyarakat Indonesia yang madani.

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Mengenang Gus Solah sebagai “Bapak Civil Society” Indonesia
Istimewa
KH. Imam Jazuli, Lc. MA, alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015. 

Pendidikan politik yang berwibawa ini sudah dipraktikkan oleh Gus Solah sejak lama. Salah satunya lewat ungkapnya yang terkenal, “NU adalah organisasi yang terdiri dari jamaah-jamaah yang mayoritas masih tradisional dalam berpikirnya. Harapannya, Kiai berperan sebagai inisiator dan elite karismatik yang mampu membentuk peradaban dan masa depan cerah bangsa,” (Novi Wulandari, 2019).

Bagaimana cara membangun masa depan bangsa? Gus Solah menjelaskan, “NU itu adalah organisasi yang harus dijalankan dengan ikhlas, lillahi ta’ala, dan jangan berbuat macam-macam. Masyarakat Nadhliyyin itu pasti berpikiran ikhlas, dan segalanya dilakukan atas dasar kecintaan pada NU. Segala kegiatan selesai dengan baik karena warga Nahdliyyin mengerjakannya dengan ikhlas, bahkan kiai-kiai terkadang harus mengeluarkan dana pribadinya sebagai tambahan,” (Novi Wulandari, 2019).

Bekerja untuk bangsa dan negara, untuk Islam dan umat muslim,  harus dikerjakan dengan ikhlas. Berpolitik, berbisnis, berkebudayaan, berkesenian, berorganisasi, dan apapun itu, semua harus dilakukan dengan ikhlas. Jangan sampai mencari keuntungan diri sendiri dan kelompok. Berdusta dan berbohong bukan ciri warga Nahdliyyin, itu pesan Gus Solah.

Dengan kata lain, Gus Solah berharap pemimpin-pemimpin NU menjadi teladan positif dan tidak menyesatkan jamaah Nahdliyyin, apalagi merugikan organisasi. Beberapa bulan ke depan, NU akan menyelenggarakan Muktamar di Lampung. Jangan sampai nasehat bijak dan cita-cita Gus Solah membangun “masyarakat Madani” terabaikan begitu saja.

Akhir kata, penulis hanya bisa berdoa kepada Allah swt, semoga almarhum Gus Soleh mendapatkan tempat yang terbaik dan indah disisi-Nya. Amin, dan warga Nadhliyyin , juga seluruh umat yang ditinggal pergi dapat meneladani seluruh jejak perjuangan beliau. Jika penerus beliau tidak segera muncul, maka kabar duka itu akan abadi selamanya. Naudzubillah.[]

*Penulis adalah alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.

BERITA REKOMENDASI
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas