Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Ambyaaarrr
Dalam setiap pentas, Didi Kempot selalu dengan suara lantang mengatakan, “Wong Jawa aja lali jawane.”
Editor: Hasanudin Aco
Akan tetapi, lagu-lagunya itu disukai banyak orang dari berbagai lapisan masyarakat, karena merasa terwakilkan kegundahan hatinya di zaman ini.
Gundah karena pandemi Covid-19, juga sebelumnya gundah karena invasi budaya asing yang semakin menjadi-jadi; yang cepat atau lambat kalau dibiarkan saja akan menggusur, mengubur budaya bangsa yang sangat beragam ini.
Keragaman budaya di negeri ini adalah keniscayaan. Artinya keragaman budaya itu tidak dapat dipungkiri keberadaannya.
Di dalamnya, terkandung nilai-nilai luhur antara lain gotong-royong, setia kawan, harmoni, toleran, guyup dan rukun, tenggang rasa, ramah, jujur, kebenaran, kebersamaan, dan kreatif.
Dan, perjalanan hidup Didi Kempot adalah perjalanan kreativitas, kejujuran, toleransi, kesetiakawanan, kebersamaan, dan keramahan.
Maka itu, kematiannya pun akan membuat duka banyak orang dari mana-mana, baik yang tinggal di pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, maupun perkotaan.
Tetapi, seperti kata Steve Jobs, kematian membuka peluang bagi yang baru untuk berkembang, dan yang lama untuk pergi.
Kematian memastikan, bahwa roda dunia tetap berputar agar tidak ambyar. Requiescat in pace; semoga beristirahat dalam damai. ***