Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
'Ketupat Semangat' Wisma Atlet dari Doni Monardo
Koordinator Tim Relawan Gugus Tugas Covid-19 menyiapkan kambing guling, opor ayam, ketupat, dan soto untuk 1.500 orang di Wisma Atlet Kemayoran.
Editor: Dewi Agustina
Selain memberikan konseling, tim kesehatan mental memberikan ice breaking kepada personel atau petugas yang bekerja di RS Darurat Wisma Atlet.
"Ice breaking diberikan untuk menghadapi pasien dengan latar belakang berbeda," ucap Doni.
Ia mencontohkan ketika perawat berhadapan dengan pasien yang berprofesi anak buah kapal (ABK).
Mereka masih muda tetapi positif COVID-19. Menghadapi anak-anak muda seperti ini membutuhkan kesabaran.
Selain itu, pengertian dan pemahaman pasien mengenai COVID-19 masih kurang. Misalnya, mental pasien drop ketika diinformasikan terpapar virus.
Beberapa petugas medis dan non medis dan relawan juga diminta menyampaikan testimoni.
Nuryati Manulang, tenaga kesehatan, misalnya, mengaku sudah lebih dua bulan tidak pulang.
"Sudah dua bulan lebih tidak pulang, karena saya mau melayani pasien Covid-19 di Wisma Atlet. Saya hanya memohon kepada masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah," kata Nurhayati dalam logat Batak-nya.
Besar harapan Nuryahati dan para petugas lain di RS Darurat, pasien Covid-19 makin berkurang dan terus berkurang hingga akhirnya tidak ada lagi yang perlu dirawat.
Baca: Viral Video Warga di Magetan Usir Pendatang Pakai Meriam Bambu, Ini Penjelasan Ketua RT
Itu semua dimungkinkan, jika masyarakat bekerja sama dan dengan kesadaran tinggi, mematuhi protokol kesehatan.
Rajin mencuci tangan, mengenakan masker jika bepergian, selalu jaga jarak, hindari kerumunan.
"Makin cepat wabah teratasi, makin cepat pula kami bisa pulang dan berkumpul dengan keluarga," ujarnya.
Demikian pula relawan dari Aceh, Jakarta, dan berbagai daerah lain, yang sudah lebih dua bulan tidak pulang.
Senada, semua mengimbau agar masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan. Rajin cuci tangan, memakai masker, jaga jarak, dan sebisa mungkin menghindari bepergian untuk keperluan yang tidak penting.
Testimoni juga diberikan oleh para pasien corona yang sudah sembuh. Mereka sudah mengantongi keterangan sehat dan diizinkan pulang ke rumah, berkumpul bersama keluarga.
Risma misalnya, menjalani karantina sejak tanggal 22 Mei, sekembali dari India.
Ia menilai, proses karantina dari mulai penjemputan di bandara hingga diizinkan pulang, semua sangat bagus.
Baca: New Normal Libatkan TNI-Polri, Komisi I Minta Tak Perlu Ada Kekerasan
"Kamarnya AC lengkap dengan wifi. Makan pun teratur, tiga kali sehari dengan menu yang enak. Dan yang lebih penting, kita merasa secure, karena sangat diperhatikan faktor kesehatannya. Terima kasih kepada semua pihak yang sudah menyelenggarakan karantina ini," ujarnya.
Seorang ABK kapal asing yang sejak 23 Mei menjalani karantina selama empat hari, juga memberikan testimoninya sebelum meninggalkan Wisma Atlet.
Menjawab pertanyaan petugas seputar pelayanan selama karantina, seketika ia mengacungkan jempol.
"Bagus. Akomodasinya sangat bagus dan makanan berlimpah," ujarnya.
Tiga pekerja migran asal Jawa Timur (Malang dan Tulungagung), memberi testimoni bersama-sama, sebelum meninggalkan Wisma Atlet setelah empat hari dikarantina.
Ditanya kesan-kesan, kompak mereka menjawab, "Baguuusss...." Ditanya tingkat kepuasan, kompak pula menjawab, "Puaaasss...."
Makin Semangat, Makin Tangguh
Perasaan senang terpancar dari para dokter, petugas kesehatan, staf dan relawan di RS Darurat Wisma Atlet.
Beberapa tenaga medis yang berasal dari unsur TNI juga tampak termotivasi dengan kehadiran Letjen TNI Doni Monardo.
Penuh perhatian dan sikap kebapakan, Doni berdialog dengan Kakesdam Jaya Kolonel (Ckm) dr Stefanus Dony, Mayor (Ckm) dr Martin, Kapten (Ckm) dan dr Didon.
Baca: Cek Kesiapan New Normal di Jateng, Ganjar Datangi Kantor Samsat dan Pelayanan Terpadu
Di antara mereka terdapat ahli jantung Kapten (Ckm) dr Tiya yang didatangkan dari Padang, Sumatera Barat.
Ia pun, seperti halnya petugas medis lain, sudah lebih dua bulan lebih tidak berkumpul bersama keluarga.
Doni Monardo tak henti-henti memompakan semangat kepada para prajurit sekaligus prajurit kemanusiaan itu.
Apa yang dilakukan Doni Monardo, sejatinya sebuah upaya penguatan moral, terlebih di saat Lebaran.
Bagi umat muslim, Lebaran adalah momentum silaturahmi, momentum berkumpul bersama keluarga.
Bisa dibayangkan, saat-saat berbahagia harus diikhlaskan demi menjalani tugas kemanusiaan.
Semakin mengerti saya, mengapa Doni Monardo memilih tidak pulang, dan tidur di kantor.
Kehadiran Doni di RS Darurat Wisma Atlet, juga makin menanamkan kesadaran terdalam, memompakan semangat dan dukungan moral, menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi para petugas medis dan para relawan itu.
Dalam jiwa yang semangat, terdapat mental yang kuat. Dalam mental yang kuat, bermuara pada imunitas tubuh. Sungguh, sebuah kondisi yang sangat dibutuhkan oleh mereka.
Baca: Pegiat HAM Sebut Wawancara dengan Koruptor Tak Masalah Asal Sesuai Prosedur
Hanya dengan begitu, mereka bisa bertahan di tengah himpitan rasa jenuh dan letih yang bertumpuk.
Tuntas meninjau dan berdialog dengan para “pahlawan kemanusiaan” di RS Darurat Wisma Atlet, Doni Monardo dan rombongan Gugus Tugas Covid-19 pun berpamitan kembali ke markas Gugus Tugas di Graha BNPB, Jl Pramuka, Jakarta Timur.
Dalam perjalanan kaki menuju lokasi mobil, mendadak Doni berhenti di sebuah pohon.
Sambil melihat ke arah staf yang mendampinginya, ia menunjuk pohon itu dan berkata, "Ini pohon mindi."
Doni melanjutkan jalan kaki. Mendadak berhenti lagi, dan menunjuk sebuah pohon setinggi kurang lebih lima meter sambil berkata, "Nah, kalau yang ini pohon pule. Aromanya wangi saat bunganya kuncup," ucapnya bahagia.
Kami mengiyakan, sambil melihat ke arah pohon yang ditunjuk Doni. Lalu, Doni kembali melangkah menuju kendaraannya. Kami di belakang saling tatap.
Tidak ada kalimat yang kami ucapkan. Hening. Tapi kalau harus dibahasakan di sini, kurang lebih mata kami berbicara, "Pohon. Itulah kebahagiaan Doni. Pohon. Itulah semangat Doni."
* Penulis adalah Tenaga Ahli BNPB dan anggota Gugus Tugas PP Covid 19