Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Kondisi The New Normal: Antara Ghost Protocol dan Desentralisasi Global
New Normal merupakan habitus baru dalam kehidupan manusia ketika suatu negara dalam pengaruh Covid-19.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
New Normal merupakan habitus baru dalam kehidupan manusia ketika suatu negara dalam pengaruh Covid-19.
Habitus baru itu menyangkut cara baru untuk hidup termasuk berpikir, berkomunikasi, berperilaku dan bertindak. Mengingat alam itu selalu menemukan, keseimbangannya sendiri, habitus baru itu merupakan bentuk keseimbangan yang terkait antara apa yang seharusnya dan apa yang sebaiknya.
Oleh karena itu, New Normal harus dijadikan momentum bagi Indonesia untuk mewujudkan The New Indonesia yakni negara yang mandiri dan bebas dari ketergantungan.
Melalui New Normal ini, habitus baru Indonesia harus berujung pada terwujudnya ketahanan nasional yang dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk ipoleksosbudhankam, demografi, geografi dan manusianya.
Meskipun dianggap mustahil atau impossible, sebenarnya sudah kepalang tanggung. Karena desentralisasi global terbentuk, seharusnya New Normal atau habitus baru Indonesia berakhir pada terwujudnya The New Indonesia yakni negara Indonesia yang mandiri dan kuat.
Ketidakpastian akan masa depan dalam New Normal, demikian diungkapkan lebih lanjut, dihadapi seluruh negara termasuk Indonesia.
Tak satu negarapun yang dapat memastikan kapan pandemi ini berakhir atau malah ada ancaman lain yang baru. Yang perlu diperhatikan, ungkapan “survival of the fittest” atau seleksi alam semakin banyak digunakan untuk mempertanyakan kemampuan dan kekuatan suatu negara untuk dapat keluar dari krisis tersebut.
Ini seperti pepatah yang mengatakan, “Jika ukurannya adalah besar, maka gajah adalah raja rimba dan bukan singa.”
Masih terkait dengan New Normal, saya teringat tag line Ghost Protocol yakni, “No Plan, No Back-Up dan No Guide”.
Tag Line ini sekaligus mengingatkannya tentang kekalahan Jepang atas Sekutu setelah pemboman Hirosima dan Nagasaki sebagai momentum kemerdekaan Indonesia.
Tidak ada satu rencana, tidak ada dukungan kekuatan dari negara besar ataupun petunjuk menjalankan sebuah negara yang baru merdeka, ketika Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Dalam situasi yang serba tidak pasti itu, Tim Mission Impossible yang dipimpin oleh Soekarno menjalankan negara Indonesia.
Meskipun disebut mustahil, impossible, tidak mungkin, atau tidak pasti, habitus baru atau new normal tetap harus dijalankan jika ingin hidup. Hanya, kemustahilan menjadi kenyataan ketika seluruh beban dijatuhkan kepada pemerintah semata dan masyarakat bersikap terserah. Ini momentum bangsa Indonesia. Masyarakat dan pemerintah harus menjadi tim mission impossible.
Selain itu, yang tidak kalah penting, masyarakat juga harus bahu membahu bersama pemerintah dalam menghilangkan trauma terhadap Covid-19 yang ada dalam masyarakat.
Secara tidak sadar, Covid memunculkan trauma di tengah masyarakat dan ini harus dihilangkan.
Trauma karena takut akan tertular hingga kematian akibat Covid menjadi salah satu kendala keberhasilan dan poin penting yang harus diperhatikan dalam The New Normal. (*/)
Artikel Juga Sudah Tayang di Tribun Batam dengan Judul The New Normal: Antara Ghost Protocol dan Desentralisasi Global,