Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Blog Tribunners

Mengapa Manusia Sekarang Tidak Makan Daging Hyena, Jerapah, atau Kuda Sungai?

Kita tidak memakan kulupan atau gudangan daun jati, jarak, sukun dan pinus? Jutaan ragam serangga hanya kita nikmati warna dan bunyinya.

Penulis: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Mengapa Manusia Sekarang Tidak Makan Daging Hyena, Jerapah, atau Kuda Sungai?
KOLEKSI PRIBADI
RA SURYANTO, Biopaleoantropolog FK UGM 

OLEH : R.A SURYANTO, Biopaleoantropolog FK UGM

Saat ini kita memakan daging sapi, kambing, ayam dan babi. Sebagian besar diet daging utama kita hanya di sekitar itu.

Diet bahan dari laut, sungai dan danau kita juga relatif terbatas ragamnya. Saat ini produk turunanannya makin beragam dengan teknik pengolahan yg beragam pula.

Saat ini kita pun relatif terbatas mengkonsumsi ragam tanaman.

Kita memenuhi kebutuhan karbohidrat (beragam sereal dan umbi), sayur-mayur dan buah-buahan yang saat ini dibudidayakan dan diolah masif; bahkan dengan budidaya agroindustri.

Produk industri pengawetan dan pengalengannya makin menjadi pilihan saat ini.

Mengapa kita saat ini tidak menyantap hidangan daging jerapah, singa, hyena, zebra, kuda sungai dan singa laut?

BERITA TERKAIT

Kita tidak memakan kulupan atau gudangan daun jati, jarak, sukun dan pinus? Jutaan ragam serangga hanya kita nikmati warna dan bunyinya.

Hanya sebagian kecil etnis di bumi menyantapnya sebagai hidangan pelengkapnya.

Namun itu hanya sebagian sangat kecil dari jumlah ragam serangga di bumi.

Ternyata jutaan jenis hewan dan tanaman di bumi ini kita anggap bukan makanan karena beragam sebab.

Sebab itu karena rasanya, pantangan atau dosa. Mungkin juga belum menemukan teknik pengolahannya yang tepat.

Belum sanggup diasinin, diasapin, difermentasi, dan dibacem.

Keterbatasan pilihan makanan kita saat ini adalah hasil eksperimen leluhur kita. Kita mewarisi selera para leluhur.

Mungkin kelompok Australopithecus, Homo erectus dan hominid purba memungut makanan langsung di lingkungan sekitarnya, tanpa pengolahan yg rumit.

Buru, potong, dan santap untuk hewan. Masa berikutnya mulai membakarnya saat mampu menjinakkan dan mengontrol api.

Pungut dan santap untuk dedaunan dan buah-buahan.

Masa berikutnya mulai mengenal memasak dengan api dan tembikar atau gerabah.

Tentu saja menuju masa kini teknik mengolah dan menyimpan makanan makin beragam dan kompleks.

Mereka makin lama makin memilih sumber-sumber dietnya.

Makin lama pilihannya makin terbatas sejak leluhur kita memilih hidup menetap dengan kebudayaan domestikasinya.

 Hanya hewan dan tanaman terselektif yg mereka usung dan pelihara di lingkungan barunya. Homo sapiens makin selektif dietnya.

Apakah para saudaraku sudah sarapan? Jika sudah sarapan mari kita ngobrol perihal evolusi hidangan di meja makan kita.(*)

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas