Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Selamat Jalan Perintis Hari Olahraga Nasional
Pria kelahiran Patani, Halmahera Tengah, Maluku Utara, 20 Juni 1939, itu pernah menduduki jabatan Menteri Muda Urusan Pemuda Kabinet Pembangunan III
Penulis: Toni Bramantoro
Dunia olahraga Indonesia berduka. Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), dr Abdul Gafur meninggal meninggal dunia di Rumah Sakit Gatot Subroto, Jakarta, Jumat, (4/9/2020) pukul 6.35 WIB dalam usia 81 tahun.
Pria kelahiran Patani, Halmahera Tengah, Maluku Utara, 20 Juni 1939, itu pernah menduduki jabatan Menteri Muda Urusan Pemuda Kabinet Pembangunan III (1978–1983) dan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (1983–1988).
"Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Kita telah kehilangan tokoh olahraga yang cukup besar perannya dalam peningkatan prestasi olahraga Indonesia. Saya selaku Ketua Umum KOI dan jajarannya ikut belasungkawa yang mendalam. Semoga almarhum husnul khotimah," ungkap Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia), Raja Sapta Oktohari yang akrab dipanggil RSO.
Abdul Ghafur merupakan perintis Hari Olahraga Nasional (Haornas) saat pertama diperingati pada tanggal 9 September 1981. Melalui Kepres nomor 67 tahun 1985, Haornas ditetapkan tanggal 9 September yang diperingati secara nasional.
Dalam pencanangan Haornas pertama di Solo, Jateng oleh Presiden Soeharto itu kemudian dideklarasikan semboyan "Memasyarakatkan Olahraga & Mengolahragakan Masyarakat”.
Gerakan ini menjadi mesin penggerak dimana masyarakat bukan hanya di perkotaan juga hingga pelosiok desa gemar berolahraga. Bahkan di tingkat sekolah pun diwajibkan Senam Kesegaran Jasmani (SKJ). Prinsipnya Abdul Ghafur menginginkan masyarakat Indonesia sadar pentingnya olahraga untuk menjadi sehat bugar baik fisik maupun jasmani.
Selama menjadi Menpora, peranan Abdul Gafur punya ambisi besar untuk mempertahankan posisi sebagai juara umum SEA Games.
Dia bermaksud meningkatkan posisi Indonesia dari rangking menjadi ke lima di Asian Games. Selanjutnya, di Olimpiade 1988, Abdul Gafur, selaku Menteri Pemuda dan Olahraga menarget Indonesia meraih medali, "Minimal sebuah medali perunggu," kata Gafur.
Abdul Ghafur yang menjabat Menpora selama dua periode (1978-1983-1983-1988) itu menerima penghargaan sebagai tokoh pengabdi olahraga seumur hidup (Lifetime Achievement) bersama enam tokoh olahraga lainnya.
Pada era Abdul Ghafur, olahraga Indonesia menggeliat baik dari sisi prestasi maupun pembangunan fasilitas olahraga. Prestasi olahraga Indonesia pada kurun waktu 1970-an hingga 1980-an cukup menggembirakan. Menjadi raja di SEA Games dan disegani di kawasan Asia.
Setelah tak menjabat sebagai menteri, Abdul Gafur menyusun buku berisi kisah tentang Presiden Soeharto. Ia menulis buku berjudul Pak Harto, Pandangan dan Harapannya. Buku setebal 537 halaman itu terbit pada akhir Januari 1988. Empat tahun kemudian, Desember 1992, Abdul Gafur kembali meluncurkan buku karangannya. Sebuah buku biografi Tien Soeharto, berjudul Biografi Siti Hartinah Soeharto, Ibu Utama Indonesia yang terbit dengan tebal 572 halaman.
Abdul Gafur juga menjabat sebagai pemimpin umum Harian Pelita. Sambil menulis buku-buku tebal di atas, Abdul Gafur memimpin Harian Pelita dan harus menangani kondisi tidak seimbang harian tersebut.
Selain mengurusi Pelita, Abdul Gafur juga menerbitkan majalah Sinar. Majalah ini dikelolanya bersama bersama pengusaha Sudwikatmono, sejak 1993.
Selain itu, Abdul Gafur juga mengembangkan bisnis ke arah lain, yakni dengan melirik bidang transportasi, ia mendirikan perusahaan transportasi Dian Taksi.