Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Amuk Orang Gila, Apakah Sengaja Dirancang?
Sulit membayangkan peristiwa penusukan oleh "orang-orang gila" yang beruntun dan berulangkali terjadi ini hanya sesuatu bersifat kebetulan belaka.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Pertanyaan macam ini hadir untuk memenuhi rasa penasaran publik. Tentu tak boleh menuduh sebelum ada bukti. Tapi, siapa tertuduh dan siapa yang bisa membuktikan?
Penyerangan Ali Jabir, jika tak dituntaskan penyelidikan dan penyidikannya, akan memperkuat asumsi publik bahwa ini semacam operasi. Sebuah operasi untuk menyampaikan pesan penting. Pesan apa dan kepada siapa?
Pastinya, penusukan "orang-orang gila" kepada mubaligh, guru ngaji, imam masjid dan ustaz ini dirasakan oleh para aktifis keummatan sebagai sebuah teror yang serius.
Terutama kepada mereka yang aktif melakukan gerakan moral-politik keummatan. Wajar jika kemudian ada yang curiga ini bagian dari operasi untuk menakut-nakuti para aktifis keummatan yang selama ini makin kritis kepada penguasa.
Sulit membayangkan peristiwa penusukan oleh "orang-orang gila" yang beruntun dan berulangkali terjadi ini hanya sesuatu yang bersifat kebetulan belaka. Kenapa?
Pertama, sasarannya selalu mubaligh, ustaz, guru ngaji dan imam shalat. Kedua, kejadiannya berulang-ulang.
Ketiga, ada perencanaan. Keempat, alat yang dipakai selalu mirip. Dari pisau, celurit atau parang. Kelima, seringkali peristiwa terjadi di saat situasi politik lagi kurang kondusif. Semoga asumsi ini salah.
Kejadian penyerangan ini seperti punya pola. Publik bertanya: adakah yang mendesain? Meski kecurigaan publik terus tumbuh, toh belum ada yang bisa mengurai bukti-buktinya.
Di sisi lain, muncul juga pertanyaan: Kenapa orang-orang gila itu tidak menyasar kepada para aktifis politik-keummatan? Ngeri!
Kalau para aktifis keummatan yang disasar, seperti Din Syamsuddin, Abdullah Hehamahua, Habib Rizieq, Bachtiar Nasir, Rizal Ramli, Sobri Lubis, Slamet Ma'arif atau Yusuf Martak misalnya, maka dampaknya bisa panjang dan akan memicu gerakan sosial yang lebih besar.
Bisa tak terkendali. Karena kemarahan publik bisa segera terkonsolidasi. Jika asumsi dan spekulasi publik benar ada design dibalik beruntun dan berulangnya peristiwa orang gila ini, maka yang menarik untuk diteliti adalah pola rekruitmen eksekutor dan sistem operasinya.
Apakah melalui uang dengan merekrut orang-orang miskin yang kepepet kebutuhan finansialnya. Namanya juga kepepet, pekerjaan apapun akan dilakukan.
Atau menggunakan pola doktrin. Tentu ini akan makan waktu cukup lama. Karena butuh keyakinan dan pembinaan.
Atau dihipnotis. Cara hipnotis akan memerlukan waktu yang jauh lebih pendek dan instan. Melihat polanya, ada yang menganalisis ini kerja profesional.