Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Chasing Light at The Edges of Night, Keliaran Teguh Santosa di Fotografi Lintas Genre

Teguh Santosa tak hanya menunjukkan kekuatan dan kejelian teknik, tapi juga kekuatan konsep memotret kehidupan dan alam semesta di tepi-tepi malam.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Chasing Light at The Edges of Night, Keliaran Teguh Santosa di Fotografi Lintas Genre
Koleksi Pribadi Hery Gaos
Panorama lansekap alam karya Teguh Santoso 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Buku fotografi baru karya Teguh Santosa yang berjudul Chasing Light at the Edges of Night seperti menjadi pentas keliaran pakar fotografi makro Teguh Santosa.

Selama ini, Teguh Santosa terkenal sebagai fotografer makro Indonesia. Ia bahkan pernah membuat buku fotografi makro, "Bersujud Aku di Detail Cipta-Mu" pada 2013.

Dia juga penggagas acara gathering fotografi makro tahunan di Yogyakarta, "March Macro". Namun, tiba-tiba dia membuat buku fotografi lintas genre berjudul "Chasing Light at the Edges of Night" yang rilis akhir September 2020 ini.

SENJA DAN PETANI
Panorama senja hari dan petani pulang dari sawah


Seperti kabur dari lingkungan, dia kemudian liar dalam kemerdekaan fotografi. Apalagi, dia justru banyak mengeksplor kehidupan malam hari, ketika sinar begitu minim.

Pembaca tak hanya disuguhkan keindahan-keindahan karya fotografi di batas-batas malam, tapi juga terjerat tegun, lalu terangsang untuk merenung.

Merenungi teknik-teknik yang ia gunakan, juga makna-makna multitafsir yang bisa membawa emosi dan pemikiran.

Bagi sebagian orang, foto-foto itu seperti mengungkap tabir, ternyata banyak hal di luar, kesadaran, pemikiran dan perenungan kita di tepi-tepi malam.

Teguh Santosa tak hanya menunjukkan kekuatan dan kejelian teknik, tapi juga kekuatan konsep memotret kehidupan dan alam semesta di tepi-tepi malam.

Itu yang membuat buku fotografi ini menjadi menarik, hingga merangsang para pakar fotografi Indonesia untuk urun bicara di dalamnya.

Mereka adalah mantan Rektor ISI Yogyakarta, Profesor Suprapto Sujono dan pelopor pendidikan tinggi fotografi di indonesia, Risman Marah.

Prof Suprapto Sujono dan Risman Marah sekaligus bertindak sebagai kurator buku ini. Selain itu ada ulasan Empu Ageng Oscar Motuloh, Darwis Triadi, Roy Genggam, Johnny Hendarta, Irwandi, Don Hasman, Pinto NH, dan Agus Leonardus.

Bahkan, sastrawan top Indonesia yang terkenal lewat trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad Tohari, ikut memberi ulasan buku ini secara sastrawi.

Buku ini memuat 130 foto dalam 228 halaman yang seolah menggelar misteri, keindahan, perenungan, dan kehidupan besar di tepi-tepi malam dalam kemasan gallery snow ultra white, hardcover, dan hot print.

Awal Hari saat Matahari Tenggelam

Dasar pemikiran Teguh Santosa adalah perhitungan bulan Komariah bahwa hari baru dimulai saat matahari tenggelam.

Ternyata, dia menemukan banyak fakta kehidupan dan visual yang ternyata memang mulai menggeliat begitu matahari tenggelam. Di tepi-tepi malam itu, justru banyak hal terungkapkan.

"Secara kultural dan historis, banyak kehidupan justru bermula di malam hari. Banyak pula keindahan dan misteri yang seolah terpapar dan menampakkan diri di malam hari," kata Teguh Santosa.

"Aktivitas peribadatan, nafsu hura-hura, kejahatan, dan kehidupan lain justru sering terjadi di malam hari. Malam seperti menjadi selimut dan rumah teduh bagi laku peribadatan, perenungan, sampai praktik praktik anormal dan kejahatan," jelasnya.

Sebagai manusia, batas-batas malam itu juga menyeretnya dalam perenungan yang semakin dalam.

Renungan-renungan tentang sinar-sinar malam yang membuka banyak tabir itulah yang mengawali konsep Teguh Santosa untuk membuat buku Chasing Light at the Edges of Night.

Ia menangkap wajah-wajah kehidupan malam dalam imaji-imaji fotografi yang tak hanya mengeksplorasi teknik, tapi juga estetika, pun simpul-simpul perenungan.

Maka, membaca dan melihat buku ini seperti terbawa dalam danau perenungan yang penuh dengan adegan berbagai kehidupan dalam bingkai keindahan.

Wajar pula jika buku yang baru akan dirilis akhir September 2020 itu sudah ramai diperbincangkan, terutama di kalangan praktisi fotografi.

Beberapa Webinar sudah mulai mengulas buku ini baik di Learn From Home, maupun beberapa komunitas lain. Buku ini juga melahirkan penasaran besar.

Teguh Santosa dikenal sebagai pakar fotografi macro di Indonesia, lalu tiba-tiba membuat buku "Chasing Light at the Edges of Night" dalam lintas genre.

Ada lansekap, macro, astro, human interest, dan genre lainnya ia eksplorasi dengan memanfaatkan sinar-sinar terbatas di tepi-tepi malam.

Secara teknik, fotografi di sinar-sinar minim sangat sulit, tapi juga menarik. Secara visual, ternyata banyak yang ditangkap dan menarik di awal dan sela-sela kegelapan malam.

Keliaran Teguh Santosa di banyak genre fotografi juga mencengangkan, mengingat dia sering dicitrakan sebagai ahli fotografi macro.

"Saya sebenarnya memang suka eksplorasi berbagai teknik dan genre, karena seperti membuka banyak tabir," jelasnya. Terlepas dari itu, buku ini juga hasil laku batin dan perenungannya.

Keliaran pakar fotografi makro itu di "Chasing the Light at the Edges of Night" juga membawa pemirsa ke danau perenungan, selain tentunya menyuguhkan berbagai inspirasi kehidupan maupun fotografi.(Hery Gaos)

Berita Rekomendasi
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas