Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Menata Ulang Bangsa : Menemukan Kembali Kepemimpinan Publik
Jejak teks konstitusi, menunjukan para perintis, telah memilih merdeka, dan menata kemerdekaan dengan tata republik yang berkedaulatan rakyat.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Dengan tim ekonomi yang baik, berlatar belakang akademik – teknokrat, kebijakan dengan pentahapan perkembangan yang tertata dan stabilitas politik yang dinamis, pembangunan berjalan, mencapai target-targetnya.
Tentu publik punya banyak sudut pandang untuk melihat pencapaian pembangunan. Pro dan kontra, tidak terelakkan. Pada ujungnya adalah sentralisasi kekuasaan pada individu, KKN, krisis ekonomi, dan merosotnya kepercayaan publik, yang bertemu dengan krisis keuangan, hingga terbuka kesempatan bagi suatu perubahan ke arah demokrasi.
Refleksi: Ketegangan Antara Privat dan Publik
Pembangunan, tentu merupakan proses yang kompleks, yang melibatkan demikian banyak faktor. Ketika suatu pilihan cara membangun (strategi pembangunan) diambil dan dijalankan, maka akan terbuka peluang untuk berhasil, gagal, atau keadaan di antara dua kutub tersebut.
Apakah yang disebut sebagai keberhasilan, sepenuhnya merupakan kinerja dari aspek-aspek “teknis”, ataukah juga dipengaruhi oleh aspek-aspek non teknis, seperti penerimaan politik dan keadaan yang mendukungnya.
Demikian halnya dengan apa yang disebut sebagai kegagalan pembangunan. Masalah ini, tentu merupakan objek studi yang penting, terutama jika kita hendak menggunakannya untuk memeriksa secara lebih dalam tantangan-tantangan yang muncul pada setiap periode pemerintahan.
Terutama bagaimana suatu stabilitas (politik dan ekonomi) yang berhasil dibangun, pada akhirnya harus bertemu krisis, yang tidak saja mengakhiri pemerintahan, tetapi juga membuka peluang perubahan.
Pada bagian akhir tulisannya, Ginandjar Kartasasmita dan Joseph J. Stern, menyebutkan banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa, namun demikian banyak tantangan yang harus diatasi dan masalah yang harus ditangani agar sistem politik demokrasi membuka jalan menuju kemajuan manusia, masyarakat dan bangsa Indonesia.
Ada masalah yang bersifat internal, baik masalah ekonomi maupun politik; ada tantangan eksternal, baik masalah geopolitik, yang berpotensi mengganggu stabilitas kawasan dan akan berpengaruh pada ekonomi nasional, maupun masalah sebagai akibat dari perubahan iklim dan perubahan akibat revolusi di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
Di atas itu, kita kini sedang menghadapi masalah yang jauh lebih berat, yakni pandemi global Covid-19, yang membawa dampak perubahan global, yang ancaman krisis global, dan tentu akan berakibat pula keadaan nasional.
Soalnya, bagaimana mengatasi kesemua persoalan tersebut? Apa faktor pokok yang perlu menjadi perhatian. Kita menyaksikan bahwa pada setiap periode pemerintahan, maupun pada saat peralihan kekuasaan, sangat nampak, faktor politik, menjadi elemen yang dominan.
Ketika krisis sosial-ekonomi memicu krisis politik, dan pada saat yang sama, kepercayaan warga pada pemerintah merosot, maka pada saat itulah krisis politik, akan menjadi pintu bagi masuknya alternatif, yakni “lokasi” di mana harapan warga akan tertumpu.
Hendak dikatakan di sini, upaya mengatasi keadaan, akan sangat mengandalkan kepercayaan warga atau kepercayaan publik. Pemusatan kekuasaan pada individu, merupakan jalan lapang bagi membaurnya domain publik dan domain privat.
Memang, jika dilihat dengan kacamata ini, dalam proses penyelenggaraan pembangunan, akan selalu tampak ketegangan antara yang privat dan yang publik.