Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Try Sutrisno: Mari Membangun Kolaborasi

Membangun kolaborasi. Berupaya lebih keras untuk bersama-sama melanjutkan kejayaan bulu tangkis agar tetap bertahan di arena Olimpiade.

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Try Sutrisno: Mari Membangun Kolaborasi
Tribunnews.com/Yanuar Nurcholis Majid
Try Sutrisno 

OLEH: Tubagus Adhi

KITA harus bekerjasama. Membangun kolaborasi. Berupaya lebih keras untuk bersama-sama melanjutkan kejayaan bulu tangkis agar tetap bertahan di arena Olimpiade.

Itu pernyataan Try Sutrisno, medio Agustus 1992. Pak Try masih menjadi Panglima ABRI (Pangab), dengan bintang empat di pundak. Pak Try menyampaikan itu dihadapan segenap stakeholder bulu tangkis Indonesia di Pusat Bulu tangkis Indonesia di Cipayung, Jakarta Timur.

Termasuk belasan pemain, pelatih dan perangkat pendukung lain yang membuat " Tim Cipayung" sukses besar: membawa pulang dua medali emas, dua perak dan satu perunggu dari kontes bulu tangkis Olimpiade Barcelona, Spanyol.

Salam dan hormat sepenuh hati saya untuk Pak Try Sutrisno yang, Insya Allah, pada 15 November 2020 tepat berusia 85 tahun dan masih bersama keluarga besarnya. Tentunya juga di tengah-tengah keluarga besar bulu tangkis Indonesia.

Pak Try Sutrisno tak sekadar menjadi ketua umum Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) yang ke-6 sejak organisasi olahraga bulu tangkis itu terbentuk pada 5 Mei 1951. Sejumlah rekor pencapaian mewarnai sekaligus mengiringi catatan 10 tahun pengabdiannya di sini.

Ia memimpin kepengurusan yang mampu membangun Pusat Bulutangkis Indonesia (PBI) di periode kedua, 1989-1993.

Berita Rekomendasi

Keberadaan PBI memuluskan perjuangan Alan Budi Kusuma & Susi Susanti sama-sama merebut gelar di Olimpiade Barcelona, 1992. Lima tahun kemudian, 1997, Pak Try menjadi saksi saat pernikahan "Pengantin Emas" Olimpiade Barcelona itu, 1997.

Adalah di era kepemimpinan Pak Try pula induk organisasi olahraga terpopuler kedua setelah sepak bola itu memiliki dana abadi. Jumlahnya mencapai sekitar Rp60 miliar, saat diumumkan, pertengahan 1980-an.

Dana abadi merupakan donasi, sumbangan atau apresiasi dari para pengusaha yang berhasil dihimpun oleh "trisula maut": Tirto Utomo, Ir.Aburizal Bakrie dan Ir.Justian Suhandinata.

Tirto Utomo adalah pemilik Grup Aqua, Aburizal Bakrie, kala itu sudah menakhodai Grup Bakrie, dan Justian Suhandinata tengah mesra-mesranya bersama Bimantara Group.

Pak Try Sutrisno sudah memikirkan bagaimana PB PBSI (kini PP PBSI) memiliki dana tersendiri untuk mendukung proses pengembangan yang berkesinambungan, jangka panjang, dan tidak menggantungkan diri pada pihak lain yang dapat mengganggu jalannya pembinaan pemain.


Untuk itu, dana abadi tidak boleh dihabiskan. Yang dimaanfaatkan, interestnya, atau bunganya.

Tidak sulit bagi Pak Try Sutrisno untuk membuat yang serba tak mungkin menjadi lancar jaya.

Ia menjadi kebanggaan seluruh pecinta bulu tangkis. Bahkan mungkin membuat iri cabang olahraga lain.

Tuhan seakan memberi pencerahan kepada seluruh peserta Munas jelang penghujung 1985 di kota kelahirannya, Surabaya, untuk memilihnya secara aklamasi memimpin kepengurusan PB PBSI 1985-1989 menggantikan Ferry Sonneville.

Pak Try, yang saat terpilih sebagai ketum PB PBSI 1985-1989 tengah menjabat Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad), setelah itu melesat bagai meteor. Dari Wakasad (1985), melompat ke Kasad (1986), melejit menjadi Panglima ABRI (1988), dan kemudian menjadi Wapres ke-6, sejak 1993.

Tak mengherankan jika apa yang diinginkan Pak Try Sutrisno bisa diwujudkan dengan mudah. Termasuk, dua peninggalannya yang bersejarah dan fenomenal: keberadaan PBI di Cipayung dan dana abadi.

Kendati demikian, pendorong utama dari keberhasilan Pak Try Sutrisno dalam membawa dan mengantar bulu tangkis berprestasi di era post-modern adalah karena kepiawaiannya dalam merangkul para pendampingnya di kepengurusan. Terutama, Ir.Aburizal Bakrie dan Ir.Justian Suhandinata.

Keduanya sama-sama diandalkan oleh Pak Try. Keduanya dipercaya menjadi pembantu utama Pak Try pada kepengurusan 1985-1989 dan 1989-1993. Pak Try sukses membuat dua sosok itu terlihat mesra di tengah perseteruan mereka.

Salam dan hormat saya juga untuk Pak Ical yang pada 15 November 2020 ini tepat berusia 74 tahun. Insya Allah masih sehat dan bahagia.

Salam dan hormat saya juga untuk Bang Justian, yang 29 November nanti tepat berusia 69 tahun. Insya Allah juga tetap sehat dan bahagia.

Bulu tangkis Indonesia semakin besar karena kehebatan Pak Try Sutrisno dalam merawat dan membuat aura konflik dari kebesaran Aburizal Bakrie dan Justian Suhandinata menjadi penggerak kemajuan PBSI.

Adakah sosok lain dari pemimpin PBSI setelah itu yang mampu meredam konflik internal di kepengurusan menjadi faktor yang menguntungkan. Atau, memberi keuntungan.

Siapakah sosok pemimpin PBSI yang berhasil mengeliminasi kepentingan dari klub-klub besar, yang sejak dulu cenderung berpotensi mencengkeram dan memengaruhi proses pembinaan pemain di Pusat Bulu tangkis Indonesia (PBI)--pelatnas Cipayung?

Pak Try Sutrisno kukuh dan mampu berdiri tegar di tengah-tengah kecenderungan conflict of interest pengurus terasnya atau kepentingan klub itu. Pak Try mampu menghindari konflik yang bisa merusak organisasi.

Bang Justian Suhandinata, respek saya untuk Abang.

Justian bergabung dengan klub Tangkas pada 1957--enam tahun setelah klub itu berdiri. Justian kerja keras untuk membuat klub itu bertahan hingga sekarang, walau untuk itu ia harus berelaborasi dengan pihak lain. Maka, kita mengenal Bimantara Tangkas, Tangkas Specs, dan Tangkas Intiland.

Icuk Sugiarto, Christian Hadinata, Ade Chandra, Verawaty Fajrin, Hermawan Susanto, Joko Suprianto, Hendrawan, Ricky Subagja, Rexy Mainaky, Gunawan, dan bahkan Liliyana Natsir, adalah di antara sekian nama pemain nasional dari era 1980-an, 90-an dan 2000-an yang mencatatkan kebesarannya di Tangkas.

Pak Ical, sekali lagi salam hormat dan respek saya.

Pak Ical membentuk klub bulu tangkis Pelita Jaya pada 1983. Persatuan Bulu tangkis (PB) Pelita Jaya menjadi bagian dari POR Pelita Jaya, selain basket, renang, tenis, dan sepak bola.

PB Pelita Jaya menjadi terkenal setelah merekrut Icuk Sugiarto. Pemain terkenal lainnya adalah Rosiana Tendean, Lili Tampi, Sigit Pamungkas.

Demikianlah. Bulu tangkis bisa hadir sebagai olahraga yang menjunjung tinggi semangat kebersamaan nasional dan antarbangsa yang mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, kedamaian, dan kompetisi secara positif.

* Tubagus Adhi adalah wartawan olahraga senior

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas