Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Chief Executive Officer atau Ketua Umum?
Sudah waktunya semua organisasi olahraga di Indonesia dikelola CEO. Ya, Chief Executive Officer, seperti perusahaan dan organisasi profesional.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Kalau kita memilih CEO, ini pasti tidak terjadi. Karena seorang CEO harus tahu betul dunianya. Seseorang di jabatan tertinggi tidak boleh lagi "belajar." Dia sudah harus bisa mengaplikasikan visi dan langsung berbuat baik untuk organisasi, anggota, dan olahraganya.
Jabatan tertinggi kok belajar...
Mungkin, karena begitu mengakarnya sudah pola pengelolaan olahraga di Indonesia, banyak pembaca yang tidak paham dengan maksud saya di atas. Terus terang, mengenai ketua umum atau CEO ini sebenarnya juga tidak langsung tercetus dari kepala saya sendiri.
Dulu, saya pernah ditawari seorang pengusaha besar untuk mengelola sebuah federasi olahraga. Kebetulan saya pernah aktif di olahraga itu, dan waktu kecil pernah tergabung dalam klubnya selama beberapa tahun.
Ketika saya tanya kenapa dia meminta saya, dia menjawab kalau olahraganya butuh CEO, bukan ketua umum. Dia bilang, uang di olahraganya bukan masalah. Masalahnya, sulit mencari orang yang bisa mengelola uang itu, menggunakannya secara strategis sehingga olahraganya jadi lebih besar lagi.
Bahkan bisa mengelola uang itu untuk menambah lagi uang yang masuk ke olahraga itu. Bukan sekadar ketua umum yang bingung cari uang, atau bahkan minta-minta uang. Sekaya apa pun ketua umum itu, tidak mungkin dia "menyumbangkan" seluruh uangnya untuk olahraga itu.
Waktu itu, saya menolak tawaran tersebut. Bukan karena tidak mau atau merasa tidak mampu. Melainkan pada momen yang sama, saya baru saja setuju menyelamatkan liga basket tertinggi di Indonesia waktu itu. Saya ingin fokus pada hal itu.
Anyway, kalau Anda memahami maksud tulisan saya, mari kita semua berdoa. Semoga setelah 2020, ada kesadaran di mana lebih banyak orang memilih CEO, bukan ketua umum. Dari level terendah sampai nasional.
Percuma penggemar olahraga di Indonesia teriak-teriak supaya klub-klub jadi profesional. Percuma semua pihak berteriak supaya olahraga di Indonesia ini jadi industri beneran.
Kalau itu semua terhalang oleh ketua umum-ketua umum yang tidak mengerti apa itu industri olahraga, apa itu jabatan profesional, dan yang terparah: Apa itu olahraga yang dia pimpin.(*)