Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Jejak Kobra, Macan Tutul, hingga Pelahlar
Rigid Inflatable Boat (RIB) Kopassus melaju cepat, membelah Segara Anakan, Cilacap – Jawa Tengah, Jumat (4/12/2020).
Editor: Malvyandie Haryadi
Pernyataan Prof Ron juga membuka tabir ilmu pengetahuan yang lain, dengan hasil penelitian tim Universitas Syah Kuala, Aceh atas situs bencana Gue Ek Leuntie di Desa Pasi, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar. Lapisan struktur tanah padat yang ada di gua tersebut, merupakan bukti adanya tsunami berulang.
Masih Ada Kobra?
Kembali ke Nusakambangan. Lebih satu jam Doni Monardo berada di tengah hutan Cagar Alam Nusakambangan Barat. Ia memegang dan mengusap-usap pohon pelahlar.
Tiba-tiba, kepada tim BKSDA Jawa Tengah, Doni bertanya, “masih ada kobra?”
Yang ditanya sempat terperanjat, tapi lekas menjawab, “oh, masih banyak pak! beberapa hari yang lalu kami menangkap kobra,” ujarnya.
Rupanya Doni terkenang tahun 1985 lalu, saat pendidikan dan latihan Kopassus di daerah ini. “Harus benar-benar dijaga hutan ini.
Sebab, selain fungsi ekologis, daerah ini juga tempat berlatih yang sangat bagus bagi prajurit TNI kita. Kalau sampai rusak, wah... di mana lagi prajurit kita bisa berlatih di tempat sehebat ini,” tambah jenderal bintang tiga lulusan Akmil 1985 itu.
Sejurus kemudian, Doni bertanya lagi, “Macan tutulnya masih ada?”
“Masih, pak!. Kami juga baru-baru ini mendapatkan rekaman foto dan videonya melalui kamera trap” kata anggota BKSDA Jawa Tengah yang lainnya. Hasil pemantauan mereka, juga masih ditemukan beberapa satwa liar seperti babi hutan, kucing hutan dan lain sebagainya.
BNPB Dukung Konservasi
Matahari sedikit condong ke barat, ketika Doni Monardo dan rombongan meninggalkan hutan Cagar Alam Nusakambangan Barat. Dalam perjalanan kembali ke Dermaga Wijayapura, rombongan singgah di kantor Kecamatan Kampung Laut.
Kecamatan ini terletak di perairan Segara Anakan, terdiri atas empat desa, yaitu Panikel, Ujung Gagak, Ujung Alang, dan Klaces.
Keempat desa ini memiliki karakteristik berbeda-beda. Panikel dan Ujung Gagak sekarang daratannya sudah menyatu dengan Pulau Jawa. Mata pencaharian warga Desa Panikel sebagian besar bertani, sedangkan penduduk Ujung Gagak adalah nelayan di Segara Anakan dan laut lepas (Samudera Hindia).
Desa yang letaknya terpisah dari Pulau Jawa oleh Segara Anakan adalah Desa Klaces dan Ujung Alang. Desa Klaces adalah desa paling baru di kecamatan ini. Penduduknya masih sedikit yaitu kurang dari 300 kepala keluarga. Meskipun baru tetapi di desa inilah pusat administrasi Kecamatan Kampung Laut.