Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Bawang Merah Bauji Unggulan Jawa Timur Mampu Ditanam dengan Menggunakan Biji
arga bawang merah saat ini sangat tinggi dibanding tahun tahun sebelumnya. Penyebab utamanya adalah kegagalan panen bawang akibat banjir
Editor: Toni Bramantoro
OLEH: Ida Retno Moeljani
Harga bawang merah saat ini sangat tinggi dibanding tahun tahun sebelumnya. Penyebab utamanya adalah kegagalan panen bawang akibat banjir sejak awal tahun dan saat ini karena wabah Covid-19, sehingga petani belum mampu menghasilkan bawang merah sesuai pasaran.
Hal ini disebabkan karena petani banyak gagal panen karena langkanya benih unggul yang semakin lama semakin sulit untuk dicari kegagalan panen petani ini menyebabkan ketersediaan bawang di pasaran makin menipis. Dampaknya harga bawang mengalami lonjakan cukup tajam.
Agro tidak sekadar mencari untung-rugi dari sektor pertanian, melainkan esensinya melindungi kedaulatan pangan. Termasuk kedaulatan bawang merah.
Di masa pandemi ini petani juga sangat sulit untuk bisa membeli bibit umbi yang harganya semakin melonjak Menghadapi masalah besar Covid-19 ini, hal yang sangat penting untuk diperhatikan selain menjaga kesehatan adalah masalah kedaulatan pangan.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), mengingatkan pentingnya menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di tengah situasi ketidakpastian saat ini. Kementan akan terus mendorong bagaimana Ketahanan pangan terus terjaga.
Sesuai arahan Menteri Pertanian, kami telah siapkan strategi tanggap darurat Covid-19 antara lain perluasan penerapan budidaya bawang merah dengan True Shallot Seed (TSS) Petani terdampak Covid-19, tidak memerlukan gudang penyimpanan untuk mengatasi kelebihan hasil produksi petani bawang merah, bantuan penyediaan benih unggul untuk masyarakat terdampak Covid-19 dan bantuan benih bawang merah bagi petani telah kami berikan solusi menanam dengan biji yang hasilnya lebih banyak dari tanam umbi, hal ini bisa di buktikan pada beberapa daerah selain JawaTimur, Jawa barat bahkan diluar Jawa telah berhasil.
Di Jawa Timur sendiri masih pada beberapa sentra tanam bawang merah yang sudah mulai mencoba tanam dengan biji, hal ini menunjukkan keseriusan kita dalam menjaga ketahanan pangan nasional di tengah pandemi global Covid-19.
Salah satu model penyimpanan yang dilakukan oleh para petani bawang merah saat ini seperti terlihat pada gambar 1.
Dimana petani hasil panen bawang merah yang tidak mempunyai gudang penyimpanan akan di jemur didepan rumah, hal ini sangat riskan jika terjadi hujan, bahkan di dalam gudang jika tidak memenuhi standart SOP penyimpanan makan bibit akan terserang jamur
Menghadapi masalah yang sangat sulit ini masyarakat sangat rentan mengalami kekurangan pangan. Oleh karena itu diperlukan bantuan dalam hal ini pemerintah telah mengupayakan dan mencanangkan untuk menanam bawang merah dengan biji ( true Shallot Seed) sebagai alternatif bahan tanamn selain umbi yang sudah mulai langka pada beberapa varietas lokal, lembaga lain dalam hal ini UPN Veteran Jatim bersama masyarakat sendiri atau petani penangkar bawang merah untuk membantu warga terdampak Covid-19 dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari terutama kebutuhan pangan akibat turunnya produksi bawang merah
Teknologi budidaya dengan biji ini sebenarnya lebih menguntungkan hal ini dikarenakan benih rentan hama dan penyakit dan benih lama disimpan lebih kurang sampai 2 tahun dengan DK masih 75-80 %, tidak membutuhkan gudang penyimpanan dan transportasi.
Dalam upaya mengatasi masalah kelangkaan benih bagi petani yang terdampak Covid-19, maka masalah Kedaulatan pngan bawang merah menjadi sangat krusial untuk dipikirkan. Disamping pemerintah yang berkewajiban untuk menjamin dan menjaga maka masyarakat seharusnya juga mempunyai Kedaulatan Pangan secara mandiri. Pemerintah sangat berharap agar petani bisa beralih dari tanam umbi ke biji (TSS).
*Dr.Ir. Ida Retno Moeljani, MP Dosen Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur