Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Terobosan dahsyat Dirjen Pendis-Kemenag untuk Perguruan Tinggi Islam di Indonesia

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag RI) sedang melakukan terobosan-terobosan besar.

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Terobosan dahsyat Dirjen Pendis-Kemenag untuk Perguruan Tinggi Islam di Indonesia
Istimewa
KH. Imam Jazuli, Lc. MA, Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon 

Terobosan dahsyat Dirjen Pendis-Kemenag untuk Perguruan Tinggi Islam di Indonesia

Oleh: KH. Imam Jazuli, Lc., M.A*

TRIBUNNEWS.COM - Universitas mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pendidikan tinggi yang meliputi program pendidikan akademik, vokasi dan/atau profesi, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, keagamaan Islam, dan ilmu umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag RI) sedang melakukan terobosan-terobosan besar. Diantaranya; Pertama, soal pendirian Cyber Islamic University. Hal ini membuktikan, bahwa Kemeneg melalui Dirjen Pendisnya, Prof. Dr. Ali Ramdhani, telah sigap merespon tuntutan zaman dan langkah strategis ini harus ditempuh Kemenag untuk merespon kebutuhan di lapangan.

Kerana, selain kemajuan teknologi informasi yang bergerak begitu cepat, sehingga kebutuhan akan cyber sudah tak bisa dihindari oleh masyarakat di semua tingkatan, juga melihat dari sisi efisiensi. Kenyataanya, hingga kini masih banyak guru sekolah yang belum sarjana, karena tidak dapat meninggalkan tugasnya mengajar di madrasah atau sekolah.

Jadi kehadiran Cyber Islamic University ini didasari oleh semangat untuk memenuhi janji konstitusi, yaitu memastikan bahwa tidak ada warga negara yang tidak terlayani untuk kuliah di perguruan tinggi keagamaan Islam. Demikian visi Dirjen saat memberikan pengarahan di hadapan pimpinan IAIN Cirebon dan Tim Taskforce Universitas Islam Siber Syekh Nurjati Indonesia (UISSI) yang dibentuk Kemenag, belum lama ini.

Selain itu, menurut Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Suyitno, data dari guru yang belum sarjana mencapai 86 ribu, hal itu disebabkan para guru yang belum sarjana itu tidak dapat meninggalkan tugas mengajarnya, dan jika ini tidak diatasi, maka mereka tidak dapat meningkatkan jenjang karirnya sebagai guru profesional, dan ini tidak boleh dibiarkan oleh Kemenag.

Berita Rekomendasi

Terobosan kedua adalah melalui Dirjen Pendis, Kemenag ingin mengubah cara pandang Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), yang selama ini dianggap masih kalah saing, dibanding dengan Perguruan Tinggi dibawah Kemendikbud. Salah satu upayanya adalah membuka jurusan politeknik, setidaknya, ada empat disiplin keilmuan yang akan menjadi fokus politeknik pada PTKI yaitu, food (Makanan), fashion (Tata Busana), art (Seni), dan tourism (Pariwisata).

Keempat disiplin tersebut sangat penting, mengingat perkembangan dan minat pasar begitu besar. Karena tak dipungkiri, saat ini halal food, fashion atau busana Islami, seni Islami dan pariwisata halal sedang digandrungi masyarakat luas. Untuk memenuhi kebutuhan itu, maka terobosan dengan membuka politeknik yang fokus pada empat hal tersebut dibawah PTKI adalah hal yang luar biasa. Karena, kekuatannya bukan hanya pada ilmu pengetahuan, namun lebih kepada kemampuan skill profesi bagi mahasiswa. Hal ini akan mengangkat daya saing PTKI dengan perguruan tinggi di bawah Kemendikbud.

Sementara disisi lain, pada era revolusi industri 4.0, bagaimanapun PTKI harus memikirkan keterampilan atau keahlian peserta didik agar dapat berkembang dan memenuhi permintaan pasar. Kenyataannya dunia fashion, art dan tourism telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, sesuai tingkat kebutuhan masyarakat. Bahkan sektor pariwisata disebut sangat vital bagi pemasukan devisa negara.

Jadi sudah seharusnya jika Direktorat Jenderal Pendis mengambil tugas baru dan terobosan besar, yaitu mengokohkan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dengan semangat zaman. Salah satu solusi yang dapat diambil adalah dengan membuka politeknik atau pendidikan vokasi yang bisa dan mampu menjawab kebutuhan masyarakat.

Disisi lain, jika mengacu pada Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi yang menunjang penugasan keahlian terapan tertentu. Saat ini kenyataanya sudah ada 44 politeknik negeri yang berkembang di Indonesia, akan tetapi belum ada yang berada di bawah koordinasi Kementerian Agama. padahal dengan pendidikan vokasi, kebutuhan sumber daya manusia (SDM) dalam industri terapan akan terpenuhi, bonusnya para peserta didik dari PTKIN dibekali basic ilmu agama yang mumpuni.

Jika ikhtiar ini berhasil, setidaknya secara struktural dan mekanisme, maka Kemenag dapat mengelolah dana pendidikan tanpa ada gap yang terlalu lebar dibanding Kemendikbud. Kemenag sendiri mengatakan bahwa studi Bank Dunia (2019): Kemenag hanya mendapatkan alokasi kurang dari 10.5% dari total anggaran pendidikan tahun 2019. Padahal Kemenag menyumbang 15.3% jumlah siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Artinya, membuka jurusan politeknik adalah satu ide yang sangat strategis.

Terlepas dari semua hal penting di atas, program Dirjen Pendis Kemenag RI kali ini sangat progresif, idealis, dan visioner. Terobosan demi terobosan terasa kian kompak, karena antara Dirjen Pendis dan Menag (Gus Yakut) adalah dua kader militan dan terbaik Nahdliyin yang berasal dari organisasi kepemudaan Ansor.

Prof. Dhani adalah generasi senior (zaman kepimpinan Saefullah Yusuf), sedangkan Gus Yakut yang sekarang ketua umum Ansor sekaligus Manag adalah kader terbaik berikutnya. Maka dengan rekam-jejak yang sama ini, publik optimis Kemenag secara umum dan perguruan tinggi agama Islam ( PTAI) secara khusus akan lebih visioner menjawab tuntutan zaman. Wallahu a’lam bis shawab.

*Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas