Tribunners / Citizen Journalism
Terobosan dahsyat Dirjen Pendis-Kemenag untuk Perguruan Tinggi Islam di Indonesia
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag RI) sedang melakukan terobosan-terobosan besar.
Terobosan dahsyat Dirjen Pendis-Kemenag untuk Perguruan Tinggi Islam di Indonesia
Oleh: KH. Imam Jazuli, Lc., M.A*
TRIBUNNEWS.COM - Universitas mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pendidikan tinggi yang meliputi program pendidikan akademik, vokasi dan/atau profesi, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, keagamaan Islam, dan ilmu umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag RI) sedang melakukan terobosan-terobosan besar. Diantaranya; Pertama, soal pendirian Cyber Islamic University. Hal ini membuktikan, bahwa Kemeneg melalui Dirjen Pendisnya, Prof. Dr. Ali Ramdhani, telah sigap merespon tuntutan zaman dan langkah strategis ini harus ditempuh Kemenag untuk merespon kebutuhan di lapangan.
Kerana, selain kemajuan teknologi informasi yang bergerak begitu cepat, sehingga kebutuhan akan cyber sudah tak bisa dihindari oleh masyarakat di semua tingkatan, juga melihat dari sisi efisiensi. Kenyataanya, hingga kini masih banyak guru sekolah yang belum sarjana, karena tidak dapat meninggalkan tugasnya mengajar di madrasah atau sekolah.
Jadi kehadiran Cyber Islamic University ini didasari oleh semangat untuk memenuhi janji konstitusi, yaitu memastikan bahwa tidak ada warga negara yang tidak terlayani untuk kuliah di perguruan tinggi keagamaan Islam. Demikian visi Dirjen saat memberikan pengarahan di hadapan pimpinan IAIN Cirebon dan Tim Taskforce Universitas Islam Siber Syekh Nurjati Indonesia (UISSI) yang dibentuk Kemenag, belum lama ini.
Selain itu, menurut Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Suyitno, data dari guru yang belum sarjana mencapai 86 ribu, hal itu disebabkan para guru yang belum sarjana itu tidak dapat meninggalkan tugas mengajarnya, dan jika ini tidak diatasi, maka mereka tidak dapat meningkatkan jenjang karirnya sebagai guru profesional, dan ini tidak boleh dibiarkan oleh Kemenag.
Terobosan kedua adalah melalui Dirjen Pendis, Kemenag ingin mengubah cara pandang Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), yang selama ini dianggap masih kalah saing, dibanding dengan Perguruan Tinggi dibawah Kemendikbud. Salah satu upayanya adalah membuka jurusan politeknik, setidaknya, ada empat disiplin keilmuan yang akan menjadi fokus politeknik pada PTKI yaitu, food (Makanan), fashion (Tata Busana), art (Seni), dan tourism (Pariwisata).
Keempat disiplin tersebut sangat penting, mengingat perkembangan dan minat pasar begitu besar. Karena tak dipungkiri, saat ini halal food, fashion atau busana Islami, seni Islami dan pariwisata halal sedang digandrungi masyarakat luas. Untuk memenuhi kebutuhan itu, maka terobosan dengan membuka politeknik yang fokus pada empat hal tersebut dibawah PTKI adalah hal yang luar biasa. Karena, kekuatannya bukan hanya pada ilmu pengetahuan, namun lebih kepada kemampuan skill profesi bagi mahasiswa. Hal ini akan mengangkat daya saing PTKI dengan perguruan tinggi di bawah Kemendikbud.
Sementara disisi lain, pada era revolusi industri 4.0, bagaimanapun PTKI harus memikirkan keterampilan atau keahlian peserta didik agar dapat berkembang dan memenuhi permintaan pasar. Kenyataannya dunia fashion, art dan tourism telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, sesuai tingkat kebutuhan masyarakat. Bahkan sektor pariwisata disebut sangat vital bagi pemasukan devisa negara.