Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Aksi Terorisme Menstimilus Aksi Kelompok Klandestin Lain
Zakiah sadar dia bakal mati, tetapi memang dia cita-cita buat mati. Jadi tidak mikir menang. Buat dia mati syahid itu sudah menang banyak.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Dalam pikiran pelaku, kuat tertanam indahnya beramal bersama orang yang dicintainya. Status gender tidak menghalangi dia berpartisipasi amaliat jihad.
Dalam tulisan yang ditinggalkan Zakiah Aini, perempuan itu menggambar bangunan yang mengilustrasikan tentang agama dan jihad.
Pondasinya tauhid dan puncaknya jihad, menandakan doktrin jihadnya cukup kuat merasuk dada. Dia bercita-cita memberikan syafaat keluarganya jika syahid di jalan Allah SWT. Artinya dia mencintai keluarganya.
Zakiah berpesan agar menjauhi Pemilu, karena Pemilu akan melahirkan kesyirikan dan UU buatan manusia. Inilah ciri khas salafi jihadi takfirinya.
Indoktrinasi dan brainwashing telah mengubah cara berfikir Zakiah. Dia amat membenci keadaan zaman dan sekitarnya. Zakiah mengkhawatirkan keluarganya murtad.
Keadaan ini mengingatkan buku yang muncul pada 2008 yang berjudul “Kafir Tanpa Sadar”, terjemahan kitab sekunder wahabi yang berjudul asli “Al Jami’ Fie Tholabil Ilmis Syarief” di bab iman dan kufr.
Seseorang itu tidak akan tiba-tiba menjadi teroris. Ada tangga yang harus dilalui. Tangga pertama menurutnya intoleransi dan tangga berikutnya radikalisme.
Seorang teroris itu sudah pasti radikal dan intoleran. Tapi seorang radikal dan intoleran belum tentu teroris.
Untuk itu hati-hati yang sedang berada di tangga intoleran dan radikal. Walau masih aman dari jeratan hukum, tetapi intoleran sering kelelahan.
Akan halnya narasi konspirasi dan terorisme, saya menolak teori konspirasi selalu dikaitkan aksi terorisme.
Bukan berarti saya 100 persen antiteori konspirasi. Asal ada data otentik, dan bukan hipotesa atau qila wa qola (desas-desus) yang tidak ada juntrungannya gak jelas.
Menarasikan teori konspirasi, selain menyesatkan akan membuat umat Islam enggan berbenah memperbaiki internal tubuh umat Islam.
Ubah dulu mindset, cara berpikir umat, baru kita berbicara konspirasi. Karena jika tidak antum perbaiki cara berpikir, maka antum akan terus dimanfaatkan kekuatan jahat.
Tutup celah ekstrem, intoleran dan radikalisme, maka Anda akan sulit digunakan. Sayyidina Usman dan Sayyidina Ali dulu dibunuh anak-anak muda yang baru hijrah.