Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Masih Pandemi, Akankah Bisnis Ritel Kembali Menggeliat di Tahun 2021?
Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara, tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan semata melainkan memicu resesi ekonomi.
Editor: Toni Bramantoro
"THR turun minggu ini, minggu depan sudah pada belanja. Tolong prokesnya diketatkan jangan sampai Covid-19 tak meledak lagi," ujar Yongky.
Sekjend Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Haryanto Pratantara menyadari kondisi di tengah pandemi corona membuat semua serba sulit. Ditambah biaya penyewaan tenant di mal melambung tinggi.
"Cost dari waktu ke waktu meningkat. Bagaimana mensiasati ketika melakukan efesiensi. Ini juga suatu tantangan tips dan trik masing-masing ritel," kata Haryanto.
Untuk itu, setiap toko perlu melakukan inovasi agar memudahkan pelanggan setianya dapat terus kembali berbelanja atau meninggalkan sebuah kesan ketika bertransaksi.
"Konsumen akan didominasi generasi Z. Konsumen nanti lebih menginginkan lebih praktis, mudah, simpel dan cepat. Memberikan banyak pilihan dan pengalaman menyenangkan," jelaa Haryanto.
Praktisi Property Management-Member of GMT Asj'ari Bali menyatakan, pihaknya terus berupaya membuat pola yang tidak memberatkan pihak penyewa tenant. Dengan demikian performa pelayanan mal tetap prima.
"Sebagai pengelola mal, tentu harus menyesuaikan tagihan biaya operasional kepada tenant. Berkomunikasi dengan tenant, kita juga mencari formula terbaik," cetus Asj'ari.
Pola penyesuaian bagian operasinal kepada tenant juga mempunyai konseksuensi. Jika pihaknya memberikan diskon besar, tentu tenant bisa menyesuaikan stuktur biaya yang ada di masa pandemi.
"Piutang tak terbentuk, jika memilih opsi satu tidak ada masalah," katanya.
Sementara ada pilihan lainnya, yakni jika diskon yang diberikan tidak besar maka risikonya tenant tidak bisa membayar penuh. "Ini yang tidak diharapkan pengelola. Tapi kita tetap punya batasan bahwa mal harus dioperasikan dengan harga yang cukup," ujar Asj'ari.
"Perlu satu strategi, pengendalian, kepemimpinan terhadap struktur biaya ini. Sehingga bisa mencari solusi terbaik," tambahnya.
Kepala Bagian Pangan dan Ekonomi daerah, Biro Perekonomian dan Keuangan Pemprov DKI Jakarta Achmad Chudhoiri menuturkan, Jakarta pada tahun 2020 mengalami resesi setelah berturut terjadi pertumbuhan ekonomi negatif. Di sisi lain, pihaknya menelurkan kebijakan pemulihan ekonomi.
"Kontribusi Jakarta terhadap perekonomian nasional sangat besar. Pada 2020, Jakarta berkontribusi sebesar 17,56 persen terhadap perekonomian nasional. Kita harus optimis. Kami sudah punya proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai 2023," tandasnya.
GMT Institute berkomitmen untuk terus mengadakan kegiatan diskusi untuk mendapatkan solusi- solusi terbaik dengan tema-tema yang sesuai, sebagai komitmen GMT Institute dalam berkontribusi terhadap pertumbuhan industri property, terutama dalam kompetensi sumber daya manusia property.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.