Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Catatan Ulang Tahun ke-58 Doni Monardo, Angan Jalan-jalan di Titik Nol Corona
Doni Monardo bersedia tidak populer dan siap di-bully netizen gara-gara ketegasan sikapnya mengamankan instruksi presiden tentang larangan mudik 2021.
Editor: Willem Jonata
Usai berbuka puasa, Doni mengambil wudhu dan menjalankan sholat maghrib. Kembali ke ruang Multy Media di lantai 10, tak jauh dari ruang kerjanya, untuk melanjutkan makan.
“Sebentar lagi kan ayah pensiun, berarti sudah bebas dong?” ucap Santi kepada suaminya, yang duduk di sebelah.
Doni tidak segera menjawab, dan tekun mengunyah menu nasi kuning dan pallubasa yang disajikan awak lantai 10. Ia hanya tersenyum.
“Waaah… asyik. Jadi kita bisa jalan-jalan yaaa…. Sudah lama sekali tidak jalan-jalan,” sergah Santi dengan sumringah. Sebuah angan angan jalan-jalan yang dirindukan.
Ada harapan membuncah dari narasi dan ekspresi Santi. Tulang rusuk Doni Monardo yang begitu setia dan sabar mendampinginya.
Baca juga: Pantun Cerewet Doni Monardo di Palembang, Ingatkan Masyarakat Agar Tidak Mudik Lebaran
Termasuk, merelakan suami tidur di kantor demi keberhasilan tugas menjadi panglima perang melawan pandemi. Demi tugas kemanusiaan penanggulangan bencana.
Meski tak terucap dalam kalimat, tumpukan perasaan yang ada di dasar hati Santi sejatinya bisa setebal novel. Tentang bagaimana kecemasan hatinya mendengar berita suaminya nyaris celaka saat helikopter yang dinaikinya gagal terbang di Tahuna, Januari 2020.
Tentang bagaimana hatinya laksana disayat sembilu, demi mengetahui suaminya pulang bukan untuk berbagi waktu, tetapi terpaksa pulang karena terpapar Covid-19.
Jika Anda mengira Doni Monardo adalah pria tangguh, pejabat yang tak kenal lelah (meminjam istilah Menko PMK, Prof Muhadjir Effendy—pen), maka sejatinya, perempuan bernama Santi, jauh lebih tangguh.
Bayangkan, sekitar tigapuluh tahun, bersuamikan Doni yang anggota Kopassus. Menempuh medan penugasan mulai dari Timor Timur, Aceh, sampai tugas menjadi “tameng hidup” bagi kepala negara. Semua penugasan yang bertaruh nyawa.
Setiap hari, melepas kepergian suami ke tempat kerja dengan iringan doa semoga selamat kembali ke pelukannya.
Gendong cucu
Suasana pun mencair ketika awak lantai 10 menayangkan video pendek ucapan ulang tahun untuk sang komandan.
Semua gembira. Semua tertawa. Sudah tidak ada gurat sedih di wajah Santi. Yang terjadi kemudian berubah menjadi wajah haru, ketika melihat suaminya menimang-nimang cucu kedua, Zahra (Azzahra Rania Wibisono).