Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mengurai Polemik Jalur Sepeda
Kolaborasi dengan pihak institusi perhubungan dan kepolisian merupakan kebutuhan niscaya sebelum keputusan membangun jalur sepeda dilakukan.
Editor: Dewi Agustina
Dari laporan Air Visual, Air Quality Index (AQI) di Jakarta semula sebesar 155, turun 144,3, turun jadi 96, turun lagi jadi 60, dan turun lagi sebesar 57 dengan 15 ug/m3.
Ini tergolong moderat. Sehat kalau 10 ug/m3. Mesti serius ditargetkan.
Di berbagai kota besar di Amerika, Eropa, Australia, Jepang dan Korea, jalur sepeda sudah lama dibangun. Untuk sampai pada kesadaran masyarakat, memang butuh waktu. Ini proyek jangka panjang.
Jalur sepeda di kota-kota besar itu tidak pernah dianggap sebagai kebijakan diskriminatif.
Justru sebaliknya, jalur sepeda memberi ruang kepada mereka yang peduli dan sadar akan kebutuhan terhadap udara bersih dan sehat.
Coba bayangkan, jika satu juta warga Jakarta memilih transportasi sepeda, tentu ini akan membuat udara Jakarta semakin bersih, segar dan sehat.
Baik sekiranya satu gerbong setiap kereta disiapkan khusus untuk sepeda. Ini sebagai contoh saja.
Sehingga, para pekerja yang berasal dari sekitar wilayah Cibubur, Bekasi, Bogor, Tangerang, yang naik KRL/MRT/LRT, bisa menggunakan sepeda sebagai pilihan alat transportasi mereka.
Dari rumah naik sepeda, lalu sepedanya masuk gerbong khusus, turun di Cawang, Sudirman, Thamrin, Kuningan, Tanah Abang, Senen, Tebet, Manggarai, mereka naik sepeda lagi ke kantor.
Lebih ekonomis, sehat, dan ramah lingkungan. Diperlukan terobosan yang kreatif dan masif.