Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Pameran Filateli, Ajang Prestisius untuk Unjuk Wawasan
Banyak orang bosan jadi kolektor prangko karena merasa tidak ada tantangan baru.
Editor: Dewi Agustina
Oleh Gilang Adittama *)
TIDAK semua orang pernah mendengar, apalagi mengetahui definisi kata filateli karena jarangnya kata ini digunakan di era ponsel pintar.
Jika dilakukan survei ke mayoritas generasi milenial dan generasi Z, hampir bisa dipastikan bahwa mereka akan mengasosiasikan filateli dengan kegiatan duduk-duduk santai memandangi prangko di album lewat kaca pembesar.
Pandangan ini tidak sepenuhnya tepat karena di kalangan filatelis terdapat suatu ajang maha prestisius yang disebut pameran filateli atau lazim disebut dengan philatelic exhibition atau championship baik pada tingkat daerah (nasional), antar beberapa negara (regional), maupun sedunia (world) atau internasional.
Ada begitu banyak alasan untuk menjelaskan mengapa pameran filateli begitu penting untuk dipahami oleh kalangan kolektor prangko pada umumnya (casual collectors) maupun orang awam.
Yang membedakan kolektor prangko dan filatelis adalah tingkat kepahaman mereka terhadap dunia pengeposan dan koleksi benda pos, bukan sekadar soal selera.
Banyak orang bosan jadi kolektor prangko karena merasa tidak ada tantangan baru.
Kegiatan mereka umumnya terbatas pada membeli prangko, menyimpan dalam album dan melihatnya sesekali.
Kenyataannya, begitu banyak benda pos lain yang layak dikoleksi seperti postal stationery, postal telegram, booklet, meter stamp, dan berbagai arsip cetakan prangko.
Bagi seorang filatelis, ada banyak kegiatan follow-up setelahnya, mulai dari mempelajari rincian bendanya satu per satu hingga mempersiapkan sebuah maha karya dalam bentuk koleksi pameran (exhibit).
Menjadi seorang filatelis tidaklah cukup dengan mengandalkan banyak uang, diperlukan wawasan luas untuk mengembangkan sebuah koleksi pameran.
Contoh sederhananya adalah jika seseorang ingin menyusun koleksi bertema ‘kendaraan bermotor’, maka mengumpulkan prangko bergambar motor dan mobil saja tidaklah cukup.
Prangko dan benda pos lain yang menggambarkan proses pembuatan, pemanfaatan, dan dampak lingkungan dari kendaraan bermotor juga harus dicari dan dikumpulkan sehingga tersusun sebuah cerita yang komprehensif.
Mengumpulkan benda filateli untuk koleksi di kelas postal history lebih rumit lagi karena membutuhkan studi mendalam tentang tarif, rute, dan cap pos di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang belum tentu ada literatur rujukannya.