Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mandalika Pantas Menjadi Lokasi Kontes Balap Kelas Dunia
Terlepas ada aksi unboxing yang kampungan dan memalukan, Mandalika pantas menjadi lokasi kontes balap kelas dunia. Ditambah lagi perhelatan Formula E.
Editor: Dewi Agustina
VIRAL berita Presiden Jokowi melakukan test drive Stadion Mandalika. Sebelum saya unduh foto-fotonya, saya sangka Presiden mengendarai Esemka.
Keren lagi membanggakan nih. Double keren bahkan. Pertama, keren sirkuitnya. Kedua, keren mobilnya.
Pembuktian janji Presiden, bahkan sejak sebelum menjabat Presiden bahwa Esemka benar-benar diproduksi dan sudah laik kendara di jalan raya, dan Jokowi demonstrasikan itu di Mandalika.
Tapi ternyata Presiden naik motor toh.
Ya, sudahlah. Setidaknya, sebagai penggemar otomotif, saya masih berharap Esemka betul-betul diproduksi massal dan punya daya saing dengan mobil-mobil lain.
Jokowi masih punya waktu sekitar tiga tahun untuk memberikan legacy di bidang industri kendaraan bermotor.
Sekaligus untuk memotivasi murid-murid di Tanah Air bahwa SMK bidang otomotif itu punya prospek baik.
Pada sisi lain, sirkuit Mandalika memang sangat mempesona.
Terlepas ada aksi unboxing yang--terus terang--kampungan dan memalukan, Mandalika pantas menjadi lokasi kontes balap kelas dunia.
Ditambah lagi perhelatan Formula E nantinya, kita dukung seluruhnya.
Sirkuit Mandalika dan tiga ajang balap di sana disebut-sebut sebagai cara untuk mendatangkan devisa.
Nah, ini mindset yang betul.
Bertahun-tahun kita membaca dan menyimak berita tentang Pemerintahan Jokowi ngutang lagi, ngutang lagi.
Sebagian bilang itu bagus, menantang generasi mendatang untuk bekerja keras.
Ya, enteng mereka katakan akal-akalan itu, karena ketika generasi mendatang bekerja jungkir balik untuk mencicil utang plus bunganya, orang-orang pro-utang itu sudah masuk liang lahat.
Akal sehat saja; siapa orang yang nyaman hidup dengan cara berutang? Tidak ada.
Beruntung MUI, yang mengharamkan pinjaman online, tidak sampai memfatwakan haram pinjaman luar negeri!
Penulis: Abdul Rachman Thaha
Anggota DPD RI