Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Ramalan Jayabaya, Erupsi Semeru dan Analisis Supranatural Permadi
Dikutip dari sebuah sumber, Krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada 26 Agustus 1883.
Editor: Hasanudin Aco
Anies Rasyid Baswedan juga ada unsur “Ro”-nya, yakni “Ra”-syid.
Sedangkan Ganjar Pranowo ada unsur “Go”-nya, (“Ga”-njar), dan juga “Ro” (P”ra”-nowo), serta “No (Pra-“No”-wo).
Jadi, Ganjar punya tiga unsur inisial sekaligus.
Alhasil, jika ketiganya maju sebagai capres dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, siapapun yang terpilih, akan sesuai dengan “pakem” Jayabaya, yakni “No To No Go Ro”.
Erupsi Semeru
Dikutip dari Wikipedia, Prabu Jayabaya adalah Raja Kediri yang memerintah sekitar tahun 1135-1157.
Nama dan gelar lengkapnya adalah Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa.
Erupsi atau letusan Gunung Krakatau yang terjadi pada 1883 pun diyakini tidak luput dari Jangka Jayabaya.
Dikutip dari sebuah sumber, Krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada 26 Agustus 1883.
Awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa.
Sampai sebelum 26 Desember 2004, saat terjadi tsunami Aceh, tsunami akibat erupsi Krakatau adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia.
Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer.
Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, 6 dan 9 Agustus 1945.
Erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (4/12/2021) sore pun dikait-kaitkan dengan Jangka Jayabaya.