Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Artsanti Persembahkan Buku 'Berawal Dari Mimpi' Untuk Remaja Indonesia
Artsanti sejak masa remajanya sudah bermimpi menengok semua keajaiban dan keindahan alam yang tersaji di muka bumi itu.
Editor: Toni Bramantoro
MELIHAT LANGSUNG Machu Picchu, Acropolis, dan Persepolis, reruntuhan dari kebudayaan masa silam yang tersembunyi di sudut-sudut bumi tentu tidak semua orang beruntung dapat melakukannya.
Artsanti sejak masa remajanya sudah bermimpi menengok semua keajaiban dan keindahan alam yang tersaji di muka bumi itu.
Namun ayahnya tidak berkenan.
“Anak gadis yang baik, sebaiknya tinggal di rumah. Tidak kluyuran," kata Artsanti menirukan ucapan sang ayah seperti yang ditulis dalam bukunya 'Berawal Dari Mimpi'.
Artsanti sangat menyayangi ayahnya, ia mengikuti saran itu. Namun ia terus mengingat pesan ayahnya yang lain.
“Jika ingin menengok dunia, kamu harus pergi dengan uang kamu sendiri.”
Kata-kata ini yang menggerakkan semangatnya untuk bekerja mengumpulkan uang sendiri. Dengan upaya semacam itu, ia akhirnya berhasil menggapai mimpinya, berkelana ke Lima Benua.
Di buku 'Berawal Dari Mimpi', Artsanti mengisahkan perjalanannya di Asia, Eropa, Amerika Serikat, Amerika Latin, Australia dan New Zealand, serta ke Benua Hitam, Afrika.
Sebagai perjalanan kontemplatif, ia tak hanya mengunjungi tempat-tempat wisata yang ramai dikunjungi wisatawan.
Di Belanda ia menyusup ke balik pepohonan walnut, ke kafe-kafe yang tersembunyi di hutan, dan duduk di lapangan rumput menyaksikan anak-anak Belanda berlatih Sepakbola.
Ia naik tinggi mendekati puncak Mount Blanc, Eiger, Matterhorn dan Mount Cook, dengan gondola atau helikopter, meskipun pernah pula mencoba mendaki Mount Kilimanjaro menggunakan kakinya sendiri.
Artsanti menikmati perjalanannya ke tempat-tempat yang tak banyak orang tertarik mengunjunginya.
Saat diminta untuk memilih berkunjung ke New York atau ke Komunitas Amish di Pennsylvania, ia memilih yang terakhir.
Saat berkunjung ke Moscow, ia tidak meneruskan ke Saint Petersburg yang sangat terkenal, namun terbang ke Khanty Mansiysk di Siberia.
Artsanti menikmati berkunjung ke tempat-tempat out-off-the-beaten track, seperti ke Batumi, Georgia, di sisi Laut Hitam.
Mengunjungi Monumen Jengis Khan di Mongolia atau ke Bandar Anzali di sisi Laut Kaspia.
Ia menikmati berdayung di Danau Titicaca di perbatasan Peru dan Bolivia, yang muka airnya sudah lebih tinggi dari puncak Gunung Semeru.
“Melakukan perjalanan itu ziarah kehidupan. Melihat sisi lain dunia, menyelami hidup dengan memberi arti pada setiap pengalaman,” jelas Lestari Moerdijat, Wakil Ketua MPR menanggapi perjalanan Artsanti yang dituangkan dalam buku 'Berawal Dari Mimpi'.
Menurutnya, Artsanti telah melakukan suatu ziarah tentang arti kehidupan sesungguhnya. Kehidupan yang semestinya selalu dirayakan dalam setiap situasi.
"Karena hidup itu berarti,” imbuh Lestari Moerdijat.
Sementara itu, Ketua Fraksi PDI-P DPR RI, Utut Adianto berpendapat Artsanti telah berhasil mengekspresikan kisahnya di buku yang ditulisnya ini.
“Saya senang mengikuti ceritanya, seolah-olah Bu Arts ada di hadapan saya bercerita dengan penuh antusias, dalam suasana yang menggembirakan,” jelas GM Utut Adianto yang juga ketua umum Percasi itu.
Buku 'Berawal Dari Mimpi' telah beredar, dan penerbit serta penulisnya sepakat bahwa setiap satu buah buku yang terjual, sebuah buku yang sama akan dibagikan kepada remaja di Indonesia agar mereka juga berani bermimpi dan berusaha untuk menggapainya.
Buku 'Berawal Dari Mimpi' sudah bisa dimiliki melalui berbagai pemesanan online.