Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Ekonomi Digital, Primadona Operator Telekomunikasi
Operator juga harus mengembangkan ekonomi digital lain, Internet of Things (IoT), Big Data, BlockChain, Robotics, dan turunannya.
Editor: Hendra Gunawan
Oleh Moch S Hendrowijono *)
EKONOMI digital digadang-gadang sebagai bisnis aktual yang sangat menjanjikan sehingga banyak pelaku bisnis yang langsung putar langkah. Walau beberapa tidak meninggalkan bisnis legacy mereka yang masih berkaitan dengan digitalisasi. Ke depan, tanpa bertransformasi digital, bisnis tidak akan bisa bersaing, meredup, bahkan hancur.
Sektor telekomunikasi merupakan salah satu bisnis unggulan yang menggeluti dan berperan aktif dalam pertumbuhan bisnis ekonomi digital. Apalagi industri telekomunikasi kini tidak bisa mengandalkan pendapatannya hanya pada bisnis bandwidth internet yang par, tidak tumbuh.
Semua operator seluler global sedang mengkhawatirkan bisnis mereka, khususnya soal data yield dalam hubungan dengan mobile broadband yang tidak lagi bisa dikerek. Pasar yang sudah jenuh dan kompetisi yang keras, membuat harga data tidak bisa diangkat.
Baca juga: Startup Digital di Masa Pandemi Karya Siswa Gunungkidul, Sajikan Konten Tutorial hingga Teknologi
Di sisi lain, ekonomi digital merambat naik dengan cepat dan menurut Presiden Jokowi, di tahun 2025 transaksi ekonomi digital di Indonesia mencapai 124 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.780 triliun lebih. Dari total transaksi ekonomi digital di Asia Tenggara, 41,9% di antaranya datang dari Indonesia, menurut riset Google, Temasek dan Bain&Co.
Sementara nilai ekonomi digital Indonesia pada 2020 mencapai 44 miliar dollar AS, tumbuh 11% dibanding tahun sebelumnya. Angka ini berkontribusi sebesar 9,5% kepada produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Dirut Telkomsel, Hendri Mulya Syam bilang, porsi pendapatan perusahaannya dari ekonomi digital mencapai 77,5%. Besarannya, Rp 50,5 triliun dari pendapatan total triwulan 3 tahun 2021 yang sejumlah Rp 65,14 triliun.
Digital powerhouse Asia Tenggara
Itu sebabnya, Telkomsel mulai menggeber bisnis ekonomi digital dengan membangun anak perusahaan yang namanya Telkomsel Ekosistem Digital (TED). TED diposisikan sebagai holding company yang menaungi beberapa anak perusahaan dari portofolio bisnis sektor digital yang muncul.
Baca juga: BI-Fast Dukung Konsolidasi Industri Pembayaran Digital di Indonesia
Anak usaha ini ditujukan membuka peluang serta mempermudah inovasi pemanfaatan teknologi digital terbaru. TED akan memperkuat ekosistem digital Indonesia dan diharapkan akan menjadikan Indonesia sebagai digital powerhouse di Asia Tenggara.
Akan ada pemekaran usaha melalui pemisahan keseluruhan bisnis aplikasi Kuncie dan Fita. Kuncie merupakan platform yang menyediakan berbagai video edukasi, sementara Fita adalah aplikasi gaya hidup sehat, keduanya dialihkan ke TED, memperkuat penetrasi bisnis vertikal di sektor edu-tech dan health-tech.
Untuk gaming, TED akan mendirikan usaha patungan yang kontrak usahanya direncanakan mencapai 20 juta dollar AS, yang fokus sebagai penerbit gaming untuk meningkatkan kompetensi dan kapabilitas vertikal Telkomsel di industri games. Saat ini pelanggan Telkomsel yang mengakses gaming mencapai 18 juta orang per bulan.
Menurut Ketua Umum Mastel, Masyarakat Telematika, Sarwoto Atmosutarno, ekonomi digital merupakan keniscayaan bagi pertumbuhan ekonomi bangsa di mana pun. Operator telekomunikasi harus mencari lahan baru untuk tumbuh, yang justru ada di OTT (over the top).
Baca juga: Digitalisasi, Distribusi Pupuk Subsidi Bisa Diawasi Secara Real Time
Hal itu harus dilakukan operator dalam upaya mereka untuk tetap tumbuh yang berkelanjutan. Tumbuh secara organik, sambil melihat tren global.