Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Doni Bertanya, “Ligna” Sekarang di Mana?

Tidak berhenti sampai di situ. Mantan Kepala BNPB (2019-2021) itu juga menyodorkan fakta yang mencengangkan.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Doni Bertanya, “Ligna” Sekarang di Mana?
Ist
Ketua Umum PPAD, Letjen TNI Purn Dr HC Doni Monardo 

Jika PPAD bergerak dengan semua potensi yang dimilikinya, bukan tidak mungkin dalam waktu empat-lima tahun ke depan, purnawirawan akan punya andil besar dalam kemajuan bangsa Indonesia.

Selain mineral, kata Doni, Indonesia juga kaya raya rempah-rempah. VOC adalah monumen sejarah yang nyata. Ia kaya raya karena rempah-rempah dari Nusantara. Bahkan pernah satu masa, harga satu kilogram pala sama dengan harga 1 kilogram emas. Bukti nyata adalah Pulau Run di Kepulauan Banda (Maluku) yang menjadi ajang rebutan Inggris dan Belanda.

Mati-matian Belanda dan Inggris berperang untuk menguasai perdagangan dunia. Terhitung dari tahun 1652-1654 perang pertama dilakukan dan perang kedua dimulai dari tahun 1665. Hingga akhirnya pada 31 Juli 1667, Traktat Breda dikeluarkan untuk memberi solusi damai dari perang-perang tersebut.

Salah satu isi dari Traktat Breda adalah Inggris harus mengakhiri kekuasaan mereka di Pulau Run, Kepulaun Banda, dan menyerahkan kepada Belanda. Sebagai gantinya, koloni Belanda, yakni Nieuw Amsterdam di Amerika Utara (kini Manhattan, New York) diserahkan ke Inggris.

“Bapak-ibu tahu, Manhattan kini salah satu kota megah dan kaya raya di Amerika Serikat, sementara Pulau Run begitu-begitu saja,” ujar Doni prihatin.

Belum lagi di bidang kayu. Indonesia sebenarnya penghasil kayu terbesr di dunia, karena punya hutan tropis yang sangat besar, sangat variatif, ada begitu banyak jenis kayu yang punya nilai ekonokmi tinggi. Kayu-kayu yang mahal harganya itu antara lain ulin, merbau, meranti, ebony, bitti, dan lain-lain. Sebagian jenis kayu itu nyaris punah. Antara lain ebony.

Untuk kayu jangka pendek, ada jabon, sengon, yang tumbuh singkat dan bisa panen dalam waktu lima sampai enam tahun. “Cukup sudah kita ‘dijajah’. Tahun 70-an kita ‘dijajah’ Volvo, sekarang ‘dijajah’ Ikea. Ligna sudah nggak tahu di mana.

Berita Rekomendasi

Kita tak bisa tinggal diam. Pemerintah dan dunia usaha harus mendapat dukungan dari purnawirawan, supaya kita bisa Bersatu meningkatkan ekonomi masyarakat,” tandas Doni.

Apakah hanya itu? Tidak, jawab Doni. Masih banyak lagi. Ada juga sektor perikanan yang luar biasa. Indonesia punya potensi ikan tangkap sebanyak 12,6 juta ton setiap tahun. Kalau harga 1 kilogram ikan sama dengan 1 dollar AS, maka ada potensi sebesar 12,6 miliar dollar AS.

Sementara, tidak semua jenis ikan hanya berharga 1 dolar per kg, tapi lebih mahal. Misalnya ikan tuna yang bisa belasan bakan puluhan dollar per kilogram.

Untuk itu kita harus gunakan teknologi, agar nelayan kita tahu di mana menangkap ikan, bukan di mana mencari ikan.

Dengan teknologi, memungkinkan nelayan lebih produktif. Meski kasus pencurian ikan oleh kapal asing relatif menurun, tetapi ia tidak menutup mata, bahwa kasus itu masih terjadi di belahan laut Indonesia.

Pendek kata, Doni mengajak segenap anggota PPAD untuk bekerja menciptakan peluang-peluang baru. Purnawirawan yang mampu menciptakan lapangan kerja, sejatinya adalah juga seorang pahlawan. 

*Catatan: Egy Massadiah, Ketua Yayasan Kita Jaga Alam dan juga Wartawan Senior

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas