Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
G20 Orchestra, di Dunia Mereka Terbaik, di Indonesia Mereka Berkumpul
G20 Orchestra adalah warisan Indonesia untuk G20 ke depannya, dan bisa menjadi disrupsi di dunia musik klasik.
Editor: Dewi Agustina
Target kami untuk mendapatkan separuh-separuh jumlah lelaki dan perempuan hanya meleset sedikit menjadi 34 lelaki dan 26 perempuan.
Untuk itulah, G20 Orchestra 2022 ini membuka audisi terbuka bagi musisi Indonesia sebagai bentuk transparansi dan misi untuk dapat menemukan talenta talenta muda di seluruh pelosok Indonesia, serta memberikan kesempatan terbuka dan sama kepada semua talenta terbaik Indonesia.
Hasilnya sangat membanggakan, sulit bagi saya untuk hanya memilih sebagian dikarenakan kemampuan musik mereka yang luar biasa.
Musisi kita di G20 Orchestra kebanyakan tidak dikenal dalam "lingkaran musik klasik" dan bergabung dengan orkes-orkes di Jakarta.
Apa karena mereka tinggal di luar kota? Apa karena mereka tidak memiliki koneksi yang cukup?
Bahkan dari Amerika kita mendapatkan pemain viola Toby Winarto, yang berdarah 100 persen Indonesia tapi memang lahir dan berkewarganegaraan AS dan berkarir cukup cemerlang, serta baru saja diterima di New World Symphony.
Kita tidak akan tahu tentang Toby kalau tidak ada G20 Orchestra ini.
Bukannya membanggakan diri, tapi saya ingat ketika saya balik ke Indonesia tahun 2000 dan belum ada yang namanya kompetisi piano apalagi instrumen lainnya.
Bagaimana seorang pianis bisa berkarir tanpa pembuktian dari kemenangan satu atau beberapa kompetisi?
Adalah Pia Alisjahbana (pendiri Femina Group) yang meminta saya saat berkunjung ke Indonesia atas undangan Presiden Gus Dur tahun 2000 untuk membuat kompetisi piano bertaraf internasional sehingga lahirlah Cipta Award yang hanya bertahan dua kali penyelenggaraan.
Pada tahun 2008 Pia Alisjahbana dan Dedi Panigoro dari MEDCO membangkitkannya kembali dan memberi nama baru yaitu Ananda Sukarlan Award (ASA).
Setelah itu di tahun 2011 sebuah institusi di Surabaya, Amadeus Performing Arts pimpinan Patrisna Widuri mengirim proposal untuk mendirikan Kompetisi Vokal Klasik "Tembang Puitik Ananda Sukarlan" (TPAS) yang saya terima dengan tangan terbuka.
Semua solois G20 dari Indonesia terdiri dari pemenang kompetisi piano
ASA (Calvin Abdiel Tambunan) dan TPAS (dua soprano Mariska Setiawan & Pepita Salim, tenor Nick Lukas dan bariton Kadek Ari Ananda).