Beni Kusuma, urban explorer

Raut wajahnya tetap tenang. Saat menjawab pertanyaan dari kalangan jurnalis di konferensi pers Ahad lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjawab dengan kata-kata yang tertata.

Termasuk saat menjawab pertanyaan yang diajukan adalah soal seruas railing atau pembatas penonton di Jakarta International Stadium yang roboh ketika grand launching digelar.

Di era media sosial seperti sekarang ini, kabar apa pun bisa cepat tersebar atau viral. Tak terkecuali dengan ambruknya railing ini.

Gambar dan video robohnya railing itu pun cepat diketahui oleh orang yang berada ribuan kilometer dari JIS sekali pun.

Beragam komentar pun muncul.

Netizen hingga pihak-pihak yang selama ini menjadi bagian pengkritik paling setia terhadap Anies bersuara keras.

Hingga akhirnya, muncul pula permintaan untuk melakukan audit konstruksi terhadap bangunan yang menelan biaya hingga Rp 4,5 triliun.

Namun, Anies tetap tenang.

Tak ada wajah masam apalagi ledakan kemarahan. Emosinya benar-benar terjaga. Kekecewaan tentu saja ada.

Namun robohnya railing itu tak ubahnya seperti pepatah lama: tak ada gading yang tak retak.

Satu analogi pun disampaikannya. Ibarat gigi tumbuh, begitulah proses alami sebuah pertumbuhan yang menurut dokter bukan sebuah penyakit.

Anies menyebutnya sebagai growing pain. Semuanya menjadi pembelajaran untuk menjadi lebih baik. 

Pembelajaran untuk semua pihak. Bukan saja bagi pengelola stadion tapi juga pada penonton yang disebut Anies punya semangat yang luar biasa tinggi di stadion yang pertama kali digunakan untuk umum.