Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Potensi Baru Untuk Operator Tumbuh

Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan akan ditopang lima sektor yang kini digeluti startup, edukasi, keuangan inklusif, kesehatan

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Potensi Baru Untuk Operator Tumbuh
Free Press Journal
Ilustrasi l 

Oleh Moch S Hendrowijono *)

OPTIMISME di tengah kegelisahan masyarakat akibat naiknya harga bahan bakar yang disubsidi disuarakan Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Johnny G Plate pekan lalu di Bali. Adalah ekonomi digital yang digadang-gadang menjadi pendongkrak pertumbuhan ekonomi bangsa.

Ekonomi digital pada 2021 yang katanya sudah mencapai 70 miliar dolar AS akan tumbuh menjadi 315 miliar dolar AS pada 2030, bertumpu pada UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) serta startup (perusahaan rintisan) yang diaktifkan secara digital.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan akan ditopang lima sektor yang kini digeluti startup, edukasi, keuangan inklusif, kesehatan, rantai pasok dan energi terbarukan.

Para ahli sepakat, di tataran ekonomi digital sejatinya pertumbuhan itu perlu prasarana utama, jaringan telekomunikasi modern yang diharapkan a

Baca juga: Transformasi Digital Bidang Pendidikan Dinilai Perlu Terus Dikembangkan dan Didukung

kan menghadirkan unduh dan unggah yang makin cepat sejalan berkembangnya teknologinya.

Namun di sisi lain, operator telko perlu gerak cepat dalam melayani masyarakat, karena kemampuan mereka digerogoti OTT (over the top), yang menggunakan prasarana operator dalam menjual jasanya.

Berita Rekomendasi

Dari ekosistem digital industri telekomunikasi yang melibatkan OTT, sistem pembayaran, pencipta konten hingga pengembang, operator telko paling minim keuntungannya, OTT nyaris mengambil semua.

Penyedia konektivitas lalu lintas data itu belum mampu mengembalikan pendapatan yang hilang dari sektor suara (voice) dan pesan singkat (SMS) berupa telefoni dan emoticon yang sebelumnya kontributor pendapatan terbesar.

Pola berkomunikasi yang beralih ke messenger berupa panggilan suara dan video merontokkan berbagai bisnis operator telko dan mereka hampir tak mungkin lagi bertahan dengan skema usang, banting-bantingan tarif. Harus dicari cara meningkatkan ARPU (average revenue per user – pendapatan rata-rata dari tiap pengguna) dengan mengembangkan layanan digital.

Meluasnya layanan OTT membuat ARPU harus dibagi-bagi dengan pihak ketiga. Pendapatan sebagian besar operator India, contohnya, terancam Netflix, Google, Skype, Zoom dan lainnya, yang kalau dibiarkan akan membuat operator pemilik layanan konvensional perlahan tumbang.

Iklim bisnis itu mendorong operator telko membangun dua strategi, bekerja sama dengan OTT berprinsip saling menguntungkan atau membangun sendiri layanan seperti OTT demi perpanjangan napas.

Mengerti selera

Bharti Airtel, operator terbesar kedua India, memelopori berbagai aplikasi dan konsisten di sektor game, musik dan film. Sementara Jio yang nomor satu, berhasil merilis aplikasi mirip WhatsApp, Google Drive, iTunes, Apple Wallet yang disesuaikan kebiasaan pelanggan.

Halaman
12
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas