Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Film Jendela Seribu Sungai Diadaptasi Dari Novel Terbitan Grasindo Ceritanya Unik Dan Dramatik

Novel Jendela Seribu Sungai sangat menarik, unik, dramatik. Cerita drama keluarga, kisah tentang cita-cita anak, kuatnya tekad, persahabatan dan petua

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Film Jendela Seribu Sungai Diadaptasi Dari Novel Terbitan Grasindo Ceritanya Unik Dan Dramatik
Dok
Pengambilan gambar di sebuah adegan Jendela Seribu Sungai 

FILM JENDELA SERIBU SUNGAI (JSS) merupakan karya adaptasi dari novel berjudul sama, Jendela Seribu Sungai, karya Miranda dan Avesina Soebli. Novel JSS diterbitkan oleh Grasindo (Kelompok Kompas Gramedia) pada 2018 dan mengalami proses cetak ulang.

“Novel Jendela Seribu Sungai punya kelebihan yang amat langka. Miranda dan Avesina berhasil mempertemukan kultur sungai masyarakat Banjar dengan kultur pegunungan masyarakat Dayak di lembah Meratus.” (Putu Fajar Arcana, Editor Seni dan Budaya Harian Kompas Minggu Jakarta).

Novel Jendela Seribu Sungai sangat menarik, unik, dramatik. Cerita drama keluarga, kisah tentang cita-cita anak, kuatnya tekad, persahabatan dan petualangan yang sesungguhnya merupakan cerita sangat universal.

Namun hadirnya kekuatan budaya, filosofi sungai, latar cerita kota Banjarmasin menjadikan Jendela Seribu Sungai sangat berbeda. Cerita anak-anak Banjarmasin ini sangat khas dan penuh warna.

Mewujudkan produksi film Jendela Seribu Sungai memiliki tantangan tersendiri. Butuh empat tahun proses riset, pengembangan cerita hingga memutuskan memproduksinya menjadi karya film.

Radepa Studio melihat bahwa cerita film ini sangat inspiratif dan memotivasi. Pun begitu banyak banyak bagian cerita film yang sangat menghibur.

Dukungan Pemko Banjarmasin semakin menguatkan tekad bahwa film Jendela Seribu Sungai harus menjadi produk kreatif yang mampu mengangkat budaya serta potensi yang dimiliki Banjarmasin. Media film (audio-visual) menjadi pembawa pesan paling efektif dan sangat mudah mempengaruhi penonton bila cerita Jendela mengena di hati mereka.

Berita Rekomendasi

Radepa Studio memulai produksi film Jendela Seribu Sungai sejak awal November 2022. Kurang lebih 21 hari shooting dibutuhkan untuk menyelesaikan produksi film yang didukung tenaga kreatif Banjarmasin. Empat puluh persen tim produksi melibatkan pekerja kreatif perfilman Banjarmasin.

Keterlibatan pemain asal Banjarmasin seperti Olla Ramlan, Halisa Naura, Bopak Costello, dan Elma Istiana. Band Radja dengan lagu baru mereka berjudul Ada Jalan menjadi pengisi original sountrack film Jendela Seribu Sungai. Termasuk Ian Kasela yang berperan sebagai dirinya (cameo) di film ini.

Banjarmasin menjadi istimewa juga karena memiliki lokasi-lokasi shooting yang eksotik dan ikonik. Mulai dari sungainya yang meliuk-berliku dan terus direvitalisasi sebagai destinasi wisata, beragam kuliner, serta keunikan dan keindahan alamnya yang bakal hadir dengan visual menawan di layar bioskop serta kanal multi-platform, seperti kanal streaming dan media lain.

Film Jendela Seribu Sungai

MIMPI dan cita-cita anak selayaknya mengalir lepas seperti sungai. Seribu sungai tetaplah tersatukan gelombang besar yang membawa mimpi itu mewujud.

TIGA anak: BUNGA, ARIAN, KEJORA, disatukan di sekolah dengan guru, BU SHEILA, yang sangat memahami mimpi dan harapan mereka.
Sayang, keinginan mereka tidak selalu sejalan dengan harapan mereka. Arian yang punya bapak seorang seniman kuriding, justru tak ingin anaknya mewarisi keahliannya memainkan kuriding.

KEJORA sebaliknya, ingin melambungkan cita-citanya menjadi dokter, justru ditentang oleh bapaknya yang trauma dengan dokter Puskesmas yang dianggap telah membunuh istrinya saat melahirkan.

Begitu pula BUNGA tak pernah sekali pun mengembangkan bakat tarinya di depan orangtuanya yang serba-kecukupan. Down-syndrome malah membuat orangtua Bunga mematikan cita-cita Bunga sebagai seorang penari.

Seribu sungai akan terus mengalirkan cita-cita dan harapan. Sungai pula yang menghidupan impian mereka.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas