Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Diplomat Sufistik

Dubes RI untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi, dikenal sebagai intelektual kiri tapi juga ternyata seorang yang menganut tarekat sufi.

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Diplomat Sufistik
IST
Duta Besar Republik Indonesia, Zuhairi Misrawi, di kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Tunisia memberikan arahan bagi mahasiswa baru asal Indonesia yang akan kuliah di Universitas Zaitunah, Tunisia, pekan lalu. Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, KH. Imam Jazuli (duduk memakai kopiah) menyebut Zuhairi Misrawi sebagai seorang Dubes yang menerapkan Diplomat Sufistik. 

Diplomat Sufistik

*Catatan Perjalanan KH. Imam Jazuli., Lc,. MA

TRIBUNNEWS.COM - Siapa yang mengira Gus Dubes Tunisia (Zuhairi Misrawi) yang dikenal publik sebagai intelektual muda NU yang liberal dan kiri ini ternyata seorang salik-sufi yang sungguh-sungguh?

Tidak percaya? Saya sebagai saksi, sekaligus teman yang sejak kuliah di Mesir sama-sama mengambil jurusan filsafat dan sama-sama pembaca berat buku-buku kiri-islam juga awalnya tak percaya.

Tetapi selama penulis di Tunisia mendampingi anak gadis yang sedang menempuh pendidikan disana, penulis beberapa hari membersamai Gus Dubes dan melihat aktivitasnya dari dekat dan baru percaya.

Gus Dubes, bahkan sebelum beraktivitas di Kedutaan atas nama negara, Sabtu subuh itu mengajak penulis ke sebuah Masjid yang disana banyak ditemukan komonitas salik-sufi.

Rasanya aneh bukan, seorang yang dikenal liberal-kiri pagi-pagi sudah ke Masjid? Tapi itulah kenyataannya. Percaya tak percaya.

Berita Rekomendasi

Bahkan di Masjid yang letaknya di bukit Sadzuliyah ini, masyarakat setempat meyakini sebagai salah satu petilasan penting Syaikh Mursyid Akbar Abu Hasan as-Sadzili.

Baca juga: Tunisia, Sejarah dan Pengaruh Revolusi Melati pada Dunia Arab

Di tempat itu tiap hari Sabtu, seperti biasa, sejak tengah malam sudah dipadati masyarakat dari kelompok tarikat Syadziliyyah yang mengadakan pembacaan aurad, doa bersama dan mujahadahan, dipimpin langsung oleh Mursyid tariqoh cicit dari Abu Hasan Asyadzili sendiri.

Sungguh mengherankan lagi, ternyata Gus Dubes begitu sampai, ia langsung ikutan duduk melingkar sebagai jamaah, tetapi yang mengagumkan, ternyata baik Mursyid tariqoh, maupun petinggi disitu nampak akrab dan mengenal baik dan begitu hangat menyambut Gus Dubes.

Tentu saja tanda Gus Dubes kesitu tidak hanya main-main atau kunjungan biasa, yang sesekali, sebagaimana kebiasaan para pejabat tinggi kita, tetapi ia datang atas nama salik yang sama-sama sedang menempuh jalan rohani.

Setelah aurad dibacakan dan mujahadahan selesai, kami kemudian dipersilahkan masuk ke sebuah lorong khusus, dimana Sang Mursyid Toriqoh Asyadzili sering berkhalwat disana.

Lalu siapa sebanarnya Syaikh Abu Hasan Asyadili ini?

Menurut Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Lathaif al-Minan, leluhur Imam Abu Hasan asy-Syadzili adalah Isa bin Muhammad bin Sayyidina Hasan.

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas