Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Sido Rempah, Meracik Ulang Kejayaan Rempah Nusantara
Presiden Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk itu mengaku sudah lama ingin merambah ke usaha selain jamu.
Editor: Hendra Gunawan
Ada lagi jenis tanaman lain untuk kepentingan atsiri, antara lain kulit pohon masoya (bahan baku parfum Hermes) dan cendana. Harga per satu kilogram mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
“Potensi itu sangat besar di negara kita. Jadi, kerjasama antara dunia usaha dengan peneliti dan didukung pemerintah, niscaya akan memberikan manfaat luar biasa bagi bangsa kita,” ujar Doni optimis.
Kepala BNPB 2019 – 2021 itu lalu menyebutkan tentang cengkeh. Baru-baru ini ia menemukan pohon cengkeh di tengah hutan di Pulau Seram, Maluku. Tinggi pohon cengkeh itu tiga kali lebih besar dan lebih tinggi dari pohon cengkeh yang kita kenal. “Jumlahnya tidak banyak. Jika berkenan, saya siap mengantarkan bapak-ibu peneliti untuk melihat pohon cengkeh hutan di Pulau Seram,” kata Doni menjabat Pangdam XVI/Pattimura 2015 – 2017 itu.
Selain cengkeh, ada juga pohon lemon “raksasa”. Jika pohon lemon kebanyakan tingginya hanya dua sampai tiga meter, Doni menemukan pohon lemon setinggi hampir 10 meter. “Sekali lagi, potensi emas hijau kita luar biasa. Selamat berjuang pak Irwan dan Sido Muncul,” tambahnya.
Pionir Rempah
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memuji langkah Sido Muncul sebagai pionir penelitian rempah di Indonesia. “Jamunya sudah jalan, sekarang bergeser ke rempah. Setelah ini, apa lagi….,” kata Ganjar.
Ganjar lalu menyampaikan kisah menarik saat berkunjung ke Suriname. “Saya sempat tersinggung,” kata Ganjar dengan ekspresi lucu.
Ia lalu berkisah. Lazimnya sebuah kunjungan, maka Ganjar menyerahkan cendera mata berupa miniatur Candi Borobudur. Pejabat Suriname tadi lalu membalas dengan memberinya cenderamata yang membuat Gajar “tersinggung”. “Apa coba! Saya mendapat souvenir Tolak Angin Sido Muncul…” kata Ganjar disusul tawa dan tepuk tangan hadirin.
Seperti halnya Doni, maka Ganjar pun punya pengalaman di negeri Belanda. Dalam satu kesempatan ia berbincang dengan para veteran. Mereka menceritakan, bahwa zaman dulu tidak ada makanan yang tasty atau enak. Yang ada rasa tawar cenderung hambar, seperti roti, susu, dan keju.
“Mereka mengakui, ada makanan enak di Belanda setelah terjadi penjelajahan dan penjajahan. Termasuk menemukan rempah-rempah dari Indonesia,” kisah Ganjar.
Ganjar lalu membayangkan, seandainya laboratorium rempah ini sudah menghasilkan produk-produk berkelas global, maka semua kedutaan bekerjasama dengan pemerintah lokal di berbagai negara untuk membuka toko rempah Indonesia. “Rempah, bukan saja memakmurkan bangsa, tetapi juga bisa menjadi alat diplomasi,” ujarnya.
Dukungan BPOM
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Dr. Ir. Penny K. Lukito, MCP yang hadir pagi itu, mengilas pengalamannya di sejumlah negara. Betapa kebutuhan rempah sangat tinggi.
Hari ini, bertepatan hari Ibu, kata Penny, adalah momentum yang sangat penting bagi berdirinya tonggak kejayaan kembali rempah Indonesia. “Karena itu, saya prioritaskan untuk hadir di acara ini,” ujar Penny pula.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.