Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Layar Virtual Studio Dukung Perkembangan Dunia Film, Animasi, Games, Multimedia dan Coding
Omar Jusma mengatakan, kehadiran Layar Virtual adalah untuk mendukung perkembangan dunia film, animasi, games, multimedia dan coding di Indonesia.
Penulis: Toni Bramantoro
PRESIDENT AND TECHINACAL DIRECTOR Layar Virtual, Omar Jusma mengatakan, kehadiran Layar Virtual adalah untuk mendukung perkembangan dunia film, animasi, games, multimedia dan coding di Indonesia.
Layar Virtual adalah studio tempat dunia fisik dan digital bertemu dalam mewujudkankan kreativitas. Layar Virtual mengunakan teknologi mutakhir dengan standar industri dalam produksi film.
Kehadiran Layar Virtual memberikan kemudahan bagi movie maker, brand commercial, music video, events, corporate video untuk berkreasi lebih jauh.
Layar Virtual hadir untuk bisa beradaptasi menghadapi perubahan alur kerja di dunia film, animasi dan multimedia.
“Sebagai pendiri, saya dan partner bisnis banyak bergerak di bidang visual-multimedia. Setelah melihat banyaknya talenta digital kreatif di Indonesia, kami tergugah untuk mendirikan studio yang bernama Layar Virtual. Studio ini bisa menekan biaya produksi pembuatan film. Bahkan, membuka kemungkinan untuk mewujudkan imajinasi-imajiinasi movie creator untuk bisa berkarya lebih jauh lagi,” kata Omar.
Dalam Layar Virtual, kata Omar Jusma, ada empat teknologi yang digunakan. Pertama, LED Processor berasal dari Inggris. Kedua, LED Panel dari China. Ketiga, Tracking System dari Norwegia, dan terakhir Realtime 3D Engine dari Spanyol.
Keempat komponen utama tersebut dibutuhkan untuk Virtual Production, atau biasa disebut ICVX=In-Camera VisualFX. Keempat komponen dalam ICVX sangat beragam. Ada yang bisa dilakukan dengan sangat sederhana, dan ada yang sesuai dengan industri film. Komponen yang ada di Layar Virtual, mengikuti spesifikasi standar produksi Film, antara lain :
LED Panel & LED Processor memiliki Real Time Colour Correction (Chroma Tune), Dynamic Calibration, Extended Bit-Rate dan ShutterSync®.
“Dengan ShutterSync®, dapat mengatur re-fresh rate LED ke kamera, bukan sebaliknya, memberikan kendali kreatif kembali kepada pengguna,” jelas Omar Jusma.
Pada umumnya LED yang ada di pasaran tidak mampu untuk menampilkan content gelap, sehingga sangat sulit bagi kamera untuk menangkap content di LED tersebut “Teknologi processor kami juga mempunyai fasilitas Pure Tone dan extended bit rate yang bisa mengatasi masalah tersebut yang didapatkan pada LED standar yang ada di pasaran rental,” ujar Omar Jusna.
Dengan teknologi tersebut, mampu menampilkan rentang dinamis (Dynamic Range) tambahan 2 hingga 3 stop pada kamera. Kemampuan ini sangat berharga saat membuat film layar LED yang menampilkan konten gelap.
Sedangkan, proses pengaturan warna secara real time (ChromaTune). Tujuannya untuk memastikan kecocokan warna yang sempurna kapan pun dibutuhkan. Prosesnya dilakukan langsung di panel LED.
“Sangat membantu untuk memastikan kecocokan warna korporasi atau brand untuk produksi Iklan. Atau, untuk menyamakan set asli dengan Virtual Set, juga menawarkan kemampuan untuk mengimpor LUT 3D (Look Up Tables),” kata Omar Jusma.
Proses ini adalah cara yang efisien untuk memetakan ulang warna dan memungkinkan koreksi warna tingkat lanjut, yang umumnya digunakan dalam produksi film.
“Untuk segala hal mulai dari penyetelan kamera yang sudah diatur hingga penilaian warna di post production,” jelasnya..
Selanjutnya adalah tracking system. Dalam proses pembuatan film menggunakan kamera tracking system dengan tingkat keakuratan dan kestabilan tinggi, mudah digunakan, tidak memerlukan kalibrasi ulang.
“Tracking system kami juga sudah tersedia berbagai perlengkapan untuk kamera pedestal yg dapat digunakan dengan kamera professional apa pun, sehingga kamera dapat bergerak bebas. Hal ini menjawab salah satu masalah tersulit untuk dipecahkan dalam hal tracking system,” papar Omar Jusma.
Masalah lain yang sering terjadi di kamera based tracking system adalah bandwidth kabel kamera yang terbatas.
“Tracking system kami menggunakan algoritma khusus untuk mengompres gambar tracking 4K dengan cepat sebelum dikirim melalui kabel. Ini membuat proses tracking lebih cepat, responsif, dan akurat,” ulasnya.
Kemudian, teknologi Realtime 3D Engine. Selain menggunakan Unreal Engine sebagai platform utama 3D, Layar Virtual menambahkan middleware untuk memudahkan workflow dari unreal ketampilan LED dengan mengurangi blueprint programming di Unreal Engine.
Manfaat Layar Virtual
Manfaat menggunakan Layar Virtual adalah mengurangi biaya produksi secara signifikan dengan meminimalkan kebutuhan set fisik dan pengambilan gambar lokasi.
Cara ini sangat bermanfaat untuk pengambilan gambar dengan desain set yang rumit atau mahal atau lokasi ekstrem yang susah dijangkau seperti Gunung, Gurun, dan lain-lain.
“Pemain, klien, produser dapat langsung melihat hasil di monitor tanpa harus membayangkan scene, seperti pada panggunaan Green Screen,” kata Omar Jusma.
Produksi virtual memungkinkan pembuat film untuk melakukan perubahan pada lingkungan, tidak terkendala dengan cuaca. Pembuatan efek khusus dengan cepat, scene mahal, seperti kebakaran, ledakan dan lain-lain dapat dilakukan berkali-kali tanpa perlu membangun ulang set fisik atau merekam ulang di lokasi. Cara ini membuka kebebasan imajinasi bagi kreator, baik itu film, iklan maupun musik video.
Produksi virtual, kata Omar Jusma, dapat mempercepat proses produksi dengan menghilangkan kebutuhan konstruksi set fisik dan pencarian lokasi. Hal ini memungkinkan produksi film dengan lebih cepat dan efisien. Secara keseluruhan, produksi virtual dapat memberikan sejumlah keuntungan bagi pembuat film, termasuk penghematan biaya, peningkatan fleksibilitas, peningkatan efek visual, dan efisiensi waktu.
Ada beberapa contoh film yang juga dibuat dengan menggunakan konsep seperti yang diterapkan Layar Virtual, yaitu The Mandalorian (2019), The Suicide Squad (2021), Dune (2021), The Batman (2022), Game of Thrones (HBO), dan Westworld (HBO).
PROSES PRODUKSI
Produksi virtual adalah proses pembuatan film dengan membuat set, efek visual, lokasi, dan karakter hanya dalam lingkungan virtual. Jadi, tidak ada pembangunan setting dan pengambilan gambar di lokasi.
Semua dilakukan hanya menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak khusus, seperti Panel LED, Tracking System, dan Realtime 3D software.
Pada pra produksi, tim merancang set virtual menggunakan perangkat lunak 3D (Unreal Engine), sesuai dengan storyboard. Proses ini dilakukan bersama dengan Director, Production Designer dan Director of Photography (DP).
Setelah itu mencoba aset virtual tersebut ke layar LED, untuk menyamakan set virtual dengan set asli, dan menyamakan System Tracking dengan perspektif kamera dan jenis lensa yang akan digunakan.
PERTIMBANGAN HUKUM
Di bagian lain, Omar Jusma menjelaskan, menggunakan lokasi nyata dan memindainya sebagai aset virtual untuk produksi film adalah praktik umum dalam produksi virtual.
Namun, ada pertimbangan hukum tertentu yang harus diperhatikan pembuat film saat menggunakan pendekatan ini. Pertama dan terpenting, apabila itu bukan public space, pembuat film harus mendapatkan izin yang diperlukan untuk mengakses dan memindai lokasi.
“Juga harus memperhatikan privasi atau kerahasiaan apa pun, dan mungkin perlu mendapatkan izin atau pengecualian tambahan jika lokasi tersebut berisi informasi sensitif atau pribadi. Pembuat film juga harus menyadari masalah kekayaan intelektual yang mungkin muncul saat menggunakan lokasi nyata sebagai aset virtual,” jelas Omar Jusma.
Hal itu termasuk untuk mendapatkan izin menggunakan materi berhak cipta apa pun yang digambarkan di lokasi, seperti karya seni atau logo. Bahkan, harus memperhatikan merek dagang atau merek apa pun yang mungkin muncul di lokasi. Dan, mempertimbangkan apakah mereka perlu mendapatkan izin untuk menggunakan tanda tersebut dalam virtual aset mereka.
“Kesimpulannya, pembuat film harus mengetahui persyaratan hukum terkait penggunaan data dari lokasi yang dipindai, seperti undang-undang perlindungan data. Pembuat film harus memastikan bahwa mereka memiliki kebijakan dan prosedur yang sesuai untuk melindungi data pribadi apa pun yang dikumpulkan selama proses pemindaian,” tutur Omar Jusma.
PROSPEK LAYAR VIRTUAL
Teknologi produksi virtual, kata Omar Jusma, telah berkembang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pola ini akan terus berkembang dan semakin banyak digunakan dalam industri film dan hiburan.
Salah satu hal yang utama dalam pengembangan produksi virtual adalah penggunaan teknologi real-time rendering yang memungkinkan pembuatan dan rendering konten CGI yang lebih cepat dan lebih efisien secara real-time. Ini akan memungkinkan pembuat film untuk menciptakan lingkungan virtual yang lebih kompleks dan terperinci, serta membuat perubahan pada set virtual secara real-time selama pembuatan film.
Bidang pengembangan lainnya adalah integrasi teknologi virtual dan augmented reality (VR dan AR) ke dalam produksi virtual. Ini akan memungkinkan pembuat film untuk menciptakan pengalaman Immersive dan interaktif bagi pemirsa, dan memadukan elemen virtual dengan lingkungan dunia nyata dengan cara baru dan inovatif.
Secara keseluruhan, masa depan produksi virtual sangat cerah, karena menawarkan potensi untuk meningkatkan proses produksi film secara signifikan dan membuka kemungkinan kreatif baru bagi para pembuat film.
“Kami adalah studio pertama di Indonesia yang dilengkapi dengan peralatan in-house yang sesuai dengan standard film,” jelas Omar Jusma.
BIAYA PRODUKSI
Masalah biaya produksi, menurut Omar Jusma, bisa dapat dilakukan harian, mingguan atau paket khusus, sesuai dengan kebutuhan.
“Rate card harian kami adalah Rp 85 juta, sudah termasuk LED+Film standard LED Processor, Tracking System, RealTime 3D engine, dan listrik. Penyewa membawa sendiri kebutuhan lighting dan kamera. Untuk virtual aset, harga sangat beragam, tergantung scene yang dibutuhkan. Kisaran dari 500 ribu-sampai Rp 5 juta per aset. Dan Tersedia harga paket untuk penggunaan Studio lebih dari 3 hari.” tutur Omar Jusma.
Waktu pembuatan film, kata dia, sangat tergantung dengan tuntutan shoot film tersebut.
“Sebagai perkiraan, apabila seluruh film durasi 120 menit diproduksi secara Virtual dibutuhkan waktu sekitar 1 pekan untuk actual shoot di studio,di luar pre-production untuk persiapan aset,” ujar Omar Jusma.