Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Mustafa Kemal Ataturk, Mazhab Kemalisme, dan Turkifikasi

Kekaisaran Turki Usmani diubah oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Republik Turki. Seluruh warga Turki diwajibkan untuk menempuh pendidikan.

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Mustafa Kemal Ataturk, Mazhab Kemalisme, dan Turkifikasi
Dokumen Pribadi KH. Imam Jazuli.
Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon, Jawa Barat, KH. Imam Jazuli, bersama santriwati Bina Insan Mulia yang sedang belajar di beberapa Perguruan Tinggi Turki di Bosphorus Terrace Restaurant, Turki, Senin (2/1/2022). 

Mustafa Kemal Ataturk, Mazhab Kemalisme, dan Turkifikasi

Catatan Perjalanan KH. Imam Jazuli, Lc. MA *

TRIBUNNEWS.COM - Siapa yang tidak kenal Mustafa Kemal Pasha, seorang sekularis pendiri Turki modern, sekaligus penghapus Kekaisaran Ottoman. Seorang kelahiran Salonica Vilayet, tahun 1881, yang dianggap sebagai Bapak Bangsa Turki (Ataturk). Sejak itu ia dikenal sebagai Mustafa Kemal Ataturk.

Setiap kali kita mengenal tentang sejarah Turki, tentu tidak akan pernah lepas dari topik Kekaisaran Turki Usmani dan Mustafa Kemal Ataturk ini. Saking populernya sampai-sampai muncul mazhab Kemalisme, yaitu pemikiran politik, ekonomi, dan sosial yang dibangun di atas konsep dan perjuangan Mustafa Kemal Ataturk ini.

Ketika Mustafa Kemal Ataturk tampil sebagai Presiden dari tahun 1923 sampai 1938, Turki menjadi negara industri sekaligus sekuler. Kekaisaran Turki Usmani diubah olehnya menjadi Republik Turki. Tidak saja itu, seluruh warga Turki diwajibkan untuk menempuh pendidikan, yang digratiskan oleh pemerintah. Ribuan sekolah baru didirikan pada awal kepemimpinannya.

Di sekolah yang hukumnya wajib dan gratis ini, kaum perempuan mendapatkan hak-hak sipil dan politik, serta kesetaraannya dengan kaum lelaki. Di bidang intelektual, Mustafa Kemal Ataturk juga membuang jauh-jauh penulisan bahasa Turki yang semula menggunakan alfabet Hijaiyah, dan menggantinya dengan alfabet Latin.

Baca juga: Era Kebangkitan Turki Usmani dan Kejayaan Islam Global

Selain modernisasi, Mustafa Kemal juga mengenalkan program Turkifikasi. Suku-suku minoritas di Turki diperintahkan untuk berbahasa Turki di ruang publik, namun juga diizinkan mempertahankan bahasa ibu mereka. Nama-nama yang bukan berasal dari toponimi Turki diperintahkan untuk menggantinya dengan nama belakang yang berbau Turki. Di parlemen, Mustafa Kemal Ataturk menyebut dirinya sebagai Ataturk, yang berarti Bapak Turki.

Berita Rekomendasi

Program penggantian nama belakang ini bertujuan untuk menekan orang-orang dari Suku Armenia, Yunani, dan Kurdi. Pemerintah pun tidak mau mendaftarkan nama-nama orang yang berakhiran dengan "yang, of, ef, vis, is, dis, poulos, aki, zde, shvili, madumu, veled, bin".

Semua nama yang berakhiran kata-kata tersebut harus diganti dengan berakhiran "-oğlu" (Lerna Ekmekcioglu, Improvising Turkishness: Being Armenian in post-Ottoman Istanbul (1918–1933), 2010: 169).

Turkifikasi ini sebenarnya memiliki nilai utama, yaitu untuk menyatukan bangsa Turki. Pada tahun 1930-an, muncul program yang disebut Vatandaş Türkçe konuş! (Warga Harus Berbahasa Turki). Progam ini sebenarnya dicetuskan oleh para mahasiswa Hukum, namun disponsori oleh pemerintah.

Program ini ditujukan untuk menekan orang-orang yang berbahasa non-Turki untuk berbicara dalam bahasa Turki (Hans-Lukas Kieser, ed., Turkey beyond nationalism: towards post-nationalist identities, 2006: 45).

Jejak perjuangan dan pemikiran Mustafa Kemal Ataturk mendapatkan perhargaan dari PBB dan UNESCO, dengan mendeklarasikan "The Ataturk Year in the World", Hari Ataturk Internasional. Tidak hanya itu, Hari Ataturk ini diadopsi ke dalam Resolution on the Atatürk Centennial, yang menggemparkan.

Resolution on the Atatürk Centennial ini menggambarkan bahwa Mustafa Kemal Ataturk adalah pemimpin pertama perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme, sekaigus promotor kesepahaman antar rakyat dan perdamaian antara bangsa di dunia.

Sepanjang hidupnya, menurut PBB dan UNESCO, Mustafa Kemal Ataturk mengabdi pada upaya pembangunan kehidupan yang harmonis dan kerjasama antara rakyat tanpa pembedaan (Jacob M. Landau, Atatürk and the Modernization of Turkey, 1984).

Baca juga: Tanzimat, Awal Mula Keruntuhan Turki Usmani

Kenapa mazhab Kemalisme ini dihargai oleh PBB dan UNESCO, karena memang tidak lepas dari kiprah Mustafa Kemal Ataturk dalam memperjuangkan perdamaian. Kebijakan luar negeri Republik Turki era Mustafa Kemal Ataturk menunjukkan perdamaian dan persahabatan dengan negara-negara tetangga, seperti Iran, Yugoslavia, Irak, syuriah.

Bahkan, Mustafa Kemal Ataturk menciptakan Pakta Balkan, yang menolak ekspansi agresif Negara Fasis Itali dan Negara Tsar Bulgaria (Esra S. Degerli, Balkan Pact and Turkey, 2009: 136-145). Jadi, Kemalisme adalah tentang kebijakan politik yang mengusung perdamaian global, modernisasi, dan industrialisasi negara.

Kemalisme tidak saja tentang perdamaian antar bangsa, tetapi Kemalisme juga tentang upaya penyatuan dalam negeri atau nasionalisme. Pada saat Republik Turki didirikan tahun 1923, nasionalisme dan sekularisme adalah dua prinsip dasar.

Kemalisme membentuk satu negara dari sisa-sisa Kekaisaran Turki Usmani. Kemalisme mendefisinikan bahwa bangsa Turki adalah mereka yang melindungi dan mempromosikan nilai-nilai humanis, kultural, spiritual, dan moral Negara Turki (Arnd-Michael Nohl, dkk., Education in Turkey, 2008: 85).

Mustafa Kemal Ataturk meniggal pada tanggal 10 November 1938 dalam usia 57 tahun, dan dikebumikan di Dolmabahçe Palace, Instanbul. Lokasi Dolmabahçe Palace ini tidak jauh dari Bosphorus Terrace Restaurant, tempat penulis dan rombongan santri Bina Insan Mulia ( yang sedang studi di Turki) makan-makan. Hanya terpisah jarak 1,9 km dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 9 menit ke arah Timur Laut.

Bagi orang-orang yang sempat berkunjung ke Istana Dolmabahçe, mereka bisa berkunjung ke Ataturk Cultural Center. Wisata budaya terhampar luas di depan mata. Kita tinggal menikmatinya, dan mengenal perjalanan bangsa Turki. Museum Pusat Warisan Ataturk ini malah lebih dekat dari restauran kami, karena hanya berjalan 1,6 km dengan waktu tempuh 6 menit perjalanan darat.[]

*Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas