Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Tanzimat, Awal Mula Keruntuhan Turki Usmani

Program Tanzimat ini melahirkan wajib militer yang cukup modern, reformasi sistem perbankan, dekriminalisasi homoseksualitas, dan penggantian hukum

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Tanzimat, Awal Mula Keruntuhan Turki Usmani
Dokumen Pribadi KH. Imam Jazuli.
Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon, Jawa Barat, KH. Imam Jazuli, bersama santri Bina Insan Mulia yang sedang belajar di beberapa Perguruan Tinggi Turki di Bosphorus Terrace Restaurant, Turki, Senin (2/1/2022). 

Lebih-lebih, Turki Usmani harus menampung para imigran suku Tatar dari Crimea dan orang-orang Kaukasus. Walaupun begitu, imigran Tatar dari Crimea ini banyak memainkan peran positif di Turki Usmani, seperti mempromosikan Pan-Turkisme dan Nasionalisme Turki (Norman Stone, Turkey in the Russian Mirror, 2004: 86).

Dampaknya, Kekaisaran Turki Usmani terpaksa mengeluarkan anggaran besar untuk pendidikan publik. Pada tahun 1860-1861, pemerintah mengeluarkan 0,2 persen budget APBN diperuntukkan bagi pendidikan (Jörg Baten, A History of the Global Economy. From 1500 to the Present, 2016: 50).

Banyaknya tanggungan Kekaisaran Turki Usmani ini di bidang budgeting berdampak pada kelemahan militernya. Pada saat Turki Usmani ingin memodernisasi kekuatan militer dan infrastruktur negaranya, pada saat yang sama, para debitur menagihnya dengan paksa.

Sejarawan Eugene Rogan mengatakan, satu-satunya ancaman akan kemandirian Timur Tengah pada abad 19 bukanlah tentara Eropa melainkan perbankan (Rogan, 2011: 105). Jadi, hutang melilit Kekaisaran Turki Usmani adalah faktor utama yang menyebabkan kemundurannya, kekalahan pada setiap peperangan, dan rendahnya tingkat pendidikan publik.

Pada tahun 1881, sebenarnya Turki Usmani sudah hancur. Sebab, seluruh hutang Kekaisaran telah disetujui untuk dikontrol langsung oleh lembaga yang disebut Ottoman Public Debt Administration (OPDA), namun konsil ini beranggotakan orang-orang Eropa. Presidensinya dipimpin oleh Perancis dan Ingris.

Badan OPDA tersebut mengendalikan sebagian besar ekonomi Turki Utsmani, dan menggunakan posisinya untuk memastikan bahwa modal Eropa terus menembus ke jantung kekaisaran, sehingga seringkali merugikan kepentingan Turki Usmani sendiri (Rogan, 2011: 106).

Dari sini sudah mengetahui dengan jelas, upaya-upaya modernisasi dan sekularisasi yang terjadi pada Turki di abad 21, misalnya yang dipelopori oleh Mustafa Kemal Ataturk, memiliki alasan yang cukup panjang.

Berita Rekomendasi

Mustafa Kemal mengutamakan pendidikan, mewajibkannya, dan menggratiskannya, karena sejarah menunjukkan bahwa awal keruntuhan Turki Usmani adalah lemahnya pendidikan Islam, sehingga tidak mampu bersaing dengan pendidikan kaum Kristen.

Kekalahan di bidang pendidikan ini menjadi alasan kelemahan di berbagai aspek, terutama ekonomi dan politik. Karenanya, modernisasi, sekularisasi, dan unifikasi yang digagas oleh intelektual Turki abad 20 hingga 21 adalah untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para Sultan di era Turki Usmani.

Kesultanan dirasa perlu untuk segera dibubarkan, karena tidak lagi mampu bersaing dengan dunia yang terus maju secara pesat. Inilah yang dirasa oleh generasi baru Turki, yang merasa penting membubarkan kekaisaran mereka yang pernah jaya di masa silam. Tampaknya, perubahan memang harus terjadi demi perbaikan di masa depan.[]

*Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas