Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Lalu Muhammad Iqbal, Diplomasi Memasak dan Berkebun
pada acara Malam Apresiasi Anugerah ASN 2018, pada 11 Desember, Dr. Lalu Muhammad Iqbal dianugerahi penghargaan Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama (PPT)
Editor: Husein Sanusi
Lalu Muhammad Iqbal, Diplomasi Memasak dan Berkebun
Catatan Perjalanan KH. Imam Jazuli, Lc. MA.*
TRIBUNNEWS.COM - Waktu terus beranjak semakin sore. Langit Turki yang cerah berganti warna. Mega berarak. Angin bertiup. Tetapi, kami enggan berpindah tempat.
Ruang Makan di Wisma Duta Besar Turki itu tampak seperti majelis ta’lim. Pancaran cahaya ilmu berhamburan dari pusatnya, Pak Dubes Lalu Muhammad Iqbal.
Lebih tepatnya kita sebut berbagi pengalaman. Saat itu penulis sempat mengajukan satu pertanyaan yang membuat penulis penasaran; Bapak, apa resep hidup bapak, sampai berprestasi seperti sekarang ini? Apa intisari pengalaman hidup selama ini?
Sebelumnya, perlu diketahui, Dr. Lalu Muhammad Iqbal, M.Hub.Int., memiliki segudang prestasi; tahun 2001-2005, bertugas sebagai Sekretaris Ketiga Kasubid Pensosbud/Konsuler di KBRI Bucharest, Rumania.
Tahun 2006-2008, menjabat sebagai Kepala Seksi Kejahatan Terorganisir Lintas Negara pada Direktorat Keamanan Internasional dan Pelucutan Senjata, Direktorat Jenderal Kerja Sama Multilateral, Kementerian Luar Negeri RI.
Tahun 2008-2012, Lalu Muhammad Iqbal ditugaskan di KBRI/PTRI Wina di Austria sebagai Counsellor pada fungsi politik. Tahun 2012-2014, menjabat sebagai Kepala Subdit di Direktorat Perlindungan WNI dan BHI. Pada tahun 2016 ia secara resmi diangkat sebagai direktur pada Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia.
Baca juga: Tentang BJ Habibi, Erbakan dan sebuah Diplomasi Persahabatan yang Ideal bagi Dubes Turki
Terakhir, pada acara Malam Apresiasi Anugerah ASN 2018, pada 11 Desember, Dr. Lalu Muhammad Iqbal dianugerahi penghargaan Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama (PPT) Teladan. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Jawaban yang mengejutkan dan tak disangka-sangka meluncur dari penjelasannya. “Mas Kiai, saya punya dua hobi; memasak dan berkebun. Memasak bagi saya adalah kesempatan untuk melayani orang lain. Berkebun bagi saya adalah peluang untuk menikmati hidup sendirian, tanpa keramaian.”
“Hal ini, Mas Kiai, bagi saya” lanjut keterangan Muhammad Iqbal, “sangatlah penting. Coba perhatikan, semua chef atau koki akan bahagia bila masakannya dinikmati oleh semua orang. Ada kepuasan tersendiri melihat karyanya membuat orang lain puas, kenyang, bahagia. Begitu pula dalam pekerjaan saya menjadi diplomat.”
Prinsip Pak Dubes sejatinya adalah inti jiwa negarawan sejati. Seorang pemimpin adalah pelayan bagi rakyatnya. Kebahagiaan rakyat adalah kebahagiaan pemimpin. Bukan sebaliknya. Dan demi kebahagiaan orang lain, Pak Dubes rela mengorbankan tenaga, pikiran, dan waktunya untuk rakyat dan bangsa Indonesia.
Sebut saja pengalamannya menolong warga Indonesia di luar negeri sejak 2015 sampai 2018. Pak Dubes berhasil mengevakuasi WNI dari Nepal, Yaman, Suriah, Filiphina, Arab Saudi, dan Malaysia. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) walaupun harus berjuang di negeri orang, mereka juga warga Indonesia yang harus dilindungi. Ini tugas negara.
Namun, bagi Pak Dubes, menyelamatkan warga Indonesia bukan saja tugas yang dia dapat dari pekerjaannya sebagai diplomat.