Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Cak Imin, Arti Kursi Kepresidenan, dan Pelanjut Sejati Spirit Gus Dur

kader NU yang paling mewakili spirit politik Gus Dur maupun Kiai Ma'ruf Amin adalah Muhaimin Iskandar (Cak Imin)

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Cak Imin, Arti Kursi Kepresidenan, dan Pelanjut Sejati Spirit Gus Dur
Istimewa
KH. Imam Jazuli, Lc. MA, alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015. 

Cak Imin, Arti Kursi Kepresidenan, dan Pelanjut Sejati Spirit Gus Dur

*Oleh: KH. Imam Jazuli, Lc. MA.

TRIBUNNEWS.COM - Tahun depan sudah Pemilu lagi. Semua parpol dan politisi bersiap-siap, menyambut pesta demokrasi. Acara rutin lima tahunan ini sangat bergairah, karena masing-masing negarawan unjuk kebolehan menarik perhatian rakyat.

Namun begitu, ada juga pihak-pihak yang menarik diri dari gelanggang politik. Terlebih mereka yang sadar diri tidak memiliki kecenderungan, minat, dan bakat. Mereka memilih mengisolasi diri apapun yang berbau politik, khususnya menyangkut Pemilu.

Contoh kasus yang mewakili penarikan diri ini adalah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada era kepemimpinan KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). Berbeda dari era-era kepemimpinan sebelumnya, Gus Dur atau Kiai Said.

Gus Dur tidak saja menginisiasi pembentukan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), tetapi juga berhasil menjadi Presiden RI yang ke-4. Di era Kiai Said, PBNU dan PKB berhasil mengantarkan Kiai Ma'ruf Amin jadi Wakil Presiden RI (2019-2024).

Hari ini, kader NU yang paling mewakili spirit politik Gus Dur maupun Kiai Ma'ruf Amin adalah Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Melihat Gus Dur yang pernah memimpin PKB, Cak Imin juga sedang memimpin PKB.

Berita Rekomendasi

Melihat Kiai Ma'ruf Amin yang berada di lembaga eksekutif, Cak Imin ada di lembaga legislatif. Cak Imin tidak saja memiliki kualitas dan kapasitas seperti para pendiri PKB dan PBNU, tetapi di mata publik Cak Imin adalah figur Nahdliyyin yang paling pantas maju sebagai calon presiden pada Pemilu 2024 nanti.

Sebut saja satu contoh, berdasarkan hasil poling tahun 2022, Cak Imin unggul jauh di atas tokoh-tokoh Nahdliyyin lainnya. Poling itu dilakukan oleh Mohammad Syafi'i Alieha (Savic Ali) dengan mengajukan nama-nama berikut: Yaqut Cholil Qoumas (Menteri Agama), Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jatim), Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny Wahid) dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin).

Dalam poling tersebut, Cak Imin mendapatkan dukungan 42 persen suara Nahdliyyin. Cak Imin dianggap idola warga NU untuk maju sebagai Capres ataupun Cawapres. Dengan begitu, publik menilai Cak Imin jauh lebih favorit dibanding Yenny Wahid yang merupakan darah daging Gus Dur; atau dibanding Gus Yaqut sebagai menteri agama sekaligus saudara Ketum PBNU Gus Yahya.

Sebagai warga NU kita harus bisa membaca bahwa figur Cak Imin adalah figur orang NU terbaik, satu-satunya orang NU yang berani berjuang merebut kursi kepresidenan. Selebihnya, tidak ada lagi warga NU yang memiliki mental baja seperti Cak Imin.

Selain itu, Cak Imin jauh lebih berpengalaman dibanding tokoh Nahdliyyin lainnya. Cak Imin menjabat sebagai Ketum PKB sejak 2002 sampai Muktamar Bali 1 September 2014. Cak Imin pun terpilih secara aklamasi sebagai Ketum PKB untuk Periode 2019-2024. Sebagai politisi, Cak Imin mampu mempertahankan posisinya sampai hari ini.

Lebih dari itu, ketika penulis bertemu dengan Cak Imin beberapa kali, beliau tanpa ragu menyatakan kesanggupannya menerima amanat untuk maju Capres maupun Cawapres. Sebuah sikap yang tegas dan sangat sulit ditemukan pada tokoh nahdliyin lainnya.

Jika dibandingkan dengan para politisi lainnya, Cak Imin hanya setara dengan Megawati Soekarno Putri. Sebab, Megawati memimpin PDIP sejak partai itu berdiri, 1999, di Lenteng Agung, Jakarta. Bahkan, Cak Imin satu strip di atas Prabowo Subianto, yang memimpin Gerindra sejak 2008. Bahkan, SBY hanya sebentar memimpin Demokrat (2013-2020).

Dengan jumlah warga anggota NU yang besar, dan tidak ada yang berani maju jadi Capres ataupun Cawapres, ini menandakan mental inlander dan jumlah besar seperti buih di lautan. Jika ini terus dibiarkan, pemimpin negara selamanya bukan kader Nahdliyyin. Wallahu a'lam bis shawab.

*Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas