Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Cerita Mata Air dan Air Mata Pohon di Jumat Berkah
Doni Monardo selaku Ketua Umum PPAD menyerahkan (secara simbolis) bantuan bibit pohon untuk ditanam di lokasi IKN.
Editor: Hasanudin Aco
Obrolan pun meluncur seputar pohon dan penghijauan. Hingga satu titik, Suharso menyampaikan tugas yang ia emban dari Presiden Joko Widodo untuk (setidaknya) menghijaukan 40 kota yang ada di Indonesia. “Jika berhasil, akan dilanjutkan ke kota-kota yang lain,” kata Suharso.
Kini ia telah memulai dengan 20 kota. Ibukota Jakarta dinilai yang paling parah kondisinya. “Jakarta hanya hijau dan getol penghijauan di era gubernur Ali Sadikin. Setelah itu nggak karuan. Sekarang hampir semua beton,” kata Suharso.
Ia juga menyebut kota Medan sebagai kota yang patut mendapat sentuhan khusus di bidang penghijauan. “Kita kadang iri melihat Singapura. Bisa membuat kota itu begitu hijau. Baru keluar dari bandara saja kita sangat terkesan dengan kanopi pohon trembesi yang sangat indah,” ujar pria berdarah Gorontalo kelahiran Mataram itu.
Sementara itu, Doni menunjukkan foto-foto trembesi yang ada di markas Brigif Kariango Maros Sulawesi Selatan. Suharso spontan tertarik.
Bukan hanya itu saja. Ia langsung meminta bantuan Doni Monardo untuk memfasilitasi agar program penghijauan 40 kota yang merupakan tugas dari Presiden itu bisa dikerjasamakan dengan Kodam, Korem atau institusi militer yang ada di kota tersebut.
“Untuk penghijauan, saya siap bantu, pak menteri,” jawab Doni sambil tersenyum.
Suharso berkisah, saat di Bali, Presiden Joko Widodo juga memberinya tugas untuk memperhatikan hutan mangrove yang kritis. “Di Bali ada tugas besar untuk mengembalikan hutan mangrove. Juga di Gili Trawangan, NTB. Di sana, abrasi sangat parah. Tiap tahun, daratan yang tergerus laut mencapai empat meter. Lama-lama bisa hilang pulau itu,” kata Suharso.
Dialog seputar pohon dan penghijauan terus bergulir. Betapa pohon sangat penting. Sebab, kata Doni, pohon adalah sumber mata air. “Jika kita tidak merawat pohon, bukan mata air yang muncul, tapi air mata,” kata Doni, disusul tawa hadirin.
Di ujung acara kunjungan, Doni Monardo menyerahkan tiga buah buku kepada Menteri Suharso. Ketiga buku itu masing-masing.
“Secangkir Kopi di Bawah Pohon: Kiprah Doni Monardo Menjaga Alam”, “Titik Nol Corona: Doni Monardo di Pusaran Wabah”, dan “Satu Komando Doni Monardo: Jurus-jurus Penanganan Bencana Satu Sistem Satu Manajemen”.
Tiga buku tentang kiprah Doni Monardo mulai aktivitasnya menjaga alam, hingga posisinya sebagai Kepala BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
Di era kepemimpinannyalah (2019-2021), pandemi Covid-19 mendera negeri, dan ia didapuk menjadi Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19, yang kemudian berganti nama menjadi Ketua Satuan Tugas.
Ketiga buku itu ditulis Egy Massadiah, Tenaga Ahli BNPB di era Doni Monardo, dan saat ini Anggota Bidang Komunikasi PP PPAD.
(*/Egy Massadiah dan Roso Daras)