Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Siapa Bisa Cegah Eksodus dari Jalur Gaza?
Militer Israel memerintahkan penduduk Palestina meninggalkan wilayah utara Gaza dan mengosongkan Gaza City, berpindah ke Gaza bagian selatan.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Sementara Israel telah memutus pasokan listrik, air, obat-obatan dan bahan pokok pangan ke Gaza. Bantuan kemanusiaan dari luar, terutama dari Mesir juga tertahan di Rafah.
Sulit terbayangkan dalam hari-hari atau pekan mendatang akan ada banjir penduduk di wilayah selatan Gaza yang juga sudah sangat padat.
Kelompok Hamas sebaliknya meminta penduduk Gaza mengabaikan ultimatum Israel, dan menyuruh mereka tetap bertahan di tempat masing-masing.
Seruan Hamas ini bisa sangat berbahaya bagi warga, mengingat militer Israel sudah terbukti tak pernah peduli dampak serangan mereka terhadap warga sipil.
Hamas bukanlah satu-satunya entitas di Palestina dan Jalur Gaza. Tidak semua penduduk sipil Gaza adalah anggota Hamas.
Dalam situasi yang amat sangat sulit seperti ini, penduduk Gaza nonkombatan tidak ada pilihan lain kecuali menyingkir.
Lain bagi petempur Hamas yang bisa dimasukkan ke kelompok kombatan, yang akan dianggap sah sebagai peserta perang dalam hukum konflik bersenjata internasional.
Mereka mungkin akan bertahan, melawan untuk setiap peperangan baru yang diciptakan militer zionis Israel ke Gaza.
Bagaimana dengan Mesir? Apakah negara ini akan membuka koridor eksodus yang aman dari Gaza menuju wilayah Sinai Mesir?
Ini memang satu-satunya jalan paling memungkinkan guna menyelematkan ratusan ribu hingga jutaan penduduk Palestina di Gaza.
Tapi solusi ini tidak mudah. Mesir pasti akan menghitung dampak atau ekses pemindahan penduduk Gaza, yang banyak di antaranya anggota dan simpatisan Hamas.
Menciptakan kantong baru permukiman Palestina di Sinai Mesir, sama saja menciptakan masalah baru yang dalam jangka panjang bisa sangat rumit.
Mesir terikat perjanjian damai dengan Israel. Mesir juga sedang memulihkan diri dari konflik politik berdarah sepeninggal Hosni Mubarak.
Mesir juga masih menyimpan konflik dengan kelompok radikal bersenjata afiliasi ISIS di Semenanjung Sinai.