Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Amerika Serikat dalam Pusaran Konflik Tak Berkesudahan di Dunia
AS kini ibarat manusia yang sedang tenggelam di lautan. Tangannya seperti menggapai apa saja menciptakan kekacauan di dunia.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Aksi massa yang nyaris rusuh tiba-0tiba terjadi di Bandara Internasional Makhachkala, Republik Dagestan Rusia.
Ratusan pria mendobrak gerbang bandara, menerobos ke landasan parkir pesawat dan berusaha merundung sejumlah penumpang di dalamnya.
Kerusuhan itu dipantik isu pesawat yang mendarat di bandara itu membawa para pengungsi Yahudi dari Israel yang sedang dilanda peperangan.
Aksi yang bernuansa antisemitik itu bisa diredam aparat keamanan Dagestan yang tiba secara cepat ke lokasi kejadian.
Kerusuhan mendadak itu melahirkan pernyataan penting Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia menyatakan, pemantik isu adalah saluran Telegram yang dikelola intelijen Ukraina dan didukung barat.
Memanfaatkan sentimen Palestina, kemarahan dipantik ke massa Dagestan, yang mayoritas beragama Islam dan bersimpati pada perjuangan rakyat Palestina.
Putin lalu merujuk upaya barat yang dipimpin AS, untuk menciptakan ketidakstabilan, di manapun mereka menginginkan superioritas.
Di Ukraina, AS dan barat menyokong penuh apa yang oleh Putin disebut rezim neo-Nazi, yang mempersekusi warga berbahasa Rusia selama bertahun-tahun.
Eksistensi kelompok-kelompok bersenjata neo-Nazi itu terlihat sangat nyata di tengah konflik Ukraina. Kelompok utama dimotori Batalyon Azov, yang terintegrasi di Kemendagri Ukraina.
Baca juga: Memori Tragedi Sabra Shatila dan Genosida di Jalur Gaza
Baca juga: Siapa Membom Rumah Sakit Al Ahli di Jalur Gaza?
Baca juga: Siapa Bisa Cegah Eksodus dari Jalur Gaza?
Amerika Serikat dalam satu dua dekade terakhir benar-benar tampak seperti orang yang tenggelam di lautan. Mereka putus asa, terombang-ambing, dan menciptakan kekacauan di seluruh dunia.
Kembalinya Rusia dan China sebagai kekuatan global yang membangun dunia multipolar, membuat AS panik dan ngawur, berusaha meraih apa saja seperti orang tenggelam di air.
Rusia dan Tiongkok juga muncul sebagai pilihan pembawa perdamaian dalam konflik-konflik global, termasuk di Timur Tengah.
Di Timur Tengah, AS berkembang dalam kekacauan yang terus-menerus dengan mendukung tanpa syarat perang Israel di Palestina.
Washington praktis tidak menunjukkan dirinya menginginkan perdamaian abadi di Tanah Suci.