Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mossad, Kurdistan, Minyak Ilegal, dan Pijakan Goyah di Timur Tengah
Mossad atau Ha-Mossad le-Modiin ule-Tafkidim Meyuhadim adalah dinas rahasia Israel yang diakui hebat lewat berbagai operasi kotor di luar negeri.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Sebelas peluru kendali (rudal) balistik Fateh-110 Iran menghantam sasaran di Irak pada 15 Januari 2024.
Ledakan dahsyat mengguncang Erbil (Arbil), ibu kota Kurdistan Irak. Sebuah rumah besar kediaman taipan Kurdi, Peshraw Dizayee (61), hancur.
Pemiliknya berikut sejumlah anggota keluarganya dan rekan bisnisnya terbunuh seketika. Korps Garda Republik Iran (IRGC) mengklaim telah menghancurkan markas jaringan Mossad di Erbil.
Serangan ini merupakan respons terhadap pembunuhan para pemimpin IRGC dan poros perlawanan Iran terhadap Israel.
“Kami menjamin bangsa kami operasi ofensif Garda Revolusi akan terus berlanjut sampai titik darah terakhir para martir terbalaskan,” kata IRGC lewat sebuah pernyataan tertulis saat itu.
Serangan militer jarak jauh Iran ini dipantik pembunuhan baru-baru ini terhadap beberapa anggota IRGC di Suriah.
Pelakunya Israel, yang secara berkala membom sasaran-sasaran terkait Iran di Suriah maupun Irak. Peran Mossad sebagai ujung tombak intelijen di lapangan sangat besar.
Baca juga: Rudal Iran Bikin Markas Mossad Israel di Erbil Rata Tanah, Irak Sewot, AS: Serangan Ceroboh!
Baca juga: Penampakan Markas Mossad di Erbil Irak Jadi Puing, Dihajar 24 Rudal Balistik Iran
Mossad atau Ha-Mossad le-Modiin ule-Tafkidim Meyuhadim adalah dinas rahasia Israel yang diakui kehebatannya lewat berbagai operasi kotor di luar negeri.
Mossad adalah salah satu entitas utama dalam komunitas intelijen Israel, bersama Aman dan Shin Bet.
Mossad bertanggung jawab atas pengumpulan intelijen serta operasi rahasia berkualifikasi sangat tinggi di luar Israel.
Pelacakan dan pembunuhan target Israel di berbagai negara adalah ketrampilan tinggi Mossad, selain kekejamannya yang mengerikan.
Sejak lama Mossad menyusup ke berbagai negara di Timur Tengah maupun Afrika Utara untuk tujuan mengamankan kepentingan Israel.
Satu di antara paling fenomenal adalah kisah hebat Eli Cohen, agen rahasia Mossad di Suriah yang nyaris jadi pejabat tinggi pertahanan negara itu.
Ia berhasil menyusup ke elite Suriah, dan memberi andil besar kemenangan Israel dalam peperangan melawan Suriah di dataran tinggi Golan.
Di Mesir, Mossad menyusupkan Wolfgang Lotz, pria Jerman berdarah Yahudi, yang punya peran besar saat Israel memenangkan perang melawan Mesir.
Kisah terbaru aksi agen intelijen Mossad tercium di berbagai operasi pembunuhan lintas negara, seperti eksekusi sejumlah pakar fisika Iran di Teheran.
Lalu percobaan pembunuhan Khaled Meshaal, pemimpin politik Hamas Palestina. Operasi di Amman, Yordania ini gagal total.
Dua agen Mossad yang mengaku warga Kanada tertangkap. Peristiwa ini memantik ketegangan antara Israel dan Yordania yang bertetangga.
Aksi terbaru lain yang mengguncang tentu saja pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani di Bandara Internasional Baghdad Irak awal 2022.
Agen lapangan Mossad berperan dalam pelacakan dan penguntitan Qassem sejak dari Beirut, Damaskus, hingga memastikan target telah mendarat di Baghdad.
Lalu CIA dan Pentagon mengeksekusinya lewat serangan drone tempur yang melepaskan rudal Ninja ke mobil yang ditumpangi Qassem dan rekannya Abu Mahdi Al Muhandis.
Nah, lalu apa pentingnya Erbil dan jaringan Kurdistan Irak bagi Mossad dan Israel?
Etnis Kurdi adalah kelompok masyarakat yang populasinya sangat besar, tersebar di berbagai wilayah dari Iran, Irak, Suriah, hingga Turki.
Mereka memiliki kesamaan kultur, perasaan, dan sejarah bangsa yang terceraiberai. Memiliki populasi sangat besar tapi tidak punya wilayah atau negara sendiri.
Bagi Irak sejak era Saddam Hussein, etnis Kurdi dianggap duri dalam daging. Begitu pula bagi Turki, yang menganggap etnis Kurdi adalah separatis.
Di Iran, kelompok ini tidak terlampau dimusuhi, namun berlepas diri dari kepentingan Republik Islam Iran sehingga mudah diinfiltrasi asing.
D Suriah, kelompok Kurdi yang eksis di wilayah utara, tidak memusuhi Damaskus, tapi jadi sekutu utama AS dan pasukan koalisi.
Masyarakat Kurdi yang mayoritas Islam tergolong moderat, dan sangat terbuka terhadap budaya barat.
Karakter dan konteks kedudukan mereka di geografi Timur Tengah inilah yang membuat kelompok ini disukai Israel dan pendukung utamanya, AS.
Lebih jauh lagi, bagi Israel, Kurdistan memiliki posisi signifikan terkait ketahanan dan kelangsungan pasokan migas ke negara itu.
Di Suriah utara misalnya, kelompok Kurdi mengontrol hampir semua sumur minyak besar, menyedot dan mengalirkannya secara ilegal ke Irak dan Israel di bawah perlindungan militer AS.
Di Erbil juga sama. Kelompok elite Kurdi membangun aliansi rahasia dengan Israel, mengalirkan minyak dari sumur-sumur besar di Kirkuk, ke Israel.
Peshraw Dizayee adalah satu di antara tokoh Kurdi di Erbil yang sangat dekat dengan klan Barzani yang berkuasa di Irak-Kurdistan dan Partai Demokrat Kurdistan (KDP).
Orang ini diperkirakan memiliki kekayaan sebesar $ 2,5 miliar dari pendirian Falcon Group, yang bergerak di berbagai sektor termasuk keamanan, minyak, gas, dan minyak. konstruksi, dan pertanian.
Peran pentingnya memfasilitasi ekspor minyak dari Kurdistan ke Israel menarik perhatian pada hubungannya yang rumit namun ilegal dengan Tel Aviv, selain dengan aparat keamanan dan intelijen Kurdi.
Meskipun undang-undang Irak secara eksplisit melarang segala bentuk transaksi dengan Israel, laporan dan para ahli menunjukkan 70 persen impor minyak Israel berasal dari wilayah Kurdistan Irak.
Harganya 50 persen lebih rendah dari harga pasar. Pemerintah Irak mengekspor sekitar 3,6 juta barel minyak per hari ke berbagai negara.
Ini termasuk 390.000 barel dari ladang minyak di wilayah Kurdistan, melalui pipa utara sepanjang 970 km yang membentang dari Kirkuk ke pelabuhan Ceyhan di Turki, sebelum menuju ke Israel.
Pada 2014, ketika ISIS menguasai Mosul dan sebagian besar wilayah Irak, Otoritas Kurdistan mengekspor minyak mentah langsung ke Turki dan menjualnya di pasar internasional tanpa lewat Bagdad.
Anggota parlemen Irak, Uday Awad, mengatakan kepada The Cradle, penjualan minyak langsung ini ilegal dan penuh rahasia:
“Selama bertahun-tahun, wilayah Kurdistan berusaha menyembunyikan penjualan minyak ke Tel Aviv, namun semua pengiriman ke pelabuhan Israel didokumentasikan SOMO yang melacak setiap barel yang dijual ke Israel,” katanya.
Pada 17 Februari 2022, Mahkamah Agung Federal Irak memutuskan persetujuan pemerintah Kurdistan terhadap undang-undang minyak dan gas di wilayah tersebut tidak konstitusional.
Pada 2015, di hadapan Pengadilan Banding AS dalam gugatan yang diajukan Irak, Otoritas Daerah Kurdistan mengakui pengiriman minyak ke pelabuhan Israel.
Perusahaan konglomerasi Falcon Group milik Dizayee, dicermati berbagai pihak sebagai titik fokus hubungan Irak-Israel.
Media Iran menuduh adanya jaringan koneksi, termasuk EIA, sebuah perusahaan yang konon berafiliasi dengan Biro Sensus AS, yang berada di bawah Departemen Perdagangan AS.
Falcon Security Company, anak perusahaan Falcon Group, diyakini mempekerjakan sekitar 600 orang, terutama mantan personel militer Angkatan Darat AS.
Spekulasinya, perusahaan ini mempunyai hubungan langsung dengan Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA), yang berfungsi sebagai saluran pengumpulan informasi berharga mengenai urusan dalam negeri Irak.
Sumber-sumber Iran mengklaim Dizayee adalah kolaborator Mossad di Erbil, mengatur operasi rahasia dan memberikan dukungan logistik melalui kerajaan bisnisnya yang luas.
Sumber-sumber swasta Irak menguatkan narasi ini. Mereka mengatakan jaringan Israel yang rumit telah tertanam di Kurdistan.
Mossad pun diduga melatih kelompok-kelompok yang bermusuhan dengan Iran dan poros perlawanan di Irak maupun Suriah.
Fokus kelompok-kelompok ini dilaporkan mencakup operasi keamanan, termasuk pembunuhan yang ditargetkan terhadap para ilmuwan yang terlibat dalam program nuklir Iran.
Selama beberapa dekade terakhir, Mossad Israel terus-menerus berupaya membangun sel mata-mata di negara-negara Arab, baik yang bermusuhan maupun bersahabat.
Ketika pasukan AS dan sekutunya menginvasi Irak pada 2003, Mossad mendapat angin segar beroperasi di negara ini.
Pendudukan AS membuka babak baru bagi kegiatan spionase dan sabotase Israel, yang menargetkan wilayah utara Irak sebagai pijakan untuk menciptakan posisi strategis melawan Iran.
Mereka lebih leluasa mengumpulkan informasi situs militer, instalasi keamanan, dan potensi ancaman yang ditimbulkan negara-negara yang menentang kepentingan Tel Aviv.
Spionase ekonomi menjadi aspek kuncinya. Mossad mencari data mengenai proyek investasi, pariwisata, pertanian, bursa saham, dan pengusaha berpengaruh di negara-negara yang menjadi sasaran.
Ruang lingkupnya semakin diperluas dengan keterlibatan Mossad yang terkenal dalam kegiatan subversif, yang mempengaruhi nilai-nilai dan norma-norma masyarakat.
Tuduhan berkisar dari proliferasi narkoba hingga sponsor jaringan prostitusi internasional dan keterlibatan dalam perdagangan budak.
Dilengkapi teknologi mutakhir, Mossad berikut semua jaringannya berupaya tidak hanya untuk mengidentifikasi keberadaan para pemimpin perlawanan tetapi juga untuk memanipulasi sentimen publik dalam mencapai tujuan geopolitik yang lebih luas.
Badan intelijen Irak secara historis telah menggagalkan banyak aktivitas penetrasi Israel, khususnya dalam pembentukan sel mata-mata di pusat dan selatan negara itu.
Salah satu contohnya adalah sel yang didirikan Ezra Naji Zalka, seorang Yahudi Irak yang mampu merekrut banyak mata-mata untuk bekerja di Israel.
Menurut data pemerintah Irak, pernah ada 35 mata-mata di jaringan Zalkha, termasuk 13 orang Yahudi yang diidentifikasi dan ditangkap oleh intelijen Irak.
Tugas utama Zalkha di awal masa jabatannya di Mossad adalah mengumpulkan informasi tentang orang Yahudi miskin di lingkungan populer, kondisi kehidupan, jumlah, pendidikan, dan sikap mereka terhadap masalah imigrasi.
Selnya kemudian memperluas pekerjaannya hingga mencakup dimensi militer dan keamanan dan mulai mengumpulkan informasi tentang institusi Irak.
Menurut memoar yang diterbitkan 2023 oleh sejarawan Israel-Inggris dan Yahudi Irak Avi Shlaim, antara 1950 dan 1951, Mossad dikaitkan dengan lima serangan bom terhadap sasaran-sasaran Yahudi dalam sebuah operasi yang dikenal sebagai Ali Baba.
Tujuannya adalah untuk menanamkan rasa takut dan permusuhan terhadap orang-orang Yahudi Irak dari masyarakat luas.
Hal ini akan menyebabkan lebih dari 120.000 orang Yahudi – yang saat itu merupakan 95 persen populasi Yahudi di Irak – diterbangkan ke Israel dalam misi yang dikenal sebagai Operasi Ezra dan Nehemia.
Oleh karena itu, taktik subversif Mossad merupakan ancaman keamanan bagi seluruh negara di Asia Barat, dengan banyaknya perjanjian normalisasi yang baru-baru ini secara efektif menjadi kuda Troya bagi Zionisme.
Tawaran di atas meja bukan untuk perdamaian; ini adalah ancaman hidup atau mati: negara-negara yang menolak normalisasi menghadapi peningkatan tindakan terorisme, sabotase, atau pembunuhan.
Sebagai upaya terakhir bagi mereka yang tidak mau melakukan normalisasi, opsinya adalah serangan udara konvensional oleh Israel yang didukung AS militer, atau AS sendiri.
Iran, kini jadi ancaman signifikan atas titik-titik pijakan operasi Mossad terutama di Erbil, Irak. Rudal balistik mereka terbukti mampu menyasar target secara presisi.
Pertarungan agen intelijen di darat tentu semakin dinamis, karena Iran juga punya jaringan kuat di Irak dan Suriah.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.