Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Reformasi Jilid 2, Mungkinkah?

Mahasiswa juga cinta rakyat, bahkan jauh lebih cinta daripada elite politik. Mereka bergerak karena melihat rakyat terzalimi dengan sikap Jokowi.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Reformasi Jilid 2, Mungkinkah?
Tribun Jabar/Putri Puspita
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Padjadjaran Bandung di pembacaan Seruan Padjajaran ‘Selamatkan Negara Hukum yang Demokratis, Beretika, dan Bermartabat’ di kampus Unpad, Bandung, Sabtu, 3 Februari 2024. 

Oleh: Karyudi Sutajah Putra

TRIBUNNEWS.COM - "Apabila usul ditolak tanpa ditimbang 
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!"

Bait pamungkas puisi "Peringatan" (1986) karya Wiji Thukul (lahir di Solo tahun 1963) ini nampaknya membakar semangat sivitas akademika kampus-kampus di seluruh Indonesia.

Mereka pun melayangkan petisi dan sejenisnya kepada Presiden Joko Widodo. Rata-rata isinya minta agar pemerintah bersikap netral dalam menghadapi Pemilu/Pilpres 2024.

Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (31/1/2024), mengeluarkan Petisi Bulaksumur. Disusul Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Indonesia (UI), dan sebagainya. Sudah puluhan perguruan tinggi di Indonesia yang melayangkan petisi dan sejenisnya.

Namun petisi-petisi itu tampaknya tidak digubris Istana.

"Silakan, kita hormati. Itu hak demokrasi," kata Jokowi.

Berita Rekomendasi

Wong Solo itu pun terus melanjutkan sepak terjangnya dalam mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Maka hanya ada satu kata: lawan!

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, sudah mulai memantik api perlawanan itu. Mereka sedang menggalang konsolidasi bersama BEM universitas-universitas lain untuk melakukan gerakan Reformasi Jilid 2!

Menurut Presiden BEM Universitas Brawijaya Rafly Rayhan Al Khajri, kontestasi politik yang sehat sudah tak mungkin terjadi lagi bila Jokowi terus menginfiltrasi proses demokrasi.

Tidak hanya itu, infiltrasi ini berpotensi membunuh demokrasi di Indonesia. Sebab itu, ia menyebut ada upaya konsolidasi antar-BEM untuk membuat sebuah gerakan. Konsolidasi akan berlangsung dalam waktu dekat.

Konsolidasi ini akan berbuah aksi turun ke jalan jika Jokowi tetap mencederai demokrasi. Gerakan aksi serentak itu akan diberi slogan 'Reformasi Jilid 2'. Mungkinkah benar-benar terjadi?

Masih segar di ingatan kita, Reformasi 1998 dimotori oleh kaum mahasiswa. Sejumlah mahasiswa jadi korban. Kerusuhan pun meletup pada 13, 14 dan 15 Mei 1998 yang menelan ribuan korban. Presiden Soeharto akhirnya lengser pada 21 Mei 1998.

Jokowi yang semula bukan siapa-siapa dan hanya seorang pedagang kayu kemudian bisa menjadi Walikota Solo, Jawa Tengah, kemudian menjadi Gubernur DKI Jakarta dan akhirnya menjadi Presiden RI sejak 2014. Semua itu buah dari gerakan reformasi yang dimotori mahasiswa: demokrasi!

Namun, kini Jokowi diengarai hendak memadamkan api demokrasi. Keberpihakanya kepada calon tertentu begitu kasat mata. Segala sumber daya negara juga coba dikerahkan.

Mahasiswa pun akan memotori kembali gerakan reformasi. Kali ini jilid 2. Apakah Jokowi akan tumbang seperti Pak Harto?

Kita tidak tahu pasti. Yang jelas, kampus adalah hati nurani masyarakat. Kalau para guru besar kampus sudah turun gunung, itu artinya hati nurani mereka sudah terkoyak. Indonesia tidak sedang baik-baik saja.

Di pihak lain, ibarat nasi sudah menjadi bubur. Jokowi sudah terlanjur tidak netral. Jokowi mendukung Prabowo Subianto, calon presiden yang berpasangan dengan calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka yang tak lain adalah anak sulungnya. Jadi, nyaris mustahil Jokowi akan belok arah menjadi netral. No way to return.

Apakah kemudian akan terjadi benturan? Kita tidak tahu pasti. Yang jelas, pemilu tinggal 10 hari lagi. Kalau terjadi benturan, pemilu bisa gagal. Seluruh bangsa ini yang jadi korban.

Jadi, hendaknya Jokowi dan mahasiswa sama-sama menahan diri. Masih ada waktu bagi Jokowi untuk menghentikan keberpihakannya kepada Prabowo-Gibran dan kemudian kembali bersikap netral. Juga berhenti mengerahkan segala sumber daya negara.

Jika itu terjadi, maka mahasiswa pun pasti akan menghentikan pergerakannya.

Mahasiswa juga cinta rakyat, bahkan jauh lebih cinta daripada elite politik. Mereka bergerak karena melihat rakyat terzalimi dengan sikap Jokowi.

Apalagi yang didukung Jokowi adalah Prabowo yang selalu dikaitkan dengan kasus penculikan mahasiswa dan aktivis demokrasi tahun 1997-1998, termasuk Wiji Thukul.

Pun, Gibran yang tak lain adalah anak kandungnya sendiri yang dikonotosikan Jokowi sedang membangun dinasti.

Alhasil, Jokowi berhentilah berpihak.

Berhentilah mengarahkan segala sumber daya negara untuk kepentingan calon tertentu.

Anda adalah seorang Presiden yang juga kepala negara yang semestinya berbuat adil dan mengayomi semua. Jangan tantang mahasiswa untuk melancarkan Reformasi Jilid 2.

Apalah artinya anak Anda menjadi wakil presiden kalau ternyata dia dan Anda tidak dicintai rakyat.

Tetaplah menjadi Jokowi yang bersahaja seperti dulu, sehingga tetap dicintai rakyat.

Ojo dumeh. Jangan mentang-mentang sedang berkuasa lalu berbuat sekehendaknya. Ojo aji mumpung. Ngono ya ngono, nanging ojo ngono. Demikianlah!

* Karyudi Sutajah Putra: Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI).

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas