Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Dua Jam Full Tucker Carlson Wawancarai Putin : AS Ledakkan Pipa Nord Stream

Vladimir Putin secara terang-terangan menyatakan AS adalah pihak yang meledakkan jalur pipa Nord Stream di dasar Laut Baltik.  

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Dua Jam Full Tucker Carlson Wawancarai Putin : AS Ledakkan Pipa Nord Stream
DW
Pipa gas Nord Stream mengalirkan gas Rusia ke Eropa melalui perairan laut Baltik di wilayah Jerman 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Dua jam penuh jurnalis dan komentator senior Tucker Carlson mewawancarai Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pada rekaman wawancara yang diputar di situs web TuckerCarlson.com dan akun X Tucker Carlson, Putin menjelaskan sejumlah hal paling signifikan terkait konflik Ukraina.

Wawancara dilakukan di pusat pemerintahan Rusia atau Kremlin di Moskow, Selasa (6/2/2024) pekan lalu. Carlson datang sebagai jurnalis pribadi tanpa sponsor pihak manapun.

Penerimaan Putin atas Carlson di Moskow ini mengguncang publik AS dan barat. Carlson menjadi jurnalis AS pertama yang diterima Putin untuk sebuah wawancara ekslusif.

Baca juga: Wawancarai Vladimir Putin, Tucker Carlson Bakal Guncang Publik Amerika

Baca juga: Tucker Carlson Ungkap CIA Terlibat Pembunuhan Presiden John F Kennedy

Baca juga: Klaim Baru Ledakan Nord Stream Propaganda Sistematis Media Barat

Dari wawancara panjang yang didahului penjelasan detil sejarah Rusia, Ukraina dan sekitarnya, sekurangnya ada empat poin penting yang dijelaskan Vladimir Putin.

Pertama, Rusia tidak pernah menyatakan AS akan menyerang Rusia. Tapi ekspansi NATO ke timur dan masuk Ukraina lah yang jadi pemantik persoalan.

Kedua, perang Rusia-Ukraina tidak dimulai pada 2022, tapi sejak 2014 ketika pasukan darat dan udara Ukraina didukung NATO menyerang warga Donbass di Ukraina timur.

Berita Rekomendasi

Poin ketiga, perang Rusia-Ukraina sebenarnya bisa diakhiri dalam beberapa pekan saja, jika Ukraina bersedia duduk di meja perundingan dan barat tidak memasok senjata ke Ukraina.

Fase itu nyaris tercapai ketika wakil Rusia dan Ukraina hadir di meja perundingan Istanbul, Turki. Tapi PM Inggris Boris Johnson datang ke Kiev, dan mencabut semua proses kesepakatan damai itu.

Hal signifikan keempat, Vladimir Putin secara terang-terangan menyatakan AS adalah pihak yang meledakkan jalur pipa Nord Stream di dasar Laut Baltik.  

Ia tidak bersedia menjelaskan detil tuduhannya, tapi hanya AS lah pihak yang mampu menjangkau titik peledakan, dan yang punya alasan paling kuat untu sabotase itu.

Proyek pipa gas Nord Stream adalah proyek raksasa yang akan melancarkan pasokan gas secara langsung dari Rusia ke Jerman lewat pipa dasar laut.

Proyek ini dikerjakan kontraktor Swiss di bawah konsorsium perusahaan gas Rusia dan Jerman. Jerman merupakan importir utama migas Rusia.

Pernyataan Putin ini sejalan dengan temuan jurnalis investigatif AS, Seymour Hersh. Artikel Hersh ini dipublikasikan di situs web Substack.com tahun lalu.

Hersh mereport fakta-fakta temuannya yang diperoleh dari sumber-sumber kredibel di kalangan militer maupun industrialis senjata di AS dan sejumlah negara lain.

Seymour Hersh diakui reputasinya sebagai jurnalis yang menguak praktik penyiksaan militer AS di penjara Abu Ghraib, Baghdad, Irak, saat AS menginvasi negara itu.

Dari tayangan yang sudah ditonton puluhan jutaan pemirsa di akun X, wawancara Tucker Carlson dan Vladimir Putin tampak berlangsung rileks.

Keduanya duduk berhadapan dipisahkan meja kecil. Latar belakangnya interior ruangan yang terlihat cukup besar dan elegan dan ada bendera Rusia.

Kursi yang diduduki keduanya berwarna putih dengan ukiran, berikut meja kecil yang senada warnanya.

Putin mengenakan jas hitam, kemeja lengan panjang putih dan dasi merah tua atau merah marun tua bergaris.

Di awal wawancara Putin sempat melepas arloji di tangan tangannya, lalu meletakkannya di meja. Carlson mengenakan jas hitam, kemeja putih dan dasi hitam bergaris kuning.

Ia memegang selembar kertas dan pulpen. Pencahayaan saat perekaman video tampak sempurna dan suara yang jelas dan jernih.

Pada saat wawancara, Putin sempat memberikan sebundel dokumen ke Tucker Carlson, tentang catatan sejarah Rusia dalam konteks Ukraina dan negara sekitarnya.

Poin tentang peledakan proyek Nord Stream, meski bukan pertama kali diungkapkan Putin, agaknya menjadi pesan paling signifikan untuk publik Amerika.

Dalam banyak literasi yang ditulis para pemerhati geopolitik, sensor dan pembatasan serta propaganda yang digalang pemerintah AS membuat publik di AS tak begitu paham konteks perang Rusia-Ukraina.

Sumber-sumber yang menjelaskan duduk perkara secara lengkap sangat jarang. Aneka publikasi, termasuk yang digencarkan media arus utama Anglo-Saxon, dipenuhi bias dan narasi permusuhan.

Campur tangan pemerintah AS dan juga penggalangan intelijen ini sangat masif, dan selama ini berhasil membelokkan persepsi masyarakat AS atas apa yang terjadi di Rusia dan Ukraina.

Platform media sosial, termasuk Meta yang membawahi Favebook, Instagram, dan WhatsApp pun terbukti melakukan sensor sistematis.

Lewat Tucker Carlson, Putin dan Kremlin tentunya, memilih sebagai jembatan untuk mengatakan duduk perkara perang Ukraina dalam perspektif Rusia.

Publikasi ini tentu saja ditentang para politisi barat, tokoh-tokoh neocon, liberalis, penghasut perang, industrialis militer, dan yang berkepentingan dengan Ukraina sebagai proksi perang mereka.

Keterlibatan AS dalam peledakan pipa Nord Stream memang paling masuk akal, dan memiliki dasar fakta serta argumentasi yang paling kuat.

Jerman bersikap diam, sekalipun mereka pihak yang paling sangat dirugikan. AS selama bertahun-tahun menolak atau menentang proyek Nord Stream ini.

Sebab, akan mengubah perimbangan ekonomi, dan kemitraan kuat Jerman-Rusia akan mengubah banyak hal di Eropa.

Oleh karena itu, di tengah peperangan Rusia-Ukraina, AS menjalankan misi rahasia guna menghancurkan secara total proyek raksasa itu.

Pada bagian ini, Tucker Carlson bertanya ke Putin, siapa yang meledakkan pipa tersebut? Putin menjawab, “Anda, tentu saja,” balas Putin menunjuk Carlson.

Tentu saja ia hanya bercanda. Menunjuk diri Tucker Carlson, Vladimir Putin ingin mengatakan AS lah yang ia maksud.

“Mungkin Anda secara pribadi punya alibi, tapi CIA tidak punya alibi,” tukas Carlson.

“Saya tidak akan menjelaskan secara rinci, namun seperti kata pepatah, dalam kasus seperti ini Anda harus mencari siapa saja yang mempunyai kepentingan (dalam sabotase),” jawab Putin.

Ia juga menambahkan siapa yang memiliki kemampuan untuk melakukan sabotase pemboman di dasar laut adalah pertanyaan kunci.

“Tidak semua orang bisa mengakses dasar laut Laut Baltik dan mampu melakukan peledakan,” tambah Putin.

Pemimpin Rusia itu menambahkan dia terkejut dengan diamnya Jerman mengenai masalah ini.

Tahun lalu, jurnalis AS pemenang penghargaan Pulitzer, Seymour Hersh menyatakan AS pihak yang meledakkan Nord Stream.

Gedung Putih pada saat itu menolak tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai fiksi belaka.

Menyusul klaim Hersh, beberapa media barat melaporkan warga Ukraina terlibat dalam ledakan tersebut. Kiev membantah memiliki hubungan dengan sabotase tersebut.

Dalam versi Seymour Hersh, peledakan dilakukan unit penyelam khusus Angkatan Laut AS, menggunakan peledak khusus dalam air.

Operasi dikoordinasi dari Gedung Putih, dijalankan Pentagon, CIA, NSA, bekerjasama secara rahasia dengan dinas intelijen Norwegia dan Swedia.

Investigasi atas aksi terorisme di perairan Swedia itu pernah dilakukan oleh Swedia maupun Norwegia. Namun berlalu tanpa kemajuan berarti.

Misi penghancuran proyek Nord Stream ini sekaligus menunjukkan kehendak superior Washington yang tidak ingin kehilangan kendalinya di Eropa.

Mereka menemukan momentum tepat untuk melenyapkan proyek Nord Stream, ketika Rusia sedang dikeroyok negara-negara Uni Eropa dan NATO.

Sementara poin tentang kegagalan perundingan damai Rusia-Ukrania dan intervensi Inggris dan tentu saja AS, adalah pengulangan pernyataan dan fakta-fakta yang sudah jelas sebelumnya.

Putin hanya menegaskan, konflik Rusia-Ukraina hanya bisa berakhir jika kedua negara berunding tanpa intervensi pihak manapun.

Tetapi gagalnya perundingan Istanbul beberapa bulan setelah perang dimulai, menunjukkan NATO, Uni Eropa dan AS serta Inggris memang menghendaki destabilisasi Rusia.

Ukraina menjadi proksi mereka untuk meruntuhkan kemajuan Rusia yang signifikan setelah ambruknya Uni Soviet.

Ukraina menjadi bantalan bagi NATO dan Uni Eropa, yang tidak punya alasan kuat untuk berperang secara langsung dengan Rusia.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov sebelum hasil wawancara disiarkan menjelaskan Putin memilih Carlson karena ia tidak menujukkan pribadi yang pro-Rusia atau pro-Ukraina, tapi pro-Amerika.

Di sejumlah versi pemberitaan, beberapa tokoh AS dan juga Uni Eropa mengecam Tucker Carlson, karena menemui Putin dan menyiarkan wawancaranya.

Muncul spekulasi bahaya kini mengintai Tucker Carlson, seperti yang dialami pendiri Wikileaks, Julian Assange.

Atas spekulasi ini, Dmitry Peskov menegaskan, Tucker Carlson tidak memerlukan proteksi Rusia setelah mewawancarai Putin.

Meski ada banyak suara mengecam, tapi banyak pula suara pihak yang mendukungnya di Amerika dan dunia.

Peskov mengakui, wawancara Carlson dengan Putin telah menimbulkan heboh ekstra tidak hanya di Amerika, tetapi juga di Rusia.

Peskov menambahkan ketertarikan ini terkadang tidak masuk akal. Namun, dia mengakui pentingnya wawancara tersebut, dan memperkirakan wawancara tersebut akan “dibaca dan didiskusikan selama beberapa hari.”

Setiap wawancara dengan Putin adalah peristiwa yang sangat penting, terutama oleh pihak asing.

 “Penting bagi kami agar sebanyak mungkin orang di dunia memahami pola pikir dan sudut pandang pemimpin negara Rusia,” kata Peskov.

Hegemoni dan superioritas AS di dunia bagaimanapun perlahan berakhir. Sejak runtuhnya Soviet, AS tampil sebagai satu-satunya kekuatan utama yang mengendalikan dunia.

Tapi kebangkitan Rusia, secara ekonomi maupun militer, lalu pengaruhnya ke kawasan lain di luar Eropa, menjadi ancaman sistem unipolar yang dikontrol AS dan sekutunya.

Kemajuan luar biasa China di bidang ekonomi dan industri militer, menambah titik baru kekuatan yang mempengaruhi ekosistem global.

Dunia berkembang multipolar, dan perlahan negara-negara juga ingin membangun dan menikmati kemajuan pembangunan secara setara tanpa dikuasai pihak lain.

Gejala inilah yang dirisaukan Washington, yang merasa nikmat dunia ada di genggaman mereka selama beberapa dekade.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas