Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Apa Arti Rontoknya Tank Tempur M1 Abrams Kiriman AS di Ukraina?
Jatuhnya Avdeevka adalah kekalahan strategis Ukraina, yang selama bertahun-tahun menggunakan kota itu sebagai pijakan menggempur wilayah Donetsk.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Tank tempur utama M1 Abrams kiriman AS akhirnya terpantau rontok, dilumat drone FPV serta rudal antitank di medan perang Ukraina.
Rekaman foto dan video hancurnya tank berat buatan AS itu untuk pertama kalinya muncul, dan disebutkan terjadi di dekat Desa Berdychi, barat laut kota Avdeevka, yang dikuasai Rusia.
Pentagon mengirimkan 31 unit tank M1 Abrams untuk mendukung militer Ukraina hampir setahun lalu sebagia bagian paket bantuan senjata untuk Ukraina.
Namun sejak diturunkan di pelabuhan Jerman hingga pengiriman ke Ukraina, tank-tank itu tidak muncul di garis depan pertempuran.
Banyak elite Eropa mengklaim kehadiran tank-tank tempur utama M1 Abrams akan mengubah jalannya peperangan.
Tetapi ketidakmunculannya di garis depan menimbulkan spekulasi keraguan besar di pihak Ukraina dan penyokongnya, terkait dampak jika senjata berat itu ditemukan dan dihancurkan lawan.
Baca juga: Ini Dia Taktik dan Persenjataan Rusia yang Bisa Bikin Tank Abrams AS Milik Ukraina Jadi Besi Rongsok
Baca juga: Rusia: Tank Abrams AS di Ukraina Bukan Obat Mujarab, Lapis Baja Ini Juga Bakal Hangus
Yan Gagin, penasihat penjabat Kepala Republik Rakyat Donetsk (DPR), dikutip Sputniknews, mengonfirmasi laporan penghancuran tank M1 Abrams tersebut.
“Militer kami melaporkan penghancuran Abrams pertama di daerah Avdeyevka. Mungkin ini adalah kendaraan lapis baja yang diperlihatkan militer Ukraina sebelum pembebasan Avdeevka,” katanya.
Awal bulan ini, pasukan Rusia memasuki jantung Avdeevka, dan merebut kota strategis berbenteng kuat di pinggiran wilayah Donetsk.
Pasukan Ukraina mundur total dari wilayah itu, meninggalkan tak kurang 1.500 tentaranya yang tewas dalam pertempuran, dan disanya jadi tawanan perang.
Jatuhnya Avdeevka adalah kekalahan strategis Ukraina, yang selama bertahun-tahun menggunakan kota itu sebagai pijakan menggempur wilayah Donetsk.
Dikuasainya Avdeevka juga memberi jalan mulus pasukan Rusia untuk memperlebar perimeter keamanan, menjauhkan pasukan Kiev dari Ukraina bagian timur.
Kekalahan di Avdeevka juga diperkirakan meruntuhkan moril militer Ukraina, yang baru saja berganti pimpinan dari Jenderal Valery Zalushny ke Jenderal Aleksander Schirsy.
Presiden Ukraina Volodimyr Zelensky pekan lalu di Berlin menyalahkan kekalahan di Avdeevka terjadi akibat bantuan dan logistik AS yang terhambat di Kongres.
Kembali ke fakta hancurnya tank M1 Abrams di dekat Avdeevka, sekali lagi ini hanya menegaskan kesia-siaan barat menggoreng konflik Rusia-Ukraina.
Peralatan tempur kaliber berat itu menyusul kendaraan lapis baja Bradley, yang sebelumnya juga diketahui berantakan di garis depan pertempuran.
Begitu pula tank-tank tempur utama Leopard-2 kiriman Jerman, yang hancur lebur di tangan pasukan Rusia.
Bahkan, kendaraan-kendaraan perang kaliber berat buatan AS itu kesulitan menghadapi medan darat Ukraina yang berlumpur dan bersalju di musim dingin.
Departemen Pertahanan AS atau Pentagon menolak mengomentari laporan media tentang penghancuran tank ini.
“Kami merujuk Anda ke Ukraina untuk membicarakan hal ini, khususnya, dan operasi mereka secara umum,” kata juru bicara Pentagon.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan, penghancuran tank M1 Abrams sudah diperingatkan jauh-jauh hari oleh Moskow.
Setiap persenjataan barat yang dipasok ke Ukraina dari manapun asalnya, akan dihancurkan dan terbakar.
“Senjata apa pun yang dipasok ke Kiev akan terbakar, dan tank M1 Abrams buatan AS tidak terkecuali,” kata Dmitry Peskov dikutip Russia Today, Senin (26/2/2024).
“Sejak awal, tentara kami mengatakan tank-tank ini akan terbakar sama seperti tank lainnya,” lanjut Peskov sembari menjelaskan itu misi demiliterisasi Rusia terhadap Ukraina.
Rusia kini benar-benar memanfaatkan momentum kehancuran armada tank M1 Abrams untuk menunjukkan ketidakberdayaan senjata barat melawan mereka.
Bagi AS, NATO, dan para penyokong Ukraina, fakta ini jadi kampanye buruk, menunjukkan ketidakmampuan mereka membalikkan situasi.
Tank-tank M1 Abrams buatan AS, Leopard-2 dari Jerman, tank ringan AMC kiriman Prancis, gagal menahan laju pasukan tempur Rusia di Ukraina.
Ini juga memberi pesan, kekuatan berlipatganda di belakang Ukraina yang mengeroyok Rusia, juga tidak memberi dampak signifikan, kecuali kekalahan demi kekalahan.
Perang Rusia-Ukraina yang sudah berlangsung dua tahun kian hari memperlihatkan dampak negatif bagi para sponsor Ukraina.
Namun mereka masih berusaha dengan segala cara menjaga narasi perlawanan terhadap Rusia, lewat serangkaian sanksi ekonomi yang dijatuhkan Uni Eropa dan Inggris.
Jerman menjadi negara industrialis dan ekonomi terkuat di Eropa yang mulai merasakan efeknya. Resesi terjadi akibat negatifnya pertumbuhan ekonomi negara itu.
Biaya energi melesat seiring terhentinya impor langsung migas murah dari Rusia. Jerman masih mengimpor migas Rusia tapi dari pihak ketiga.
Jerman sebelumnya menikmati pertumbuhan tinggi, industri yang kokoh berkat sumber energi murah dari Rusia.
Rusia dan Jerman bahkan membangun pipa migas Nord Stream-1 yang mengalirkan gas dari Rusia. Proyek raksasa berikutnya Nord Stream-2 dibangun Rusia dan Jerman.
Tapi Nord Stream-2 ini disabot sejak lama oleh AS supaya gagal, dan akhirnya jaringan pipa laut itu diledakkan di perairan Swedia-Norwegia pada akhir 2022.
Seharusnya, pipa Nord Stream-2 akan menyalurkan gas langsung dari Rusia ke Jerman, dan diprediksi bakal memperkokoh industri negara itu.
Presiden Vladimir Putin menyatakan peledakan pipa Nord Stream-2 di perairan Swedia dilakukan AS. Versi Putin ini sejalan laporan investigatif jurnalis senior AS, Seymour Hersh.
Perkembangan politis terbaru dari perang proksi NATO versus Rusia ditandai laporan mengejutkan media terkemuka AS, New York Times.
NYT merilis fakta operasi rahasia CIA di Ukraina yang mendirikan selusin pangkalan intelijen di perbatasan Ukraina-Rusia.
Tapi NYT menyebut operasi itu dijalankan sejak 2016, sesuatu yang ditentang Moskow. Kemenlu Rusia menyatakan, operasi itu dijalankan sebelum 2014 yang berpuncak kudeta Maidan.
Juru bicara Kemenlu Rusia, Maria Zakharova menjelaskan, CIA telah membantu melatih mata-mata Kiev, ekstrimis, teroris, para preman yang bergerak di antara 2013-2014.
“Menyamar sebagai kekuatan demokrasi dan warga sipil, mereka yang ambil bagian dalam Maidan dilatih di pangkalan-pangkalan di Polandia dan negara-negara Baltik. Kami sudah membicarakan hal ini sejak lama,” kata Zakharova.
Badan intelijen negara-negara NATO berupaya membangun pangkalan dan infrastruktur lainnya di Ukraina jauh sebelum eskalasi pada tahun 2022, kata juru bicara itu, dan tidak hanya di perbatasan dengan Rusia, tetapi juga di seluruh negeri.
“Hal ini menimbulkan pertanyaan: mengapa New York Times baru sekarang mengangkat kekhawatiran mengenai hal ini? Kami telah memberikan semua informasi secara publik. Mengapa pers Amerika diam selama bertahun-tahun?” tanya Zakharova.
Menurut laporan Times, CIA mendirikan selusin pangkalan mata-mata rahasia di Ukraina dekat Rusia selama periode delapan tahun sejak 2016.
Kepala mata-mata Ukraina, Valentyn Nalyvaichenko, kala itu menghubungi Direktur CIA John Brennan dan MI6 meminta mereka membantu membangun kembali Dinas Keamanan Ukraina atau SBU.
Laporan NYT ini dikritik mantan analis CIA dan ahli kontraterorisme Kemenlu AS, Larry Johnson. Menurut Johnson, narasi itu penuh kebohongan.
NYT mengutip bahan dari sumber mereka menurut Johnson ingin menciptakan narasi disinformasi mengenai kudeta, penembakan pesawat MH17 Malaysia Airlines, dan kisah lain yang menunjukkan masalah sebenarnya dimulai sejak 2014.
AS menurut Johnson ingin menunjukkan serangan terhadap Rusia bukan kesalahan mereka, tapi kesalahan Ukraina yang bertindak sendiri.
Masih menurut Johnson, laporan NYT itu sebaliknya memberi pesan menarik yang menunjukkan sinyal Washington ingin mengakhiri proyeknya di Ukraina.
“Saya pikir ini adalah tanda akhir dari Ukraina sudah dekat. Itulah satu-satunya alasan mereka membocorkannya sekarang. Karena pihak Ukraina sendiri yang menyebarkan informasi tersebut,” kata Johnson.
“Itu tandanya tikus-tikus itu mulai meninggalkan kapal yang tenggelam. Ini adalah cara mereka untuk mengatakan ini bukan kesalahan AS. Anda tahu, kami melakukan semua yang kami bisa, ini adalah orang-orang Ukraina yang gila. Ini adalah bagian dari (narasi) yang menyalahkan Ukraina,” kata Johnson.
Perkiraan Larry Johnson ini sejalan dengan fakta-fakta kemunduran Ukraina di medan tempur. Blokade bantuan senilai 60 miliar dolar AS oleh elite Republik di AS menunjukkan sisi lain hal itu.
Namun elite Eropa berkeras hati mereka harus mencegah Rusia memenangkan perang. Tekad itu dikemukakan Presiden Prancis Emmanual Macron di Paris.
Bahkan Macron menyebut, pengerahan pasukan NATO ke Ukraina tidak dapat dikesampingkan.
“Kami akan melakukan segala yang diperlukan untuk mencegah Rusia memenangkan perang ini,” kata Macron.
Prancis menjadi tuan rumah pertemuan puncak para pendukung Ukraina pada Senin (26/2/2024), untuk menunjukkan dukungan teguh dan persatuan Eropa.
Mereka khawatir bantuan AS ke Kiev mungkin terhenti, terutama jika Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS tahun ini.
Hancurnya tank Leopard-2, ranpur lapis baja Bradley, persenjataan artileri berat kiriman AS, Prancis, Belanda, Swedia, dan negara NATO, serta terkini rontoknya tank M1 Abrams, membuat segalanya jadi suram.
Secara teknis, semakin sulit Ukraina yang jadi proksi NATO membalikkan situasi, bahkan memenangkan perangnya melawan Rusia.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)