Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Menggali Dampak Psikologis dan Kesehatan Mental dari Puasa Ramadan
Menjalani puasa Ramadan memiliki potensi besar dalam mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
Editor: Choirul Arifin
Aktivitas merenung, berdoa, atau meditasi selama puasa dapat memberikan ketenangan pikiran, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan kesejahteraan emosional seseorang.
Dengan begitu, puasa tidak hanya berkaitan dengan kesehatan jasmani, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkuat kesehatan mental dan spiritual.
Proses purifikasi fisik yang terjadi selama puasa juga memiliki dampak pada kesehatan psikologis seseorang.
Ketika tubuh membersihkan diri dari toksin dan bahan-bahan yang tidaksehat, hal ini dapat memberikan efek positif terhadap mood dan energi seseorang.
Banyak orang melaporkan perasaan lebih ceria, segar, dan bugar selama dan setelah berpuasa, yang
secara langsung juga dapat berdampak pada kesejahteraan mental mereka.
Penelitian telah menunjukkan bahwa puasa juga dapat merangsang produksi hormon-hormon tertentu dalam tubuh yang berperan dalam regulasi suasana hati.
Sebagai contoh, puasa dapat meningkatkan kadar hormon serotonin yang berperan dalam menstabilkan
suasana hati dan mengurangi rasa cemas.
Dengan demikian, puasa dapat berperan sebagai faktor yang mendukung keseimbangan kimia otak dan kesehatan mental secara keseluruhan.
Selain hormon serotonin, puasa juga dapat berkontribusi pada peningkatan produksi hormon dopamin dalam tubuh.
Dopamin dikenal sebagai hormon kebahagiaan yang memainkan peran penting dalam mengatur rasa senang, motivasi, dan kesempatan belajar.
Dengan adanya peningkatan kadar dopamin selama periode puasa, seseorang mungkin merasa lebih
termotivasi, bersemangat, dan bahagia dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Selain itu, puasa juga dapat mempengaruhi produksi hormon kortisol, yang merupakan hormon stres utama dalam tubuh.
Meskipun pada awalnya kadar kortisol mungkin meningkat sebagai respons terhadap stres sehubungan dengan perubahan pola makan.
Baca juga: Manfaat Puasa untuk Kesehatan: Bisa Turunkan Berat Badan hingga Tingkatkan Fungsi Otak
Namun pada jangka panjang puasa dapat membantu mengatur respons stres dan menjaga kadar kortisol
dalam kisaran yang sehat.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia