Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Catatan Olahraga: Mana Lebih Baik Mereka Memilih atau Mereka Melepas WNI?

Tahun 1938, ada sederet pemain pribumi yang ikut tampil di Piala Dunia ke-3 di Paris, tetapi bukan membela Merah-Putih melainkan Hindi-Belanda.

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Catatan Olahraga: Mana Lebih Baik Mereka Memilih atau Mereka Melepas WNI?
Instagram Erick Thohir
Ragnar Oratmangoen dan Ketua Umum (Ketum) PSSI, Erick Thohir (16/11/2023). 

OLEH: M Nigara

LAGI sederet nama pesepakbola Belanda, siap dinaturalisasi.

TIMNAS Merah-Putih, tiba-tiba menjadi seperti sinar yang terang (mungkin agak berlebihan), dalam perjalanannya ( selama ini begitu buram, tidak bisa disebut gelap apalagi gulita). Ya, diakui atau tidak, prestasi timnas kita belum sekalipun bisa tampil di Piala Dunia.

Tahun 1938, ada sederet pemain pribumi yang ikut tampil di Piala Dunia ke-3 di Paris, tetapi bukan membela Merah-Putih melainkan Hindi-Belanda. Atas izin tidak formal dari Ir. Soeratin, Ketua Umum PSSI saat itu, dan demi menimba pengalaman paling berharga, Achmad Nawir (dipercaya jadi kapten tim), Sutan Anwar, Suvarte Soedamardji, Isaac Pattiwael, dan Frans Alfred Meeng, tampil di Paris.

Lalu, 1979, putaran final Piada Dunia Junior, Tokyo, Bambang Nurdiansyah, David Sulaksmono, Mundari Karya, Arief Hidayat, dkk, juga tampil di pesta sepakbola itu.

Kita beruntung, Irak sang juara zona Asua, mundur karena politik. Lalu, Korut juga menolak menggantikannya karena hal serupa. Indonesia oleh AFC dan FIFA ditunjuk untuk menggantikan kedua negara itu.

Di Olimpiade Merlbourne, Australia, 1956, Maulwi Saelan (kiper), Endang Witarsa, Thio Him Tjiang, Liong Ho, Ramlan, Rusli Ramang, dan kawan-kawan tampil sangat menawan.

Berita Rekomendasi

Di laga awal, kita menang WO atas Vietnam. Di laga kedua, kita mampu menahan Uni Soviet, 0-0. Tiga hari kemudian di partai play off, kita kalah 0-4, dan Soviet akhirnya meraih medali emas.

Selain itu, Pra Piala Dunia 1986, Meksiko, Herry Kiswanto, Dede Sulaiman, Joko Malis, Rully Neere, Ferel Reymon Hattu, dan kawan-kawan, mampu menjadi juara Sub-Grup III B menyingkirkan Thailand, Bangladesh, dan India.

Namun tim terhenti ketika bertemu dengan Korsel. Catatan, sejak itu Korsel hingga Piala Dunia 2022, Qatar, tidak pernah absen.

Artinya, prestasi timnas kita, tidak dalam keadaan gelap apalagi gulita. Tapi, jujur, ketika Vietnam yang awalnya tim anak bawang, mampu menyalip kita dan Thailand semakin jauh melangkah, perubahan wajib dilakukan.

Sudah banyak jiga upaya dilakukan hingga awal 2009, duet Nurdin-Nirwan mencoba mengambil jalan pintas, melakukan naturalisasi, tak banyak yang menyadari bahwa itu adalah awal sinar terang itu.

Lalu, saat Iwan Bule, ketum PSSI 2019-2023 dan didukung Menpora, Zainudin Amali menunjuk Shin Tae-yong, perlahan tapi pasti jalan semakin terang.

Dan duet baru di PSSI, Erick Thohir- Prof Zainudin Amali, jalan semakin terang. Jika selama ini para pemain naturalisasi masih dinilai belum mumpuni, kini semakin terlihat 5-6 pemain keturunan Indonesia-Belanda punya kelas di atas pemain lokal.

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas